You lied to me, again [nine]

476 69 2
                                    

Eve P.o.V

Tokk .. Tokk ..

"Ya." Eve langsung bangkit dari sofa dan berjalan menuju pintu rumahnya.

"H-hai."

"Uh? Hai. A-ada apa?" Gosh, wajahnya.

"Ini." Ia memberikan sebuah paperbag berukuran sedang padaku.

"Huh? Oh, t-terima kasih. Mm, untuk siapa?"

"Untukmu. Dari Mom." Kaos yang ia pakai sangat cocok dengan badannya.

"O-oh, terima kasih. Salam untuk Mom mu. Mm, kau mau masuk?" Tawarku.
"Tidak, kapan kapan saja. Sky dirumah sendirian, aku harus menjaganya." Jawabnya, menggaruk tengkuk lehernya. Dia gerogi kah?

"Oh, okay." Aku tersenyum, mengangguk.

"I-iya." Ia mengangguk, sedikit menunduk. "Apa kau ada waktu luang?" Lanjutnya.

Detak jantungku terasa semakin cepat, 2x kali lipat dari sebelumnya, "Uh? A-ada. Lagian aku hanya berdua dengan Dylan. K-kenapa?" I'm shaking.

"B-bisakah kita pergi ke, coffeeshop tempat kita dulu?" Apa yang ingin dia lakukan.

"Huh?" Aliran darahku, gosh. "T-tapi, bagaimana dengan Sky?" Lanjutku.

"Maksudku, n-nanti malam, jam 8."

"B-baiklah."

"Nanti aku akan menghubungimu." Aku mengangguk, mengigit bibir bawahku sedikit. Ujung-ujung bibirku sudah tak bisa dikendalikan, aku ingin tersenyum.

"Okay. See ya!" Ia tersenyum. "I-iya." Lalu ia pergi menuju rumahnya, dengan cepat aku langsung menutup pintu, dan menyenderkan punggungku dibadan pintu.

Aku tak bisa berhenti tersenyum, "Yeay!" Aku berteriak dan melompat-lompat kegirangan. Ah.

"Evellyn! Diam!" Terdengar suara Dylan berteriak dari kamarnya. Aku tak memperdulikannya, biarkanlah. Sungguh, aku tak bisa menahan ini. Gosh.

Aku menaruh paperbag yang ia beri, dan berlari menaiki anak tangga dengan cepat,

Brukk

"Aw!" Teriakku. Ya, aku jatuh. Sudah. Biasa. Tenang. Saja. Dude. "Hati-hati, Nona!" Seru Dylan.

Aku mengusap-ngusap dengkulku, dan berlari menuju kamar Dylan, "Dylan, aku sangat bahagia." A little bit jumped.

"Karena Hayes?" Aku mengerutkan kedua alisku, "Dari mana kau tau?" Ia terkekeh, "Taulah, tadikan aku melihatmu dengannya sedang mengobrol. Mengapa kau sangat bahagia?"

"Uh? Tidak, aku tidak bahagia. Sama sekali tidak." Mencoba berwajah datar. Dan kembali ke kamar.

Hayes P.o.V

'Gosh.' Aku tak bisa berhenti tersenyum. Ada apa denganku? Ah. "You okay?" Tanya Sky. "Tetaplah disini. Aku ingin ke kamar mandi sebentar." Aku berjalan menuju kamar mandi, dan menguncinya.

Aku melihat pantulan wajahku dicermin wastafel, "Ini saatnya, Hayes." Aku membasuh mukaku dan rambutku tak begitu basah. Aku mengeluarkan ponselku,

To: Eve

Hi, see ya! Jam 8 ingat :)

Tak lama,

From: Eve

Baiklah :)

**

Author P.o.V

Evellyn semakin histeris, entah mengapa sedari tadi kupu-kupunya masih berterbangan diperutnya. Eve berfikir, apa yang akan dia lakukan? Evellyn mengambil salah satu dress dari 6 dress yang ia punya. Kasihan sekali Eve, hanya memiliki 6 dress.

07:36 pm.

"Astaga, aku harus cepat." Tiba-tiba Eve menciutkan kemauannya untuk memakai dress, melainkan hanya memakai jeans dan coat saja. Kebiasaannya. Ia menggerai rambut blonde nya.

"Dylan, aku pergi dulu ya." Eve langsung menuju ke cafe dulu, tempat mereka berdua sering mengerjakan tugas bersama atau melakukannya bersama.

Saat diluar rumah, mobil sedannya masih terparkir, yang berarti ia belum berangkat, 'Kau harus sampai disana duluan.' Batinku.

**

Mungkin sudah 45 menit Eve menunggu Hayes disini, beberapa pelayan sudah menawarkannya makan namun Eve menolaknya dengan mengatakan, 'Sebentar lagi, saya sedang menunggu seseorang. Jika ia sudah datang, saya akan langsung memesan' disertai dengan senyuman.

Ia masih diam terduduk ditempat dulu biasa kita berkunjung disini. Disisi yang sama, beserta pertataan coffeeshop ini masih sama seperti dulu.

Sesekali ia melihat kearah jam di ponselnya, 08:54 pm.

Setiap pintu terbuka, ia langsung sedikit membalikan badannya siapa yang datang. Tapi sedari tadi, Hayes tak kunjung datang. Ia takut jika Hayes hanya mempermainkannya. Jika memang iya, Eve tidak tau harus apa.

"Maaf, Nona. Anda ingin memesan?" Salah satu pelayan mendatanginya, lagi.

"Sebentar lagi."

Jari jemarinya mengadu satu sama lain diatas meja. Eve hanya punya dua pikiran, antara Hayes terjadi sesuatu, dan Hayes mempermainkannya.

Ia mencoba mengirimnya pesan, tidak dibalas. Ia menelfon, tidak diangkat. "Kemana ia!?" Gumamnya.

"Hai."

Dengan cepat Eve langsung menoleh, "H-hai."

'Kukira itu kau, Hayes.' Batin Eve, kecewa.

"Sedang apa kau disini?" Tanyanya. Telapak tanganku bertopang dengan dagu. "Tidak, aku hanya bosan saja. Tapi, bagaimana kau bisa tau jika kau disini?" Lanjutku.

"Boleh aku duduk disini?" Tanyanya, aku melihat sekitar, "Kau tak lihat jika itu kosong, huh?" Ia terkekeh, dan langsung duduk. "Kau jangan terlalu percaya diri, aku sedang berjalan-jalan disini, tapi tadi aku melihatmu sendirian disini. So, aku hampiri dirimu." Jelasnya. Aku hanya membentuk mulutku menyerupai huruf 'o'.

"Bagaimana? Anda sudah ingin memesan?" Pelayan tiba-tiba datang. "Sudah. Aku ingin hot greentea, dan kau?" Ia menunjukku. "Hot chocolate." Aku menjawabnya. "Baiklah." Pelayan itu meninggalkan kami berdua.

"So, kau sedang apa disini?"

"Aku sedang menunggu seseorang, Corey."

**

jihihi, siapa tuh yg blg hai, btw kemana tuh hayes? cian ya Eve. short bgt ini nih, wkwk maap yaa x
btw, corey mulu yah yg slalu ada buat eve, earaaaaaa, bonus poto corey mulmed, nteng ngedh.
rencananya pengen double update ^^ kalo sempet yea ihik.

ilysm.

last chance [DISCONTINUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang