Prolog

783 49 4
                                    

Plak! Sebuah tamparan melayang keras di pipi seorang gadis. Halusinasi mungkin? Pikirnya, tapi sepertinya itu mustahil. Sekali lagi dia menunduk, menatap air sungai yang tampak tenang dan juga jernih. Tidak salah lagi, wajah yang ia lihat dari pantulan air di sungai itu sangat berbeda dari miliknya.

"Sialan! Apa-apaan ini?! Aku tidak terima!" Gadis itu berseru nyaring. Dia sampai menjauh dari sungai dan menginjak pantulan wajahnya itu terlebih dahulu, lalu berlari ke dalam hutan. "Apa aku bermimpi? Serius? Astaga ... Aku tidak percaya akhirnya hal ini terjadi kepadaku! Reinkarnasi? Hah, aku tidak tahu harus merasa senang atau marah sekarang."

Laras tidak peduli dengan fakta bahwa ia sudah mati, yah, memang kabar mengejutkan. Tapi ada hal yang lebih penting dari itu!

"Rasanya aku ingin menangis ... Brengsek!" Dia serius. Matanya terasa panas dan berair.

God, kemana perginya wajah mulus dan juga badan ideal yang telah dia rawat selama ini?! Kulit coklat, tubuh kurus, wajah kusam, rambut coklat kemerahan yang agak kribo. Ciri-ciri yang amat berbanding terbalik dari dirinya!

Sambil berlari gadis itu menggeram, menggertakan giginya. Tidak henti-henti melontarkan umpatan. Kepalanya terasa berdenyut sekarang karena terlalu banyak menerima fakta yang mengguncang jiwa raga.

Sungguh, saat ini gadis itu bertanya-tanya. Kenapa dia harus mati saat sedang berlibur di gunung untuk merayakan pelepasan julukan "Pengangguran" setelah empat tahun lamanya?! Dia baru bersenang-senang beberapa menit yang lalu! Dan sekarang tiba-tiba saja dia sudah berada di hutan tanpa pakaian satupun, dan lagi, sendirian? Gadis Itu benar-benar merasa dipermainkan.

"Yang benar saja, ini tidak adil! Brengsek, jika aku bertemu dengan bajingan itu (malaikat maut) akan kupastikan untuk memukul wajahnya sebelum dia mencabut nyawaku!"

***

"Aku tidak sabar untuk mendaki, begitu sampai di atas aku akan langsung selfie disana!"

Pagi hari, pukul 09.35, sinar matahari telah bersinar terang dan itu terasa terik bagi sebagian orang. Tetapi, hal itu tidak berlaku bagi seorang wanita berumur 26 tahun yang sekarang tengah berlibur untuk mendaki.

Gadis itu mendongak, menatap langit dengan tatapan sendu.

"Akhirnya aku berhenti menjadi pengangguran ..." Sudut bibirnya tertarik, "Hahaha! Aku tahu hal ini akan terjadi! Tidak mungkin orang seperti aku-Laras Purnama, berakhir menyedihkan!"

Laras Purnama, seorang wanita rantau dari Kalimantan ke Jakarta, yang cantik (menurutnya sendiri) juga pintar. Sayang sekali dia berakhir menjadi pengangguran karena syarat pekerjaan yang tidak masuk akal. Kini dia masih tinggal di kos. Hidup dengan pekerjaan yang berganti-ganti dengan penghasilan tidak pasti. Tetapi, sekarang berubah.

Setelah mendaki sekitar sepuluh menit Laras sampai di sebuah tebing. Di sinilah ia sekarang. Berdiri dekat pagar pembatas-membelakangi tebing sambil mengangkat ponselnya. Membentuk pose tangan peace sambil tersenyum mengejek. Cekrek! Membuka galeri. Tidak buruk, batinnya. Dalam foto itu Laras terlihat seperti antagonis. Lihat saja senyumnya, penuh kebaikan.

Laras terkekeh. "Heh, akan ku kirim foto ini nanti kepada para anak burung yang ada di sekitar kos ku agar mereka berhenti mencicit setiap hari."

Anak burung yang dimaksud Laras tidak lain dan tidak bukan adalah tetangga terkasih. Setiap jam, menit hingga detik mereka selalu bertanya situasi Laras-saking perhatiannya membuat telinga gadis itu panas setiap hari. "Kapan nikah?" "Nggak laku ya?" "Kenapa sekarang masih jadi pengangguran?" "Sudah lulus kuliah kok masih di rumah aja?" Sialan.

Tidak terbayangkan betapa palsu senyum yang Laras miliki setiap menghadapi tetangga. Selalu membalas dengan tertawa karir meski dalam hati sudah nyatir. Namun, saat ini dia dapat membalas dendam.

Kemarin, Laras mendapatkan notifikasi yang membuat posisinya langsung terduduk. Dia diterima di sebuah perusahaan-lewat email, dengan gaji kurang lebih lima juta perbulan. Laras berteriak kegirangan setelah membaca pesan itu. Siapa yang tidak senang? Heh, setidaknya gaji Laras lebih tinggi dan juga lebih banyak dari anak tetangga!

"Rasanya tidak sabar melihat ekspresi mereka ketika aku kembali nanti." Laras tertawa membayangkan ekspresi terkejut tetangganya setelah ia mengirim fotonya nanti, "Baiklah, aku harus ganti gaya. Sekarang harus terlihat sesombong mungkin."

Ketika ingin menekan tombol potret, tiba-tiba saja Laras kehilangan keseimbangan karena ponselnya lepas dari genggaman. Dia terkejut, saat ingin menangkap bukannya dapat ia malah tergelincir batu. Otaknya berhenti bekerja saat itu juga. Tubuhnya terasa melayang, tetapi, jantungnya berdegup kencang. Apakah ini yang orang namakan dengan cinta?

"Eh?" Laras pun jatuh dari tebing tanpa mengetahui bahwa itu adalah hari terakhirnya.

***

Halo semua! Saya kembali lagi nih!

Maaf ya karena jarang update, saya sibuk banget di rl. Waktu buat nulis itu rasanya kaya enggak ada, walau ada pun pasti saya pakai buat istirahat dan segala macam. Mana fanfic Ayanokouji aja belum di up lagi ...

Ohiya, saya kembali lagi dengan membawa perubahan baru! Fanfic ini bakalan berubah total. Terutama untuk karakter kita, Laras/Kiyomi^^ Dari segi alur juga sama, tapi masih ada samanya lah dikit.

Saya ucapkan terima kasih kepada followers dan pembaca yang masih mau bertahan membaca fanfic ini, tanpa kalian ni cerita nggak akan bisa muncul masuk ke 10 besar ... beruntung sekaligus bersyukur banget✨ Love you guys!

See you later in the next chapter!

Imbalance | Senku x F!/Oc Female!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang