Ditengah peperangan Ody hanya memiliki satu mimpi sederhana ; hidup bahagia dengan seorang putri kecil kelak. Namun dunia penuh reruntuhan ini membuat Cortes harus menumpahkan darah di medan perang. Hingga Ody tak lagi mendapat balasan suratnya dan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ODY masih ingat bagaimana pagi itu ia dapat merasakan jantungnya berdebar kencang bahkan dialam bawah sadarnya. Pun ia masih ingat sekali bagaimana kulit tipisnya menjadi hangat dalam guluman selimut yang sama dengan sang letnan, kekasihnya.
Lantas ia juga masih ingat bagaimana sang letnan teramat tenang saat mereka berdua baru bangun di pukul tujuh pagi. Alih-alih membuat Ody merasa panik dan dikejar-kejar waktu, ia masih ingat bahwa Cortes justru tersenyum sembari mengusap keningnya sebelum menjatuhkan kecupan dalam, dan — " Aku akan mengantarmu sampai kehadapan suster kepala jika kau mau. Kita berterus terang saja tentang hubungan ini, hm? " astaga, Ody ingat sekali mata Cortes tak berkedip saat mengatakannya yang menandakan ia terlewat tenang tanpa kegundahan.
Setidaknya begitu mau Cortes yang syarat akan tanggung jawab. Namun, apakah Ody menyetujui itu?
Tentu saja, tidak.
Ia menolak. Justru membuat Cortes mengantarnya lewat jalur belakang rumah sakit. Mendaki-daki batu besar diatas tebing sampai semua orang yang hendak beraktifitas dibuat menganga melihat mereka. Lalu saat sudah sampai di danau tempat mereka menaiki kano malam itu— Ody justru menyuruh Cortes untuk pergi darisana.
" Tidak hari ini, letnan. Kumohon... " wajah Ody memelas sungguhan.
" Tapi aku membuat tanda merah di lehermu. Jadi harus aku yang melindungi harga dirimu dan mengtakan bahwa belum ada bakal bayi didalam rahimmu. Kita belum melewati batas itu. "
Ody mengangguk namun ia menarik-narik tangannya dari genggaman Cortes. " Aku paham. Tapi kupilih untuk menutupi saja tanda ini, hm? Jangan kau perjelas untuk sekarang. Aku sungguh takut akan dipulangkan ke Plockton jika alasan pergiku adalah menginap bersamamu..."
" Kau ingin kita berpisa— "
Cortes menggeleng. Cepat-cepat mengangkup rahang Ody sebelum ia merendah memberi kecupan di bibir, lantas ia kembali merendah dan menyibakkan surai Ody untuk mengecup pelan bekas merah kecil yang terselip di ceruk leher kekasihnya— ulah Cortes semalam yang hampir lupa diri.
" Masuklah sekarang. Aku akan menanti disini sampai kau masuk ke koridor. Tolong jangan sampai ketahuan. Aku masih ingin bertemu denganmu setiap malam... "
Tersenyum kemudian berjinjit untuk mengusap wajah tampan sang letnan. " Jika sedang senggang jangan lupa untuk menemuiku, ya? "
Mengangguk, Cortes mengangguk lantas mengudarakan senyum sejemang kapas. " Itu pasti " katanya menepuk pucuk surai Ody. " Jangan sampai ketahuan, ya? " mendadak Cortes sungguhan takut jika Ody akan pulang ke rumah remajanya di Plockton, ia tak rela.
Ah, itu sangat lucu dan menggemaskan.
Terlebih Ody pun ingat bahwa tepat setelah ia masuk kedalam rumah sakit hari itu, benar saja, suster kepala tengah mencari keberadaannya.