20 - Ending

65 39 20
                                    

***

Jeritan demi jeritan terdengar nyaring memenuhi sepenjuru ruangan. Sosok wanita setengah baya menangis tersedu-sedu. Ia menahan rasa sakit dari beberapa luka yang diberi air perasan jeruk.

Suami dari wanita tersebut mencoba menenangkan istrinya. Dia rela mengorbankan tangannya untuk digigit sang istri agar berhenti menangis.

"Sayang, bertahanlah. Tunggu sampai polisi datang! Kita gak boleh mati. Kalau kita mati, siapa yang ngurus Raelynn?" ujar sang suami dengan lembut. Meski ia menderita dan merasakan sakit yang jauh lebih parah dari istrinya, tapi, dia menghiraukannya.

"Bagaimana kalau kita terbunuh? Lihatlah keadaan kita sekarang! Kita belum menghubungi pihak polisi sementara keadaan kita sudah sangat parah. Lima jari kakiku, dan lima jari tanganku dipotong olehnya. Dan kamu, kaki kananmu di gergaji dalam kondisi hidup-hidup!" timpal sang istri yang memilih menyerah dibandingkan bertahan lebih lama lagi.

Sang istri tak bisa berharap lebih jauh melihat kondisinya sekarang, meski suaminya terus menyakinkannya bahwa mereka bisa keluar dan selamat.

Sewaktu mereka berdebat, sesosok berpakaian serba hitam masuk ke dalam gudang tempat di mana pasangan suami istri tersebut disekap.

Sosok misterius itu tak hanya datang dengan cuma-cuma, ia membawakan makanan untuk tawanannya sebelum mereka dihabisi secara tragis olehnya.

"Makanlah....Pasti kalian lapar, bukan?" Ia menyuguhkan sepiring makanan untuk keduanya yang justru membuat pasutri itu kehilangan nafsu makannya.

"Kau gila?! Kau menyuruh kami memakan jari manusia yang belum diolah begitu?!" timpal Kiki dengan entengnya.

"Memangnya anda akan memakannya kalau jari-jari ini saya olah lebih dulu?" tanyanya. "Bukankah rasanya lebih enak jika belum diolah?"

Sosok yang berpakaian serba hitam itu mengambil salah satu jari yang ia suguhkan di atas piring kemudian menyantapnya dengan lahap.

Kiki sontak muntah melihatnya makan tepat di hadapannya. "Kau benar-benar gila?!"

Sosok misterius tersebut mengulas senyum dari balik masker. Ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Kiki lalu mencengkram pipinya dengan kencang. "Makanlah."

Adam, suami dari si Kiki sontak menyantap jari-jari yang dihidangkan. Dia berpikir, mungkin dengan mengikuti apa yang dikatakan sosok tersebut dapat menyelamatkan nyawanya.

Sang pembunuh yang telah menghabisi banyak nyawa, terkesima melihat Adam yang mau mengikuti perintahnya. Tak seperti korban-korban sebelumnya yang hanya berteriak dan mengancam.

"Wahh....kau menyukainya?" tanyanya antusias.

Adam acuh. Ia menghabiskan jari-jari manusia yang dihidangkan hanya demi menyelamatkan nyawa dirinya, dan istrinya.

"Apa rasanya enak? Apa kau mau lagi?" sang pembunuh terus bertanya dengan begitu antusias.

"Kalau saya memakan sesuai yang kau perintahkan, apakah saya akan mendapatkan imbalan?" Adam balik bertanya.

"Kenapa kamu bertanya begitu?"

Mendengar nada suaranya yang tiba-tiba berubah serius dalam sekejap, membuat bulu kuduk merinding. Adam sontak menundukkan kepalanya, ia mengepal tangannya kuat-kuat, bibirnya bergetar menahan rasa takut.

Kata dan Waktu [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang