Terkadang takdir tak selamanya kita miliki_
HAPPY READDING
.
.
.'Lailahailallah.' batin Diana dikala pertanyaan Hudza membuat dirinya malu.
"N-nggak papa kok," ucapnya sedikit kikuk.
"Kamu mau ikut kesana?" Hudza menunjuk dengan tatapan yang mengarah pada sebuah pelaminan sederhana tapi masih terbilang mewah.
"Ustadz mau kesana?" Hudza mengangguk lalu mengulurkan tangannya layaknya seorang pangeran mengajak tuan putri.
"Kalau gak mau saya gak maksa." hendak dirinya akan menarik kembali uluran tangan itu namun tanpa disadari Diana menerima tangannya dengan rasa yang bergetar Hudza terbelalak menatap tangannya yang sudah terlihat tangan mungil memegang nya.
"Ustadz Zai yang ajak kan?" keduanya tersenyum canggung jika boleh dikatakan Hudza hanya ingin bercanda saja tapi ternyata semuanya tak sesuai ekspetasi bagi denyut jantungnya.
"Yaudah yuk," ajak Hudza dengan menggandeng tangan mungil Diana. Tentu saja keduanya menjadi pusat perhatian para tamu undangan terutama seluruh keluarga nya.
"Cie udah mulai bucin nih," goda umma Saffa membuat keduanya canggung tak karuan.
"Ya bagus dong, daripada kaya kulkas diem diem bae," sahut abah Azam yang membuat semua keluarga nya terkekeh.
"Permisi ini mau ada sesi foto fotonya?"
"Ya harus dong biar ada kenang kenangan," sahut bunda Zainab pada seorang foto grafer, yang diangguki semuanya.
"Oh iya sekarang kalian kan pakai baju adat Sunda nanti sesi kedua pakai baju adat Melayu kan?" Diana mengangguk begitupun Hudza.
"Abang!" panggil seorang perempuan berparas cantik dengan pakaian hitam yang senada dengan hijabnya, menghampiri Hudza dengan raut wajah gembira tanpa aba aba dirinya memeluk erat tubuh Hudza.
Diana mengalah dirinya membiarkan gadis itu memeluk erat Hudza.
"Abang Ukma kangen," ucap gadis itu beralih menatap dirinya.
"MasyaAllah abang juga kangen, gimana belajar nya disana?" tanya Hudza mengelus pucuk hijabnya.
"Alhamdulillah suka banget pelajaran nya, nanti Ukma cerita deh," Hukma terkekeh lantas dirinya berbalik menatap Diana.
"MasyaAllah kakak cantik banget," puji Hukma menghampiri dirinya.
"Kamu juga cantik," Diana tersenyum ramah.
"Mulai sekarang ini kakak kamu," sahut abah Azam. Hukma terbelalak menatap Diana dari semua segi penampilanya membuat dirinya tak percaya.
"Kakak Ukma, kaya Cinderella." Diana tersenyum terlihat raut wajah dirinya yang sudah memerah akibat pujiannya.
"Udah ya kita foto foto dulu," sela umma Saffa yang diangguki semuanya.
"Dia udah punya kebahagiaan sendiri sekarang, jadi gimana dengan lo?" ucap Arkan menepuk bahu Artala.
"Ya gini mau gimana lagi, gue nyesel lama lama di pesantren tapi ujung ujungnya gak seperti yang gue harepin," Artala menatap Diana yang penuh dengan kebahagiaan namun tidak dengan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aa HUDZA MY HUSBAND
Teen Fictionjangan cemburu ya dipinjam Hudza nya Baca aja ya teman-teman, ini hasil otak ana hehe, jangan cemburu yaa🙆