11 | Menghadapi Takdir

65 10 19
                                    

DEBURAN ombak menyapu pesisir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DEBURAN ombak menyapu pesisir. Angin laut menerbangkan helaian surai. Pun samudra nampak bercahaya bak taburan kristal berkilauan.

Agak lama, dalam diam dua insan itu menatap dengan netra yang menjadi jendela untuk meresapi keajaiban laut. Melibatkan hati dan pikiran dalam ketenangan.

Guliran air besar yang bergulung membentuk suara orkestra alami yang megah. Di pesisir tebing tinggi itu, mobil yang diparkirkan menghadap samudra berteduh dibawah pohon ketapang besar yang menghalau matahari masuk utuh.

Membuang napasnya pelan, detail kecil dari suara sabuk pengaman yang dilepaskan oleh Cortes meraih atensi Ody untuk menoleh kesamping.

"Ody."

"Letnan."

Kompak keduanya terdiam lagi. Saling menanti. Mempertahankan dinding tinggi yang membatasi hati sendiri.

"Kau..." Cortes berucap pelan. "Bicaralah lebih dulu," sambungnya. Berusaha untuk tak menatap tepat pada netra bulat yang terbingkai cantik di paras Ody.

Cortes tak ingin di hantui oleh rasa asing itu jika saja hari ini cintanya akan ditolak begitu saja dihadapan samudra bumantara.

Masih menatap Cortes dengan pandangannya yang sulit diartikan. "Apa yang harus aku bicarakan?"

"Apa saja." ujar Cortes tenang. "Jika ingin mengatakan sesuatu, kau bisa katakan sekarang."

Hening melanda untuk beberapa jemang kala angin laut berhasil masuk lewat partikel kecil kaca mobil Cortes. Rasanya dingin, asing dan sulit dijabarkan.

"Apa kau sangat menyukai duniamu saat ini?"

Meski sedari tadi pandangannya tertuju kedepan, kali ini Cortes membalas manik abu yang berusaha masuk ke palung terdalam irisnya itu.

Alih-alih segera menjawab, sang letnan memilih untuk terdiam sejenak. Mencari jawaban paling tepat dari benak sendiri sebelum melontarkannya lewat untaian kata.

"Jawaban bagaimana yang ingin kau dengar dariku?" Cortes bertanya pelan.

Termenung sendiri ditempat, Ody mengerjap pelan. Tatapannya kosong tertuju kepada wajah Cortes. "Yang sekiranya dapat memberiku jawaban atas pertanyaan bising ditelingaku."

Begini, sejak hari dimana Cortes masuk kedalam hidupnya, Ody telah mempertanyakan perasaannya sendiri. Tentang mengapa jantungnya berdebar padahal, sang letnan sedikit merendahkannya dihari pertama.

Love Letter From The Sea to The ShoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang