13 | Surat Cinta Pertama

63 8 11
                                    

KUBIK air didalam kolam nampak bergerak tenang saat pergerakan diatasnya terjadi dalam senyap nan diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KUBIK air didalam kolam nampak bergerak tenang saat pergerakan diatasnya terjadi dalam senyap nan diam. Seluruh tubuhnya menyelam sempurna, hilang habis didalam dasar kolam bersama kayuhan tangannya yang perlahan namun pasti.

Tepat di ujung kolam, Cortes mendongak penuh. Menyembulkan diri dan banyak udara kedalam tubuhnya. Tangannya turut menyugar surai basah itu kebelakang.

Beberapa saat ia hanya menatap kosong sampai gelombang air tenang itu tersibak berguncang kala sang letnan memutuskan untuk menyudahi kegiatan berenangnya.

Percakapan malam ini bersama Ody, membuat Cortes mendadak memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada. Mungkinkah kapal itu adalah milik tentara musuh? Pertanyaan Ody membuat Cortes berpikir.

Bahkan di tengah dinginnya dini hari, Cortes harus mencari pengalih penat dengan berenang. Sekaligus, melatih kemampuannya didalam air sebab— tak akan ada satupun tempat aman ketika perang itu terjadi nanti.

Bukan, bukan salah kekasihnya yang membuat Cortes mendadak berpikir. Justru Ody telah menyelamatkan susunan rencana yang telah Cortes agendakan untuk mereka— dan membuat antisipasi jika saja perang secepat itu datangnya. Melainkan Cortes hanya sedang tertekan dengan fakta bahwa ia tak dapat mencegah semua ini untuk tidak terjadi. Bahkan untuk menunda apa yang akan datang pun ia tak bisa. Cortes hanya sanggup mengatur pertemuannya dengan Ody. Bukan mengatur kapan perang terjadi dan bagaimana itu terjadi.

Melirik kearah sudut halaman kediamannya yang nampak remang pada saat fajar, "Bisa tolong ambilkan secarik kertas dan pena?" pinta Cortes pada seorang pelayan yang berjaga untuknya.

"Baik, tuan." dan tak ingin membuat tuannya menunggu lama, pelayan itu dengan segera menjalankan titah pun kembali kurang dari satu menit dengan permintaan Cortes yang lengkap ia bawakan.

Disana Cortes menyampirkan bahunya dengan handuk kering, asal saja. Setelah mendudukkan dirinya, Cortes pelahan menarik carik kertas tersebut. Ia pandangi beberapa saat hingga kelibat tentang percakapan Cortes bersama ayahnya beberapa saat lalu kembali menghampiri.

"Sesuatu pasti mengusik pikiranmu hingga memutuskan untuk pulang kerumah daripada bermalam di asrama" suara serak berat itu menyambut indra pendengaran Cortes saat ia tengah disibukkan dengan kegiatan menuangkan air kedalam cawan kacanya.

Membiarkan diam tercipta saat sang letnan meneguk air dalam cawan dengan cepat. "Tertebak sekali, bukan?" ia terkekeh sembari menepirkan cawan yang kini berubah kosong bersih dibuatnya.

Tersenyum, ia turut terkekeh ringan. Menarik kursi untuk diduduki dengan gestur santainya. "Hari ini pun ayah datang menghadiri rapat dengan topik yang sama denganmu, dan tentu saja berita itu sampai ke telinga ayah juga."

Cortes menipiskan bibirnya kala membentuk sedikit anggukan kecil. Ada sorot kalut yang tercipta diwajah Cortes saat topik pembicaraan itu dibawa keatas meja. Pun hembusan napas yang terasa berat melolong sempurna lewat bibirnya yang sedikit pucat.

Love Letter From The Sea to The ShoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang