Part 8 [Tea Time]

7.2K 453 4
                                    

Happy Reading, sorry for typo.

"Ingat ya semua yang dokter bilang, jaga pola hidup sehat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ingat ya semua yang dokter bilang, jaga pola hidup sehat. Jangan makan sembarangan, rajin olahraga dan jangan minum minuman alkohol."

Aku menatap Sakha jengah, aku juga tahu lho, kenapa harus di reka ulang sih? Kan wajahku jadi merah lagi.

"Selebihnya biar aku yang atur."

"Eh, apa maksudnya?" aku menatap Sakha yang tengah mengemudi perjalanan pulang.

"Kamu tinggal pikirkan yang tadi aku bilang, selebihnya biar aku yang atur."

"Apa emangnya?"

"Posisi, proses dan sesudah."

Ya ampun, kenapa Sakha jahil banget sih? Lihat sekarang bahkan dia tertawa, aku semakin di permalukan.

"Walaupun aku tahu posisi favorit kamu, tapi untuk sekarang tahan dulu ya. Kita lakukan sesuai anjuran dokter. Kamu di bawah dulu."

"Sakha, please," kataku dengan lemas.

Sakha kembali tertawa, lebih keras dari sebelumnya. Bahkan aku lupa, kapan terakhir kali aku melihatnya tertawa seperti ini. Tapi meskipun tertawanya indah, saat ini Sakha sangat menyebalkan.

"Ya udah, aku diem. Udah, wajahnya gak usah merah lagi dong."

"Ah udahlah, kamu turunin aku disini aja. Aku pulang naik taksi aja, berhentiin mobilnya."

"Eh jangan! Aku cuma bercanda, maaf-maaf. Oke, aku beneran diem sekarang."

Aku lihat Sakha mengulum bibirnya menahan tawa, lalu beberapa detik kemudiam wajahnya berubah menjadi serius kembali. Nah, kalau begini kan aku bisa tenang.

"Kamu masih harus ke kantor setelah ini?" tanyaku.

"Enggak, aku bisa kerja dari rumah sisa kerjaan hari ini. Tapi aku gak terlalu sibuk kok."

Mobil tiba di pekarangan rumah, aku keluar dari mobil. Tapi aku tak langsung masuk ke dalam rumah, aku memilih berjalan ke samping rumah untuk tiba di taman kecil belakang rumah. Ada sebuah gazebo tepat di samping kolam renang, dan aku memilih untuk duduk untuk mendapatkan udara segar.

Aku pikir Sakha akan langsung pergi ke ruang kerjanya, tak tahunya dia malah mengikutiku dan duduk di sampingku.

Sakha diam, tak membuka suaranya dan hanya menatap air kolam yang begitu tenang.

"Setelah di pikir-pikir, kayaknya kita belum pernah bahas ini deh," aku orang pertama yang membuka suara.

"Bahas apa?" Sakha menoleh, membalas tatapanku. Lagi, jantungku berdebar karenanya.

"Selama dua tahun ini kita hanya beraktifitas tanpa tujuan, mengikuti alur sesuai yang di tentukan Tuhan. Tapi kita gak pernah menentukan masa depan kita sendiri."

Flawless Wife [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang