10

2.9K 144 3
                                    

Aku menarik diriku dari pelukan Tama. "Maaf Ky, maaf. Aku memang mencintaimu tapi kamu harus tau, keluarga itu jauh diatas segalanya. Maaf kalau kenyataannya aku lebih memilih Zaskia daripada kamu." ucapku lirih.

Tama menggeleng. "Gak Zla enggak! Aku mungkin memang menyayangi Zaskia, tapi itu hanya sekedar sayang bukan cinta. Aku hanya mencintaimu sayang, hanya kamu. Aku mohon jangan pergi." ujarnya sambil mengelus pipiku dengan ibu jarinya.

"Gak bisa, hubungan kita saat ini mungkin cukup sampai disini dulu. Percayalah Ky, jika memang kita jodoh, kita akan bertemu lagi. Entah dimana dan bagaimana caranya." aku menghela napasku. "Hubungan kita gak akan putus Ky. Karna kamu akan menjadi kakak ipar-ku nanti." ucapku masih dengan pipi yang basah akibat air mata yang tidak mau berhenti turun. "Maafin aku ya sekali lagi. Aku harus pergi"

Aku menghapus sisa-sisa air mataku dengan kasar dan berjalan cepat meninggalkan Tama yang terpaku menatap kepergianku.

Sekarang aku bukanlah miliknya dan dia bukanlah milikku. Kita sekarang bukanlah Kita. Sekarang hanya ada aku dan dia bukan kita.

Cinta tak harus saling memiliki. Cukup melihat orang yang kita cinta bahagia itu juga sudah dinamakan cinta sejati bukan?

Iya, aku tau. Tama memang tidak bahagia bersama Zaskia. Yang aku maksud cinta sejati adalah, aku merelakan Zaskia bahagia, aku mencintai Zaskia.

Oh ayolah. Cintaku bukanlah cinta dengan maksud ingin memilikinya sebagai kekasihku. Cinta itu adalah cinta yang tumbuh dengan sendirinya dari aku dan Zaskia masih di dalam rahim ibuku. Cinta sebagai dua saudara kembar.

Aku terus berjalan cepat sambil menunduk karna aku tidak mau orang lain melihat air mata ini.

Akibat kecerobohanku yang tidak mau melihat jalan di depanku dan memilih menduduk, aku pun terjatu karna tertabrak orang di depanku.

"Aawwh." ringisku.

"Maaf maaf, aku gak sengaja." ucap orang yg telah menabrak-- err maksudku yg telah kutabrak tadi.

Saat aku mendongakan kepalaku, ternyata dia adalah Zaskia. "Nazla? maaf yaa." ucapnya lagi.

"Iya gapapa kok Zas. Ini juga salahku yang tidak melihat jalan di depanku." jawabku sambil memberikan seulas senyuman.

"Kamu abis nangis?"

"Ah? enggak kok."

"Pipi kamu merah, hidung kamu merah, mata kamu merah dan sedikit bengkak. Kamu jujur deh, kamu kenapa? kamu bisa cerita sama aku." ujarnya.

"Hehe, aku gak papa kok Zas. Em, cuma ada sedikit masalah sama Tama." jawabku seadanya. "Oiya Zas, aku sama Tama juga udah gak ada hubungan apa-apa lho sekarang." ucapku.

Kenapa aku seperti orang yang bangga telah putus dari Tama?

"Lho? Kenapa Naz?"

"Gapapa. Mungkin emang udh gak cocok." no! kita cocok! 100% kita masih merasa nyaman dan cocok!.

"Gak cocok?" kulihat alis Zaskia yang bertautan. "Kok bisa? kalian cocok banget kok."

Ya emang kita cocok banget, tapi gimana? Mungkin ini udah jalannya.

"Hehe gatau deh Zas. Let it flow aja."

"Hahaha." dan kita tertawa tidak jelas.

***

Zaskia POV

Nazla dan Tama putus? Haruskah ku senang? Atau malah sebaliknya?

Haruskah ku mengambil kesempatan ini untuk mendekati Tama? Atau malah aku harus kembali mempersatukan mereka di sisa hidupku?

The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang