03 - Senar Gulita

82 61 17
                                    

***

Cairan kental kemerahan, tak berhenti mengalir dari kedua lubang hidung Xavier. Berulang kali Jevano meraih lembar demi lembar tisu, untuk sahabatnya yang mimisan. Selain itupun, dia turut mengobati sebagian luka di wajah, dan di lengan sang leader EX1.

"Lo luka-luka begini, karena dipukulin sama bapak lo lagi, kah?!" Jevano bertanya dengan nada yang tinggi.

Xavier menghela napas panjang. Dia tertunduk lemas sambil mengelap sisa darah di atas bibirnya.

Di waktu member EX1 memprihatinkan kondisi Xavier, berbanding terbalik dengan Aiden yang justru menanyakan hal yang seharusnya tak ia tanyakan pada kala itu. "Vier, gitar gua yang lo pinjem kemarin, kenapa senarnya gak ada?"

Xavier refleks menoleh, begitupun dengan Jevano yang mulanya sibuk mengobati si leader EX1. Dia lekas bangkit, lalu mendatangi Aiden yang menganalisis gitarnya.

"Loh iya? Kok senarnya bisa gak ada?" Jevano bergumam sembari mengambil gitar Aiden.

Jevano melirik sekilas ke arah Xavier yang tertunduk diam dengan tatapan kosong. Dia lekas melangkah, mendatangi sahabatnya yang duduk mematung di sofa. "Kalau ada masalah, cerita aja."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Jevano meninggalkan basecamp EX1 tanpa menyampaikan sepatah kata. Ia sengaja membiarkan keempat anggota lainnya berada di dalam sana, sehingga ia bebas melanglang sendirian.

***

Jaylen mengisap sebatang rokok yang kemudian dilemparkannya ke tanah, dan diinjaknya putung rokok tersebut hingga hancur. Sementara di lain sudut, Jevano berdiri sambil melipat kedua tangan di dada. Sedari tadi, sorot matanya tak henti memandanginya.

"Mau dengar berita baru lagi?" Jaylen memutar badan, berjalan menghampiri Jevano yang hanya diam. "Lo punya rokok?"

Jevano membuang muka. Berselang sesaat, dia melempar sebungkus rokok ke arah Jaylen yang sigap menangkapnya.

Kedua sahabat yang berkedok rival itu, berdiri bersampingan. Jaylen mengenakan handscoon di kedua tangannya. Ia membuka plastik hitam, mengeluarkan senar gitar yang telah ternoda oleh cairan kental kemerahan.

"Ada kasus pembunuhan lagi."

Jevano terpaku menatap senar yang terpampang di hadapannya sekarang.

"Terjadi pembunuhan lagi?" tanya Jevano ragu.

Jaylen mengangguk pelan seraya menyeringai. "Ya, dan lagi-lagi korbannya ialah seorang gitaris. Mungkin dengan barang bukti ini, kamu dapat menemukan petunjuk terkait si pelaku." Dia kembali memasukkan senar tersebut ke dalam kantong plastik.

Jevano membisu. Tatapannya terpusat pada kantong plastik yang kini berada dalam genggamannya. "Tak mungkin bukan jika pelakunya adalah temanku?"

Jaylen tersenyum seringai. Tanpa menjawab, ia langsung menyelonong pergi meninggalkan Jevano seorang diri di rooftop.

***

Aiden berjalan masuk ke dalam toilet hanya untuk merapikan rambutnya yang terasa berantakan. Selang setelah ia masuk, Jevano datang dan berdiri bersebelahan dengannya.

Kata dan Waktu [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang