Fuck Boy!

324 11 0
                                    

Don't forget spam vote and komen!

Rara sangat pusing, berkali-kali ia mengetukkan pensil ke atas kepalanya. Sudah 1 jam berkutat dengan matematika yang diajari Aura. Kedua gadis itu berada di taman sekolah sekarang. Jam kosong matematika gantinya adalah tugas. Setelah itu mereka boleh pulang.

"Paham belum Ra?" tanya Aura dengan ramah dan hati-hati.

Uap panas keluar dari atas kepala Rara. "Gue nyerah!" serunya sambil melempar pensilnya di atas buku paket matematika yang tebalnya seperti lapisan dunia. Tapi masih tebalan buku fisika sih.

Aura tersenyum miris. "Ya udah sini, gue kerjain aja."

"Huaaaaa lo emang terbaik Ra. Nanti gue traktir apapun yang lo mau."

Aura tersenyum seraya mengangguk. "Mai plisur Ra."

Rara melebarkan mata. "What! Lo belajar dari mana ungkapan itu Ra? Gue gak salah denger?" Mendengar pernyataan Rara, membuat Aura gelagapan. Ia memutar otaknya untuk mencari sebuah alibi.

"Ah, itu kemaren gue lihat iklan orang Inggris gitu. Waktu temennya bilang makasih dia jawabnya 'My Pleasure' gitu jadinya." Aura meneguk ludah pelan.

Rara mengerutkan kening curiga. Namun ia tidak mau ambil pusing. Otaknya sudah konslet karena matematika yang melandanya. Ia memutar bola mata malas, lebih memilih melihat bagaimana cara Aura mengerjakan matematikanya. Tapi nyatanya ia semakin pusing.

"Kok lo bisa se ahli itu sih Ra!" seru Rara hendak mimisan melihat ke ahlian Aura dalam mengerjakan matematika.

Aura meringis. Pandangannya beralih ke arah lain.

"Lo lihatin apa?" tanya Rara mengikuti arah pandang Aura.

Rara memasang wajah jutek saat dua orang pemuda menghampiri mereka.

"Jangan marah gitu dong Ra. Kita cuma mau tanya, jadi kapan kita bisa belajar kelompok bareng?" tanya Lucas.

Aura menatap Rara dengan takut. Ia tidak siap melihat peperangan yang akan terjadi. Tapi ia harus siap.

"Nanti sore bisa," ucap Rara tanpa memandang Mark ataupun Lucas.

"Dimana?" tanya Lucas.

"Terserah, kalian maunya dimana?" tanya Rara balik.

"Dirumah lo aja ngapa Ra, kan sepi." Aura mengeluarkan pendapat.

"Kalian gimana? Mau gak?" tanya Rara.

Lucas dan Mark mengangguk. "Boleh, jam berapa?"

"Jam 4 ya," ucap Rara lagi.

"Siap sayang!" Lucas menyeletuk. Membuat Rara melotot.

"Apa lo bilang barusan?" Gadis itu bangkit seraya mengangkat buku paket matematika tebalnya. Bersiap menimpuk kepala Lucas.

"Eh, gue cuma bercanda. Ampun!" Lucas meringis seraya menangkupkan kedua tangannya. Ia teringat tendangan Rara tempo hari yang membuat miliknya cenat-cenut.

"Apa lo bilang tadi?" Rara malah mendekati pemuda itu.

"Ra jangan dong, gue cuma bercanda." Lucas merengek.

"Udah gak ada apa-apa yang mau ditanya lagi kan?" Rara kembali mengangkat buku paketnya.

Lucas terkekeh. Ia berusaha melindungi kepalanya. "Lo main tiktok gak Ra?"

"Kalau iya kenapa?" tanya Rara seraya menatap dingin. Gadis itu semakin mendekati Lucas.

Diam-diam Mark menggandeng Aura meninggalkan perang dunia yang akan terjadi.

Mr. Confident || Lucas 🦁🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang