PERSELISIHAN politik, konflik etnis sampai dengan perebutan kekuasaan, adalah yang dapat menyulut kobaran api dahsyat untuk meratakan negeri.
Terlalu berfokus pada apa yang sempat terjadi di negara tetangga, entah mengapa berita itu justru menutupi maksud sejatinya dari apa yang betul-betul tengah terjadi di tanah pertiwi sendiri. Di Skotlandia, Cove Bay.
Dalam pejam matanya, Karl tersenyum dengan seringaian pelan yang terbit di wajahnya. "Memangnya siapa yang menyangka ini semua?" ucapnya santai. Yang tadinya ia menumpukan dagu diatas meja, kini berganti menjadi duduk bersandar pada kursinya sendiri.
Seluruh orang menatap bergantian. Lolongan napas bersahutan terdengar.
"Kurasa Cortes telah menduga ini semua..." ucapnya melirik Cortes. "Buktinya ia sempat-sempat saja mencumbu kekasihnya dengan mesra begitu," tentu saja, siapa lagi yang bicaranya terlampau luwes selain Stuart?
Sudah dua jam sejak insiden di balik pilar Cortes dan Ody berlalu, namun para manusia-manusia iri hati nan dengki itu masih ingin berputar pada topik asmara itu saja. Ingin sekali mereka membuat telinga Cortes memerah sepanjang waktu setiap kali nama kekasihnya— Ody, disebut didalam ruangan besar ini.
Lagipula, ini semua terjadi sebab yang melihat Cortes dan Ody bukan hanya satu orang. Melainkan tiga orang sekaligus. Tiga orang dan tiga pasang mata melihat bagaimana Cortes dan Ody bercumbu di balik pilar besar itu.
Niat awal mereka memang bukan untuk merecoki kegiatan Cortes dan kekasihnya. Mereka hanya ditugaskan untuk mencari keberadaan sang letnan dan memberitakan kabar terbaru tentang situasi terkini. Namun, mendapati sang letnan ternyata tengah memadu kasih dengan seorang perempuan disana— kenapa tidak di goda habis-habisan saja sekalian?
Lagipula, situasi sedang cukup membaik 'kan? Setidaknya Cortes dapat menjadi hiburan untuk saat ini.
Hiburan untuk kegaduhan yang terjadi. Kegaduhan yang disebabkan oleh warga sipil pun darah asli dari tanah Skotlandia.
Singkatnya, pembinor yang berkhianat.
Sialan, bisa-bisanya mereka mengkecoh jajaran besar tentara militer seperti ini? Dan berani-beraninya mereka mengorbankan rakyat tak berdaya untuk ambisi sendiri? Memang sangat kurang ajar. Anak setan sekali manusia-manusia itu.
Kembali lagi ke ruang rapat para tentara, disana Cortes melirik dengan gelengan kepala sekarat. "Kuminta kau berhenti, Stuart." tandasnya, malas.
Merasa tak enak hati sebab sudah lebih dari lima kali nama Ody disebut-sebutkan oleh para tentara lainnya. Bukan masalah cemburu atau bagaimana— toh Cortes baru saja sukses membuai perempuannya dalam lumatan yang terlampau hangat itu— tapi, ini sudah sedikit menyalahi kehormatan Ody. Menyebutkan kegiatan intim seorang perempuan berulang kali itu sangat amat tidak sopan. Cortes tak ingin satu orang pun berpikir tidak-tidak diatas nama kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Letter From The Sea to The Shore
Исторические романыDitengah peperangan Ody hanya memiliki satu mimpi sederhana ; hidup bahagia dengan seorang putri kecil kelak. Namun dunia penuh reruntuhan ini membuat Cortes harus menumpahkan darah di medan perang. Hingga Ody tak lagi mendapat balasan suratnya dan...