Jangan lupa vote sama komen 🤗
"Masa lalu mungkin sudah berlalu, tapi kenangan yang tercipta tak akan pernah berlalu."
🥀
18 Januari 2024
Adya tersentak kaget disaat tidurnya yang sangat tidak nyaman dirinya malah tiba-tiba di siram dengan air dingin.
"NGAPAIN KAMU DI DEPAN RUKO SAYA? SAYA GAK TERIMA ORANG MINTA-MINTA! SANA PERGI!" usir pemilik ruko yang sempat Adya singgahi untuk tempatnya berteduh.
Mendapat perlakuan yang agak buruk lantas membuat Adya melayangkan Tatapan sinis kepada orang yang membentak bahkan menyiramnya.
Ia mendengus keras lalu memaksa dirinya agar bangun dan kembali ke rumah.
Dengan langkah lunglai Adya melewati pos satpam yang ada di depan kompleks, kepalanya terasa sakit yang mungkin disebabkan dia yang tadi malam langsung tertidur dengan baju basah karena hujan.
"Neng? Abis dari mana? Kok mukanya pucat gitu?" Satpam yang Adya kenal sudah sejak dia kelas sepuluh mencercanya dengan berbagai macam pertanyaan.
"Saya abis dari luar," jawab Adya dengan suara yang sulit keluar, dia segera berpamitan kepada satpam tersebut lalu berjalan ke arah rumahnya.
Semakin Adya dekat dengan rumahnya semakin buram penglihatannya, kepala Adya terasa sangat sakit.
Ia memaksa tubuhnya agar terus berjalan sampai di depan gerbang tubuhnya ambruk ke depan yang beruntungnya seseorang menahan tubuhnya sebelum jatuh menghantam tanah.
"Adya!" Itu yang Adya dengar sebelum kesadarannya sepenuhnya menghilang.
"Ad, kenapa bisa gini?!" Panggil sosok laki-laki berusia 25 tahun pada Adya yang sudah tidak sadarkan diri.
"Astaghfirullah den Leon, itu neng Adya kenapa?!" Pekik Bi Ira melihat Adya yang berada di gendongan Leon, Ira membantu membukakan pintu kamar Adya.
Setelah pintu terbuka, Leon segera meletakkan Adya di atas kasurnya. Dia keluar kamar untuk membiarkan Bibi Ira mengantikan baju Adya yang belum kering sepenuhnya.
Setelah bi Ira keluar, dia langsunv masuk ke dalam kamar.
"Tolong ambilin termometer sama kompres Bi," pinta Leon dengan sopan kepada Bi Ira.
Setelah memberikan benda yang diminta oleh Leon, bi Ira izin ke dapur untuk membuatkan air untuk Leon dan membuatkan sop sayur untuk Adya.
Bi Ira jelas tahu bahwa putri majikannya itu tidak akan memakan bubur, TIDAK AKAN PERNAH.
Leon menghela nafas ketika mengetahui demam Adya yang cukup tinggi, dia mengopres dahi Adya agar demamnya turun.
Di saat Adya masih tidak sadar gadis itu terus menggeleng.
"Adya bukan pembunuh," racau Adya bahkan air matanya mulai mengalir membasahi pipi.
Adya terus terisak membuat Leon mencoba menyadarkannya.
"Sakit pah, cukup! Adya sakit," isak gadis itu dengan air matanya semakin deras membasahi pipi.
"Bang Rio sama mamah jahat, kenapa kalian ninggalin aku sendiri?"
"AD, CEPET SADAR!"
Leon berteriak kencang membuat kesadaran Adya seketika datang.
Ia mengerjapkan matanya beberapa kali ketika kesadarannya datang, kepala Adya terasa berdenyut membuatnya meringis kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is she? [TAMAT]
Fiksi RemajaXavier tidak menyangka jika pilihannya untuk pindah sekolah menjadi awal cerita baru dikehidupannya. Kisah persahabatan, cinta dan keluarga menjadi satu. "Dia seperti manik matanya, semakin dalam kamu menyelami kisahnya semakin kamu tahu betapa gel...