Chapter XLIX : Rahasia Yang Terungkap

80 9 0
                                    

"Luka fisik akan selalu bisa sembuh walau membutuhkan waktu, tapi berbeda dengan luka hati yang tidak akan pernah sembuh sekalipun ribuan tahun berlalu."

🥀

"Sial," umpat Viola ketika soal-soal tidak masuk akal sudah terlihat oleh matanya.

Inilah VHS, kerjaannya nyusahin murid dengan membuat soal ujian essay sebanyak 20 soal sedangkan waktu yang bisa digunakan hanya 90 menit.

Berbeda dengan Viola, di sisi lain Adya, Arion, Ryan dan Xavier terlihat enteng mengerjakan soal-soal tersebut.

Disetiap sudut ruang ujian terdapat cctv yang di jaga oleh 9 orang yang memonitor di ruangan khusus.

Ada terdapat 9 ruangan ujian dengan 4 pengawas setiap satu ruangan. Ujian dilaksanakan menggunakan komputer, ketika waktu habis atau telah selesai maka komputer akan otomatis mati.

Waktu terus berjalan, kepala seluruh murid VHS terus berpikir. Bahkan ada siswi yang menangis sambil memaksakan diri untuk terus mengerjakan soal-soal itu.

Kecurangan di VHS sama saja kebodohan terbesar mereka, tidak ada yang berani melakukan itu karena jika mereka ketahuan berlaku curang, maka kemungkinan besar mereka tidak akan lulus dan— akan di drop out dari VHS.

Kring!! Kring!!

Bel tanda waktu berakhir terdengar, seluruh layar komputer seketika mati pertanda waktu mereka telah habis untuk memperbaiki apapun.

🥀

Sama seperti ketika pagi, Brisia berniat untuk menghadang mobil Adya untuk mendekati kakaknya.

Brisia tahu Adya membencinya, tapi Bundanya mengatakan kebencian Adya hadir memang karena Ririn, dan Ririn merasa bersalah akan itu.

Ririn ingin mencoba mengobati Adya dengan menjadi sosok ibu untuk Adya, dan Ririn ingin Brisia menjadi adik yang baik untuk Adya.

"Pergi," usir Adya dengan datar seperti biasa.

"Engg–"

"Lo gak pergi, gue tabrak lo sekarang juga," ancam Adya bersiap menjalankan mobilnya.

Brisia bergeming di tempatnya.

"Kalau itu yang lo mau, gue gak bakal mikir dua kali," putus Adya segera mengendarai mobil tanpa takut akan mencelakai Brisia.

Brisia tiba-tiba di tarik mentingkir dari hadapan mobil Adya. "Bego lo?" Tanya sebuah suara dengan sangat dingin.

Laki-laki itu menatap mobil Adya yang sudah pergi tanpa berniat berhenti.

Matanya beralih menatap Brisia tajam. "Kalau mau mati tuh langsung terjun dari atas rooftop aja, bukan malah berdiri di depan mobil Adya—"

"Apa peduli kamu, Genta?" Tanya Brisia balas memotong ucapan Genta.

Mereka berdua saling tatap tajam beberapa saat, lalu tanpa mengatakan apa-apa, Genta menarik Brisia menuju motornya.

"Gue gak peduli, gue cuman gak mau disusahin gara-gara lo mati ketabrak mobil," ketusnya.

"Naik," ucap Genta, tapi sebelum itu dia sudah memakaikan helm dikepala Brisia secara paksa.

Who is she? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang