19 - Wahana Bermain

47 34 10
                                    

***

Semburat mentari terlukis di langit yang biru. Hawa yang begitu dingin menyelimuti tubuh. Rasanya cukup malas untuk membuka mata dan beranjak bangun dari atas kasur yang empuk. Sayangnya, hari ini bukanlah hari yang terbaik untuk bersantai, ada segudang kegiatan yang harus dilakukan.

Levi meraih botol parfumnya yang berjejer dengan sejumlah skincare. Dia menyemprotkan cairan dari parfum di beberapa sisi tubuhnya. Selepas itu, ia menatap cermin, memandangi wajah imutnya yang menawan.

Seusai berdandan, Levi bergegas menuju garasi rumah untuk mengambil mobilnya. Tujuan utamanya di awal pagi ini ialah menemui kedua orang tuanya, merayakan hari ulang tahun sang ibu yang bertepatan dengan hari anniversary pernikahan.

....

Levi tiba di rumah sakit. Banyak pengunjung, perawat, dan pasien yang berlalu lalang di halaman. Sempat dirinya mengunjungi lokasi itu karena bisa saja kedua orang tuanya tengah menghabiskan waktu berdua di sana.

Tetapi, ia tak melihat batang hidungnya sedikitpun sehingga Levi melanjutkan langkahnya memasuki rumah sakit.

Kedatangannya disambut dengan hangat oleh sejumlah perawat dan dokter yang merupakan teman dekat orang tua Levi.

Meskipun Levi terbilang jarang mengunjungi rumah sakit, tapi, kedua orang tuanya selalu menceritakan perihal tumbuh kembang putranya ke rekan-rekan kerjanya.

Berada dalam saat-saat itu cukup menghibur hati Levi yang selalu terasa dingin. Mungkin hal tersebut terjadi karena kurangnya perhatian dari kedua orang tuanya.

Levi mempercepat langkahnya ketika melewati koridor di lantai satu. Di kala itu juga, ia menangkap sekilas bayangan seorang pemuda yang terlihat mirip seperti Jevano.

Langkahnya lantas terhenti. Ia berdiri celinga-celinguk di tengah para manusia berlalu lalang. Ia mencari pemuda mirip Jevano yang langsung menghilang dalam sekejap mata.

Levi merasa bingung dengan yang dilihatnya. Apakah mungkin jika pemuda yang ia lihat tadi adalah Jevano? Tapi, ada kemungkinan kalau orang yang sempat mencuri perhatiannya tadi bukanlah Jevano. Hanya saja kalau dilihat dari style berpakaian, cukup mirip dengan style yang biasa sahabatnya pakai. Selain itu, ada kepentingan apa sahabatnya berkunjung ke rumah sakit tempat kedua orang tuanya bekerja?

"Sungguh aneh!"

***

Hawa dingin menyeruak menusuk tubuh. Tubuhnya menggigil. Wajahnya memerah. Dahinya mengucurkan banyak keringat. Raelynn merasa tak enak badan sejak pagi, dan ia hanya menghabiskan waktunya dengan tertidur di atas kasur sampai keadaannya membaik.

Sewaktu Raelynn lagi tertidur dengan lelap, sang ibu justru menyelinap masuk ke dalam kamarnya. Dia berusaha membangunkan Raelynn yang sedari tadi tak mau keluar dari dalam kamarnya.

Raelynn bisa mendengar segala perkataan yang terlontar. Tapi, ia memilih untuk diam sebab kepalanya yang lambat laun terasa semakin pusing.

"Kamu beneran gak mau ikut pergi, Nak? Ayo ikut, nanti di sana kamu bisa beli apa yang kamu pengenin," si ibu terus saja mengulangi pertanyaan yang sama hingga membuat telinga Raelynn terasa panas mendengarnya.

"Gak, Mah. Raelynn lagi sakit jadi gak bisa ikut nemenin mama sama papa pergi," balas Raelynn dengan spontan.

Setelahnya, kedua orang tua Raelynn pergi dan membiarkan putrinya tersebut beristirahat di rumah sampai keadaannya pulih. Padahal, yang sebenarnya diinginkan si bungsu ialah kedua orang tuanya berada di rumah dan merawatnya yang tengah sakit.

Kata dan Waktu [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang