4

3.3K 164 0
                                    

Nazla POV

Nyusul gak ya ke rumah sakit? Aku takut kalo aku kesana nanti aku malah ngeliat hal-hal yg harusnya gak aku liat.

Rumah sakit, gak, rumah sakit, gak, rumah sakit.. Yaudahlah nyusul aja.

***

Sampai di rumah sakit aku ke bagian registrasi. "Ada yg bisa saya bantu mbak?" tanya suster itu.

"Pasien atas nama Zaskia..." aku lupa namanyaaa! Siapa namanya?

"Zaskia... Nabila mbak?"

"Iyaa itu. Dimana ya sus?"

"Di kamar melati 016 mbak"

"Makasih sus"

Aku berjalan mencari kamar yg dimaksud suster tersebut.

Tak lama pun aku menemukannya. Aku mendengar isakan-isakan tangis. Siapa yg menangis?

Aku membuka pintu perlahan.. Sudah kubilang. Seharusnya aku tak kesini. Sekarang yg sedang kulihat adalah dua insan manusia yg sedang berpelukan.

Okey Nazla! positive thingking okey?! "Zas.. Ky.." panggilku.

Kukihat Zaskia sedikit kaget dan reflek melepaskan pelukannya pada Tama dan menghapus air matanya. "Nazla? Maaf Naz.. Aku gak bermaksud buat--"

"Apaansih Zas? Gapapa kok kalo kamu peluk Tama. Aku tau kamu sekarang sedang membutuhkan pundak untuk bersandar. Jadi pakailah pundak Tama. aku tau kamu nyaman dengan pundak itu" ucapku memotong omongannya dan tersenyum.

Zaskia menggeleng "enggak Naz. Maaf.. Aku salah Naz, maaf ya?"

"Enggak Zas. Sudah kubilang tak apa" jawabku meyakinkannya.

"Zla. Aku keluar sebentar ya. Mau nanya Zaskia udh boleh pulang apa belum" pamit Tama.

"Iya"

Aku berjalan ke samping ranjang Zaskia dan duduk di sebelahnya. Zaskia menatapku dengan tatapan bersalah. Lucu sekali diaa.. Eeum jujur aku sedikit cemburu dengan kejadian tadi. Karna kutau bahwa Zaskia cinta pada Tama.

Tapi tak apalah. Aku juga harus percaya pada Tama, bahwa dia hanya mencintaiku. Haha percaya diri sekali aku ini.

"Zas. Sebebarnya kamu sakit apa? kenapa bisa pingsan begitu?"

"Aku gak bisa cerita Naz"

"Kenapa?"

"Aku gak mau kamu mengasihaniku. Ya walaupun ini terdengar seperti ke-geer-an. Tapi aku hanya tak ingin itu terjadi"

Aku menatap mata hazel nya yg sangat mirip dengan milikku. Heem aku semakin yakin kalau dia Najma. Tatapannya tak asing bagiku. "Nazla?" panggilan itu membuat lamunanku buyar.

"Ya kenapa?"

"Kamu kenapa merhatiin aku kayak gitu?" tanya Zaskia dengan alis yg berkerut.

"Gapapa kok. Matanya mirip dengan mataku, hehe" jawabku seadanya.

"Ooh"

pintu kamar Zaskia terbuka dan Tama masuk. "Gimana Ky? Zaskia boleh pulang?"

"Kata dokternya gapapa pulang. Tapi obatnya jangan lupa ditebus terus diminum" jawab Tama.

"Kamu mau aku anter pulang?" tanya Tama. Kok agak aneh sih dengernya? Kenapa aku-kamu? biasanya Tama ngomong gitu cuma ke aku? Apa karna aku dan Zaskia mirip? Tau ah!

"Gausah Tam. Nanti ngerepotin. Kamu bawa aku ke sini aja udah makasih bgt" jawab Zaskia sambil tersenyum.

"Gapapa Zas. Pulang bareng kita aja. Biar kita tau rumah kamu" timpalku.

"Gausah. Aku juga mau kerja dulu kok gak---ehm maksudku aku mau ke tempat bunda kerja dulu baru pulang bareng bunda"

"Kamu gausah ke sana dulu lah Zas. Kamu masih lemes kan? Kalau besok gak masuk kuliah kan sayang" jawabku.

Zaskia menarik napasnya "Heem yasudahlah terserah saja"

***

Akhirnya aku dan Tama mengantar Zaskia pulang ke rumahnya. Saat sampai di suatu gang. Zaskia menyuruh Tama memberhentikan mobilnya.

"Udah disini aja Tam, Naz. Makasih ya." saat ia hendak membuka pintu, Tama memegang pergelangan tangannya. "Kenapa Tam?"

"Kita anter kamu masuk ya sampe rumah kamu. pleasee"

"Gimana ya?"

"iya Zas. Kita mau tau rumahmu. Kita juga mau main di rumahmu" jawabku.

"Tapi... Kumohon jangan mengejekku ya?"

"Untuk apa? Ayolah tak apa" mohonku.

"Baiklah. Kalian tukang pemaksa ya? hihi" kekehnya.

Akhirnya aku, Zaskia, dan Tama memasuki gang tersebut. Cukup jauh ternyata, kira-kira 8 km kita sampai.

Rumahnya bisa dibilang sangat kecil. Tapi aku salut jika dia adalah Najma kembaranku. Karna seingatku, Najma sangat manja.

"Kia? kamu udah pulang sayang?" wanita paruh baya kira-kira berumur 48 tahun menghampiriku dan memelukku. "Maaf? Saya Nazla bu, bukan Kia" ucapku. Tapi aku tetap mebalas pelukannya.

Wanita itu melepaskan pelukannya "Kamu Zaskia. Kok Nazla sih?"

"Bunda.. Kia disini" ucap Kia. Jadi ini yg dimaksud bunda oleh Zaskia. Aku harus mencari informasi darinya.

"Bunda pasti bingung? Sama. Kia juga bingung Bun, kenapa Kia bisa mirip bgt sama Nazla. Udah gapapa Bun. Kan di dunia ini gak ada yg gak mungkin jika Allah sudah berkehendak. Sudab yuk masuk. Tam, Naz. Kalian mau masuk dulu minum dulu apa mau langsung pulang?" tanya Zaskia pada ku dan Tama.

"Kita langsung pulang aja ya Zas? Besok aku dan Tama ingin ke sini lagi pulang kampus. Byee Zas. Jangan lupa ya sama ob--" ucapanku terputus karena tangan Tama yg membekap mulutku dan berpamitan kepada Zaskia dan bundanya kemudian membawaku dengan mulutku yg masih dibekap olehnya.

Saat mulai menjauhi rumah Zaskia, Tama melepaskan tangannya. "Rizky! kamu kenapa sih?!"

"Zla. Zaskia bilang jangan memberi tahu bunda dan ayahnya soal ini. Kalau kamu ngomong obat. Nanti bundanya Zaskia akan curiga sayang" jelas Tama padaku.

"Yaudah deh. Pulang yuk? Oiya, besok kamu anterin aku ke sini lagi ya. Aku pengen tau soal Zaskia dari bundanya" pintaku pada Tama.

Tama mengangkat tangannya dan meletakkan di keningnya--hormat--"siap tuan putri yg cantik" jawabnya.

"Gombal lu!"

The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang