Mataku berusaha membuka, terdengar suara gesekan roda dan lantai, terlihat kap oksigen menutupi hidung dan mulutku. Kepalaku masih sedikit sakit, badanku terasa begitu lemas. Terdengar suara lelaki memanggil namaku, suaranya tak asing ditelingaku.
**
Sedikit demi sedikit mataku terbuka, "Evellyn!" Seru Faye dan Mom melihatku, cemas. Aku melihat ruangan ini, lalu aku melihat lagi Mom dan Faye yang terlihat cemas, aku tersenyum melihat mereka.
Tak lama dokter paruh baya tiba, "Pagi, Evellyn." Sapanya, aku tersenyum, mengangkat sedikit ujung bibirku. Ia langsung mengecek keadaanku.
"Ia baik-baik saja. Lusa mungkin sudah boleh pulang." Ucap dokter itu, "Mrs.Kinneth, bisakah kau ikut denganku?" Lanjutnya. Mom mengangguk. Mereka berdua beserta 3 perawat itu keluar dari ruanganku.
"Evellyn, kau tidak apa-apakan? Aku sangat cemas." Ucap Faye, masih menggengam tanganku. "Aku tidak apa-apa, Faye." Jawabku, aku coba mengingat kejadian itu.
"Mm, siapa yang membawaku kesini? Seingatku, saat kejadian hanya ada aku sendiri, jalanan sangat sepi, tak ada aktivitas disana." Ucapku.
Faye sedikit terlihat sedang berfikir, "Uh? It-"
Klek
Seorang lelaki membawa rangkaian bunga yang lumayan besar, "Permisi, maaf menganggu. Apa kau Evellyn?" Tanya lelaki itu.
Aku mengangguk, "Iya." Lalu ia tersenyum, "Bolehku masuk sebentar?" Tanyanya. Aku mengangguk, melihat lelaki itu aneh.
"Ini, kau dapat kiriman bunga. Semoga kau suka." Ia menaruh rangkaian bunga yang lumayan besar itu dilemari samping kasur rawatku. Terlihat terdapat mawar putih dan entahlah, aku tak begitu hafal nama-nama bunga. Dan, mawar putih adalah bunga kesukaanku. Siapa yang mengirimkannya?
Aku melihat kearah Faye, ia hanya menaikan kedua bahunya, ia sungguh tak berguna tapi aku menyayanginya.
"Uh, siapa pengirimnya?" Tanyaku, ia terdiam. "Mm, baiklah. Aku masih harus mengirim rangkaian-rangkain bunga yang lain. Lekas sembuh!" Ia tersenyum dan meninggalkan ruangan ini begitu saja.
Aku mengerutkan kedua alisku, dan melihat Faye kembali. Ia berjalan karangan bunganya. Terdapat sebuah kertas kecil yang terselip diantara bunga-bungannya.
Faye menatapku dengan menggoda, "Oh, ayolah. Aku mau membacanya." Ucapku, rolled my eyes.
Aku menghirup aroma bunga ini, harum sekali. Aku mengambil kertas kecil itu, dan tertulis,
Hai, Evellyn.
Sudah lama aku tak bersama denganmu. Aku sangat merindukanmu. Semoga kau suka dengan bunganya. Aku tau, kau sangat suka dengan salah satu bunga yang terkumpul diantara bunga-bunga ini. Lekaslah sembuh!Ilysm.
Aku menaikan salah satu alisku, lalu menggelengkan kepalaku pelan, "Terima kasih." Gumamku. Faye menggodaku saja dari tadi.
**
Lucy P.o.V (Eve's mom)
"Jadi, apa yang kau ingin bicarakan." Tanyaku, kebetulan dokter yang menghandle Eve adalah teman kuliahku.
"Mm, apakah Evellyn pernah bermasalah dengan daerah kepalanya?" Tanya Andy, dokter itu.
Aku mencoba mengingatnya, "Oh ya, ia pernah mengalami masalah didaerah kepalanya. Mengapa? Tapi ia akan baik-baik saja bukan?" Jawabku, sedikit mulai cemas.
"Ya! Dia akan baik-baik saja. Mm, bisakah kau ceritakan tentang itu?" Tawarnya, aku mengangguk.
"Dulu saat ia berumur 8 atau 9 tahunan, ia mengalami kecelakaan dengan Dad nya. Tapi, kecelakaan itu hanyalah kecelakaan biasa. Tak ada korban jiwa, mungkin hanya sedikit luka-luke kecil saja. Namun, saat ia sudah sembuh, ia mengeluh kepadaku, bahwanya sangat sakit. Akupun cemas dan khawatir atas keadaan Eve.
KAMU SEDANG MEMBACA
last chance [DISCONTINUE]
Fanfiction❝sorry all this time I never realized. i'm sorry, for what we fight amid a short time? i'm sorry, so can you give me a last chance?❞ Prequel : Stuck In Friendzone Copyright © 2015