[eleven]

531 66 3
                                        

Eve P.o.V

*knocking the door*

Aku membuka pintu rumahku dan terlihat pria memakai baju lektong berwarna putih dan celana pendek hitam yang biasa ia gunakan, "Kudengar, kau sendirian dirumah." Ia tersenyum memperlihatkan giginya. Aku terkekeh, "Jika ya, memang kenapa?" Tanyaku, balik.

"Aku pun sendirian."

Aku mendecak ditengah-tengah senyumanku, "Baiklah, silahkan masuk, Tuan." Ia tertawa, "Terima kasih, Nona."

••

"Wow, bunga dari siapa ini?" Ia menggengam 4 bunga yang tergeletak diatas meja TV-ku.

"Entahlah." Aku mengangkat kedua bahuku, seraya terjun ke kasurku. Ia terlihat mengambil satu persatu papernote yang berada didalamnya, "Oh gosh!" Ia berseru, lalu diakhiri oleh tawaanya khasnya, "K-kau.." Ia melanjutkan tawaanya lagi, "A-aku tak percaya ini." Ia melanjutkan lagi tawaanya.

Aku pun berdiri menghampirinya, "Sudahlah, mungkin aku mempunyai seorang penggemar diluar sana. Namun tak sebanyak penggemarmu yang tak pernah memberimu apa-apa." Aku menyindirnya.

"Namun mereka memujiku." Ia tak ingin kalah.

"Namun ia memberi ini dengan tulus, dengan kata-kata yang selalu membuatku tersenyum." Aku menaikan daguku, walaupun ia masih tinggi daripada aku.

"Baiklah, princess. Aku mengalah.." Ia mengembalikan ke empat bunga itu pada tempatnya, "Jika memang kata-kata sederhana ini membuatmu selalu tersenyum, aku pun bisa merasakan hal yang sama denganmu. Dan aku turut senang akan penggemar tulusmu itu." Ia berjalan menuju balkonku. Sedangkan aku masih menatapnya bingung.

Aku menghampirinya, "Jika saja aku bisa tau siapa yang memberiku bunga itu, aku pasti akan sangat berterima kasih padanya."

Hayes menatapku, aku bisa merasakannya. Namun aku membiarkannya saja.

"Bagaimana jika bunga itu dikasih dari orang paling terdekat denganmu?" Pendapat Hayes membuatku sedikit terkejut.

"Orang paling terdekat?" Ia mengangguk, aku masih mengerutkan kedua alisku. "Maksudmu?" Ia menatapku, "Ayolah, aku hanya berpendapat saja. Seharusnya otakmu lebih cepat dari yang dulu." Ia mendorong telunjuknya dijidatku.

Aku hanya memutarkan kedua bola mataku.

**

"Menonton film?" Tawarku.

"Kartun lebih baik."

"Baiklah." Aku duduk disamping Hayes yang sedang terduduk santai disofa depan TV. "Hoaamm," Aku menguap, menutup mulutku dengan telapak tanganku. Aku merasakan Hayes menatapku, lalu memalingkan pandangannya kembali ke TV.

Hayes P.o.V

'Hobimu dari dulu hingga sekarang tak berubah.' Aku kembali memalingkan pandanganku ke TV lagi.

Perempuan yang tingginya sepantaran antara leher dan pundakku ini, sejujurnya, jika dilihat dengan jelas, ia manis? Eh, tapi tidak. Katt lebih manis daripadanya.

"Evellyn," Ucapku. "Hm?" Jawabnya, mengambil setoples snack dimeja kecil sampingnya, duluan. Aku menarik nafasku kasar, "Kau sungguh berlebihan, lol." Celetuknya. Aku memutarkan kedua bola mataku, "Tidak jadi." Wajahku berubah menjadi datar.

Ia menatapku seraya menaikan salah satu alisnya, aku menoleh cepat dan kembali memalingkan pandanganku kepada TV, begitupun dengannya.

"Aw." Ia melemparkan potongan kecil dari setoples snack yang genggam, "Sudah. Kau tau usah marah, kau jelek jika marah." Ia terkekeh. Aku memakan potongan snack yang ia lemparkan padaku.

last chance [DISCONTINUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang