09 - Sebuah Sandiwara

52 44 1
                                    

***

"Dasar anak gak berguna!" hardik Jovita kala mentari menyapa pagi. "Kamu gak bisa apa duduk manis tanpa cari masalah?! Lihat! Gara-gara kamu, kakakmu yang harus menanganinya."

"Ibu jangan menyudutkan aku terus! Ibu juga banyak salah, tapi, selama ini aku selalu diam saja!" gertak balik Angelina.

Jevano membisu mendapati pertikaian antara ibu dengan anaknya. Dia tak tega melihat Angel yang tak henti disalahkan oleh ibunya sejak keduanya bertengkar.

Jevano berdiri di sebelah Jovita lalu mendekap tubuhnya. "Udah, Bun. Jangan marah terus."

Namun, sang ibunda menghiraukannya, dan tetap saja menghardik putri bungsunya.

***

Jevano bersama dengan Jaylen, Levi, Aiden, dan Xavier berkumpul di basecamp. Tak begitu banyak yang dapat mereka lakukan sedari awal bertemu. Di tambah dengan si happy virus mereka yang biasa menceriakan suasana, hari ini lebih banyak diam melamun.

"Van, lo lagi ada masalah, ya?" cetus Jaylen dengan raut polosnya.

Jevano mengulas senyum. "Kelihatan, ya?"

"Kalau lo ada masalah cerita aja, Van," timpal Levi.

"Lo lagi berantem sama Angel, kah? Dari tadi tuh anak gak ada nih di sini," sahut Aiden asal menebak.

Mulanya Jevano berniat menyelesaikan masalah di benak pikirannya sendiri. Tapi, akhirnya dia mencoba mengutarakan masalah baru yang ia peroleh ke teman-temannya. Barangkali saja dengan begitu, ia bisa mendapat masukan untuk menyelesaikan permasalahan.

Meskipun awalnya Jaylen, Levi, dan Aiden asyik bermain barbie yang Xavier bawa, kala Jevano akan bercerita, keempatnya lantas duduk anteng mendengarkan permasalahan.

Begitulah karakter mereka yang tak pernah mau ketinggalan mengetahui berita terbaru terutama tentang kehidupan pribadi Jevano yang terbilang jarang mendapat masalah.

...

"Mungkin tadi pagi tante Jovita lagi capek atau badmood karena kerjaannya. Terus dia denger kabar kalau lo kemarin ribut sama Milo karena Angel. Habis itu emosinya meluap-luap hingga meledak-ledak?" ujar Xavier berusaha memaklumi Jovita.

"Bisa aja beliau marah begitu karena tak ingin melihat anaknya terluka," papar Levi.

Jevano mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mencerap setiap dugaan yang dijabarkan oleh para sahabatnya.

Ia setuju akan pemikiran dari sudut pandang Xavier maupun Levi. Kedua dugaan yang keduanya berikan benar-benar terdengar masuk akal.

"Dahlah. Gua harap, lo bisa akur lagi ya sama keluarga lo." Jaylen mengulas senyum sambil menepuk-nepuk bahu Jevano.

***

Seusai berkumpul di basecamp, Jaylen, dan Levi memilih pulang. Sementara Jevano, dan Aiden memenuhi permintaan Xavier yang mengundang mereka mengunjungi rumahnya.

Ketika berada di dalam rumah, Aiden tak henti berdecak kagum memandangi setiap sudut ruangan di kediaman sang leader EX1 yang begitu megah bak istana. Mendapati sikapnya yang norak justru membuat Xavier rasa ingin memukulnya.

Kata dan Waktu [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang