SEMBILAN BELAS

111 9 2
                                    

Banyak diantara para jamaah memperhatikan dirinya dengan tatapan yang heran sekaligus terkejut. Mungkin karena tak semua orang tau tentang siapa dirinya.

"Dia teh siapa atuh, kok bisa-bisanya di sebut gitu sama ustadz Zai?"

"Ya nggak tau aku teh ce. Yang pasti mah saya shok. Selebihnya shak Shik shok."

"Ih si ece. Teteh itu teh istrinya kali ya?"

"NU bener atuh! Terpotek hatiku kalau bener mah."

"Liat cincin nya samaan Ce. Terus ustadz Zai bilang mau kasih pertanyaan kepada orang spesial. Itu buktinya sih."

"Ceu jangan diperjelas udah sakit hati aku teh. Baru aja dibuat salting tadi."

Diana hanya terdiam menatap laki-laki yang didepannya itu. Alias suami, Hudza tersenyum seraya mengernyitkan alisnya.

"Wios atau tidak boleh ini teh?" Diana hanya terdiam tak mengubris perkataan suaminya itu. Penglihatan para jamaah terhadap dirinya benar-benar membuatnya tak nyaman karena pasti menurutnya mereka akan menilai dirinya apalagi jika mengetahui bahwa tau dirinya adalah istri sah ustadz Zai.

Disampingnya Kinan yang hanya menatap sahabatnya itupun geram karena tak ada satu ucapan pun yang keluar dari lisannya. Jika Kinan jadi dia pasti sudah metah merona pipinya.

Dengan pelan Kinan menggoyangkan tubuhnya dari samping mencoba menetralkan tatapannya yang terus menatap lawan bicaranya tanpa berbicara saat satu pertanyaan terlontar dari seseorang yang dia kagumi.

"Alma kamu teh sehat? Sok atuh bales tuh. Udah nungguin kamu." Diana mengangguk seraya tersenyum.

"Emm ... Boleh." Jawaban singkat itu membuat Hudza juga tersenyum tentu hal itu membuat para akhwat melotot tak percaya.

"Berdiri disamping saya boleh?" Tentu para akhwat semuanya saling kompak bersorak tak percaya sekaligus ingin segera Diana untuk membolehkannya.

"Kela-kela Aya naon ini teh?"

"Teteh itu habis mimpi apa ya?"

Diana mengangguk meskipun rasa ragu menyertai dirinya. Disisi lain Kinan yang geram menepuk pundak sahabat nya itu untuk segera maju.

Berdiri nya membuat para jamaah dibuat penasaran saling merekam momen tersebut.

Hudza meliriknya dengan senyuman manis itu. Akhwat mungkin tak sepenuhnya tau tentang status Ustadz Zai itu atau mereka memang tak tau siapa istrinya itu.

"Untuk semuanya ya, diakhir acara ini saya teh mau nunjukin seseorang buat kalian yang memang tak tau atau sudah tau ya. Takut adanya fitnah tentang saya jadi langsung aja. Kenalin disamping saya teh ada akhwat, jadi kenapa saya memilih seseorang yang spesial itu adalah teteh ini karena memang dia adalah perempuan spesial di hidup saya. Mungkin saya berkata gitu teh kalian pada paham ya?" Adanya ketidak kepercayaan itu membuat semua yang hadir ikut bersorak riang.

"Istri nya ya?"

"Terpotek, terluka hatiku ya Rab."

"Iya jadi disamping ini kalau disimpulkan adalah istri sah saya." Diana hanya mampu terdiam seraya tak kuasa menyembunyikan senyuman.

Genggam tak disadari itu membuat Diana mendongak menatapnya namun tatapan itu telah didahului oleh seseorang yang kini berada dihadapannya.

"A?" Lirihnya pelan.

"Kulan, Sayang." Dibalas dengan lirihan pelan namun begitu lembut akan terdengar tak kuasa dirinya menahan senyuman itu. Tapi pipinya tak bisa dia tahan karena sudah memerah sejak awal menatap nya.

Aa HUDZA MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang