Prolog

181 75 10
                                    

Semilir angin berdesir, meniup butiran debu, dan menyapu dedaunan yang berserakan. Gemercik air lembut berjatuhan kala senja menampakkan keindahannya, untuk sesaat. Senyum dimpel terlukis sempurna di wajah yang terlihat bahagia, namun, menyimpan banyak luka.

"Van....lo gak capek?" Pertanyaan yang terlontar hanya ditanggapi dengan senyum tipis.

"Capek? Emang gua ngapain, Vi?" dia balik melempar pertanyaan kepada sahabatnya. "Gua gak kaya lu, yang kerjanya nyimpen masalah, dan nyusahin temennya sendiri." Lontarnya enteng.

Levi Eduardo Valentino terkekeh. Meski kalimat yang dilontarkan sahabatnya terkesan mengolok, namun, itu menghiburnya.

"Lo bener, Van. Makanya jangan mati cepet-cepet, ya? Nanti kalau lo gak ada duluan, gua gimana?"

***

"Sejauh apapun gua pergi, gua akan tetap kembali."

- Huening Akheolis Jevano

***

"Di sini kita tumbuh, merasakan kebahagiaan, dan berbagi luka yang tak kunjung sembuh."

Kata dan Waktu [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang