"Gini dong, ngumpul ber-empat. Baru lengkap!"
÷Ryan÷
🥀
15 Maret 2024
Kali ini pagi cerah persis seperti kondisi hati Adya. Semuanya mulai terasa indah, walau dia masih sering memimpikan tentang hari di mana dia kehilangan Rio.
Seperti biasa aerphone menyumpal telinganya, tampilannya juga benar-benar terlihat adem sekarang.
Rapi, bersih, indah, dan cantik.
Dia bahagia ketika semuanya kembali seperti semula, walau kondisi tubuhnya setiap harinya semakin memburuk.
Namun, sekarang dia memiliki banyak sekali orang yang mencintai, menyayangi, membagi kasih sayang kepadanya.
"ADYA!" Sapa Viola sambil menepuk bahu Adya ketika melihat sahabatnya sudah menginjakkan kakinya di depan tangga.
"Bareng ajalah," ajaknya diangguki Adya.
Mereka berjalan beriringan menapaki tiap undakan tangga. Viola, gadis itu tidak ada henti menceritakan berbagai macam hal pada Adya seolah mereka sudah lama tidak bertemu.
Sedangkan Adya hanya mengangguk-anggukan kepalanya mengiyakan setiap ucapan Viola.
Ryan dan Arion yang melihat interaksi itu saling tatap, lalu mereka berdua tersenyum dan ikut merangkul kedua cewek yang sangat mereka sayangi.
"Gini dong, ngumpul ber-empat. Baru lengkap!" Seru Ryan.
Betapa lengkapnya mereka, ber-empat, saling berbagi bahagia, saling berbagi suka duka, saling merangkul entah itu dalam bahagia ataupun sedih.
"Makasih, udah balik. Tetep di samping gue, ya?"
Ryan terkekeh, dia mengacak rambut Adya gemas. "Lo itu sahabat kita, apapun yang terjadi, kita bakal bersama sampai maut yang misahin kita."
"Bener tuh, tumben bener?" Goda Viola dengan nada menjengkelkan bagi Ryan.
Ryan lantas menoyor kepala Viola tapi di tahan Arion. "Baru baikan, jangan bikin ulah," nasehat Arion.
Terdengar tawa Ryan yang mengudara, "becanda elah."
⚘
Setelah jam istirahat terdengar, Adya bergegas bangkit hendak segera mencari tempat tenang.
Tapi sebelum Adya pergi, Xavier lebih dulu menahan tangannya. Laki-laki itu beralih menatap pada Viola, Arion dan Ryan.
"Kalian mau ikut? Nanti minggu pergi ke pantai, ajak juga anak The Alfa." Arion mengangkat sebelah alisnya.
Dia menatap lamat pada Adya yang terlihat menunduk. "Lo yakin, Ad?" Tanyanya memastikan.
Dia tentu belum melupakan kenyataan bahwa Adya pernah kehilangan Arvian di pantai.
Bagaimana bisa gadis itu pergi ke pantai sedangkan dia masih sangat trauma atas kepergian Arvian.
Beberapa saat Adya diam. "Gue harus ngelawannya mulai sekarang," tekadnya, dia balas menatap Arion yakin.
"Kalau lo emang yakin, gue bakal selalu ada di samping lo."
Viola memicing ketika melihat Adya berjalan menuju luar kelas dengan membawa buku. "Mau kemana lo?"
"Belajar," sahut Adya, dia menatap bingung pada Viola. "Kenapa?" Lanjutnya sontak membuat Viola mendengus kesal.
"Kalau mau belajar tuh ngajak-ngajak," cetusnya, dia segera mengambil buka tulis miliknya lalu menarik Adya untuk pergi ke perpustakaan.
⚘
Helan nafas panjang terdengar dari Adya, bukanya pergi ke perpustakaan mereka malah berakhir pergi ke rooftop.
Bukannya ketenangan yang Adya dapat, malah keributan yang membuat dia stres.
Aku untuk kamu
Kamu untuk aku"Brisik," ketus Adya mendengar nyanyian Viola yang sangat cempreng.
Dia mulai kembali sibuk pada buku-bukunya.
"Kalian—"
Ryan yang baru saja kan mengatakan sesuatu terpotong ketika terdengar dering ponsel dari salah satu diantara mereka.
"WHATSAPP BRO!" Seru Kenan pada Xavier.
Melihat wajah Kenan membuat Xavier hanya mendengus. "Lagi di rooftop pasti," tebaknya di jawab dengan anggukan kepala.
"Adek gue mana adek gue?" Kenan bertanya dengan heboh mencari Adya.
"Gak usah ganggu," desis Adya ketika namanya terdengar diantara keributan seorang Kenan.
Dapat terdengar desah kecewa di seberang sana.
"Udah tau Adya lagi masa-masa ambisnya, lo malah nyari ni orang. Mending lo cari gue," timpal Viola dengan sedikit sisipan candaan di sana.
"Gue nyari lo sama kaya nyari mati, pawangnya kek harimau," balas Kenan.
Terdengar gelak tawa dari sosok lain di balik sana yang tidak lama sosok itu telah menampakkan bentuknya.
"Vi, lo sama dia beda, mending sama gue aja," tawar Avan dihadiahi tatapan tajam Arion.
"Aduh, tubuh gue belah kena tatapan tajam pawangnya, Nan. Bener kata lo, pawangnya kek harimau." Itu candaan yang terdengar cukup– ekhem, sadis lah.
Viola hanya menggeleng-gelengkan kepalanya ikut tertawa atas kelakuan random Avan yang mengundang amarah Arion.
"Gue sama dia emang ga pacaran, kok. Gue cukup tau kalau kami gak bisa nyata, jelas bedanya."
Sekarang Adya bahkan ikut terkekeh dengan nada sedikit menyindir Arion.
"Aamiin kalian mungkin sama, tapi iman kalian jelas beda. Tuhan emang satu, tapi kalau tempat tujuan kalian meminta beda, gimana bisa mustajab tu doa?" Ejek Ryan di sela tawanya.
Cukup. Arion tidak mau lagi mendengar lebih jauh, dia memilih untuk segera pergi dari sana meninggalkan Ryan yang tawanya semakin meledak.
"Sakit perut gue bisa ngejekin si Arion, plis."
Tak lama Viola juga memilih pergi dengan alasan perlu ke toilet. Setelahnya, mereka lantas kembali sibuk pada buku-buku dihadapn mereka.
🥀
YO! Apa kabar sayang? Bentar lagi ending, baby (y = i)
Hha🤓
Ini gue mau yg ringan" aja lgi, siap untuk mengakhiri kisah kita? Gue janji, bakal lama😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is she? [TAMAT]
Novela JuvenilXavier tidak menyangka jika pilihannya untuk pindah sekolah menjadi awal cerita baru dikehidupannya. Kisah persahabatan, cinta dan keluarga menjadi satu. "Dia seperti manik matanya, semakin dalam kamu menyelami kisahnya semakin kamu tahu betapa gel...