TIGA BELAS

250 10 2
                                    

HAPPY READDING
.
.
.
.

"Aa?" Diana melangkah menghampiri Hudza yang kini dirinya terduduk pokus kepada bacaan Al Qur'an yang dia genggam.

"Sini." Ajaknya dengan menepuk arah tempat duduk untuknya.

"Lagi sibuk ya? Gakpapa lanjutin aja hafalannya, tadi kayaknya Alma ganggu." Ujarnya seraya terduduk memandang Hudza yang juga menatapnya.

"Gak ini cuma lagi hafalan dikit aja, kamu gak ganggu waktunya kok malahan jadi makin semangat hafalannya nih." Diana geram akan gombalan itu yang diakhiri kekehan ringan dari Hudza bisa bisanya sudah membuat dirinya malu.

"Jangan gombal deh. Dari tadi acara aku udah malu terus digombalin, tau." Diana memanyunkan bibirnya yang nampak geram dipandangan Hudza.

"Gapapa kan udah halal jadi bebas mau ngapain aja. Dari pada terus menggombal hingga saling mencintai tapi ternyata mereka pacaran."

"Rugi dong ...." Sambung Diana antusias.

Hudza terkekeh kini dirinya mulai  membenarkan posisi duduknya agar lebih menatap Diana yang tampak cantik, senyuman terukir di bibirnya menatap lekat kedua mata Diana yang indah.

"Emm ... A? Alma boleh nanya gak."

"Nanya apa, hm?" Diana yang mula tersenyum kini menampakan wajah yang ragu.

"Silahkan mau nanya apa, Humairaku?"

"Eh ...." Diana terdiam panggilan akhir itu membuat Diana menunduk tak menatap dirinya.

"Sebenernya Alma bingung aja sih. Kenapa kok Aa bisa langsung cinta sama Alma padahal kita ini cuma di jodohkan gitu, pastilah dari awal gak ada rasa saling mencintai. Tapi ini beda rasanya kaya Alma itu bagaikan cinta pertama, Alma juga selalu sadar diri kok Alma tau pasti Aa pernah menyukai seseorang sebelum kita dijodohkan. Alma bukan orang sempurna, loh." Hudza beralih menggenggam kedua tangan mungil Diana.

"Perjodohan tanpa adanya rasa cinta itu tidak akan mungkin, jika kehidupan yang sudah dijalani bersama tidak tersirat adanya rasa cinta." Diana sedikit mendongak menatap wajah Hudza mengelus hangat genggam tangannya.

"Kita memang dijodohkan tapi tidak mungkin jika kita hanya terdiam tak mengenali satu sama lain bagaikan kehidupan yang hambar, bukan itu yang dimaksud. Saya selalu belajar untuk mencintaimu dan ternyata semenjak kita bertemu dan  melapalkan ijab qobul itu saya sudah berjanji untuk memberikan cinta kepadamu." Diana tertegun akan semua ucapan Hudza yang membuat hatinya luluh.

"Kamu tidak perlu memikirkan apapun kekurangan kamu karena didalam kehidupan kita kamu adalah perempuan sempurna. Cinta pertamaku hanya kamu, Diana.
Ana uhibuka Fillah, Jauzatiku." Kecupan hangat dikeningnya membuat Diana merasakan bukti cinta yang sesungguhnya, dirinya sudah tak karuan merasakan detakan jantung yang seakan betapa luluh hatinya.

"Sekarang Saya bisa merasakan rasanya mencintai seseorang yang membuat Saya merasa nyaman."

"Alma juga bisa ngerasain rasanya dicintai oleh laki-laki yang benar-benar membuat Alma jatuh kedalam ucapan hangatnya, rasanya dicintai tulus setelah sekian lama menunggu takdir dari Allah," Diana kembali menerbitkan senyuman manis dirinya tidak bisa menahan perkataan Hudza yang kian membuat hatinya luluh.

Aa HUDZA MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang