07 : Korelasi antara ibu dan ayah 🐺

938 101 6
                                    

" Korelasi itu adalah hubungan.  "

•••

Gyuvin berjalan pulang setelah jam pelajaran terakhir telah selesai sejak beberapa menit yang lalu. 

Gyuvin tersenyum tipis ketika ia mengingat tentang keempat teman barunya.  Yakni Gunwook,  Jihan,  Jaehee,  dan Win. 

Teman yang membuat sisi kekosongannya dihatinya itu kini terisi sedikit demi sedikit dengan rasa kehangatan. 

Ternyata begini rasanya berteman,  memiliki teman.  Orang yang mungkin tak akan selalu ada untukmu selama 24 jam penuh.  Namun sosok itu ada sebagai pewarna harimu setiap harinya.

Gyuvin senang,  setidaknya ada orang baik yang masih mau berteman dengannya walaupun dirinya bukan dari kalangan yang sama dengan mereka. 

Namun ketulusan mereka dan teman - teman sekelas nya itu sudah mampu membuat Gyuvin percaya.  Bahwa mereka adalah orang - orang baik yang dididik dengan baik oleh keluarga baik mereka.

Tak terasa kaki Gyuvin kini sudah hampir dekat dengan jalan menuju rumah nya.  Tempat dimana ia dan omega manis yang selalu membuatnya tertawa lepas sejak kecil hingga sekarang itu tinggal.

Gyuvin melihat bunga lily,  ia memetik bunga itu dan kembali berjalan ke arah rumahnya. 

Ceklek.

Pintu rumah sederhana itu terbuka,  menampakkan keheningan yang ada di ruangan. 

Membuat Gyuvin bingung.

Bukankah biasanya ibunya ada di ruang tengah sembari merajut syal untuk dijual.  Namun hari ini Gyuvin tak menemukan eksistensi sang ibu yang biasanya ada di kursi santainya dengan sekotak gulungan benang wol dan alat rajut. 

Gyuvin memutuskan berjalan masuk lagi lebih dalam.  Mungkin ibunya sedang sibuk memasak.  Namun saat Gyuvin berjalan ke arah dapur,  lagi dan lagi Gyuvin tak menemukan keberadaan dari sang ibu.

Hingga akhirnya Gyuvin mendengar suara isakan kecil yang berasal dari kamar ibunya. 

Srett.

Bunga Lily yang Gyuvin bawa terjatuh bertemu dengan permukaan lantai papan kayu yang keras. 

Maniknya menatap sendu ke arah pintu,  karena sampai kapanpun mengelak.  Gyuvin tahu. Karena dirinya, ibu dan ayahnya tak bisa bersama.

•••

Krett.

Pintu kamar itu terbuka,  menampakkan Matthew yang menangis namun dengan segera mengusap kasar air matanya dikala maniknya melihat Gyuvin yang menatap dirinya dengan pandangan sendu.

Matthew mendekat ke arah sang anak dan tersenyum bak mentari,  seolah tak ada awan mendung yang merundung hatinya membuat dirinya menangis tadi.

" Ah anak ibu sudah pulang,  bagaimana sekolah barumu hum?  Orang - orang disana adalah orang yang baik kan?  "

ucap Matthew dengan nada bergetar, walaupun begitu senyumnya sama sekali tak pernah pudar. Ia mengelus sayang rahang anak tunggalnya itu dengan penuh kasih sayang.

" Ibu sudah memasak makanan untuk Gyu,  ayo makan bersama hum. " ucap Matthew menarik tangan Gyuvin.

Srett..

Tangan yang Matthew genggam itu ditarik oleh sang pemilik,  Gyuvin menangkup wajah ibunya yang terdiam.

" Bu..  Sampai kapan ibu seperti ini?  " lirih Gyuvin.

Air matanya jatuh. Membasahi rahang tegas yang wajahnya merupakan campuran dari dirinya dan suaminya yang hilang ntah kemana.

Tumpah sudah air mata yang berusaha Matthew tahan sejak tadi dihadapan anaknya.  Nyatanya kini Matthew menangis kembali dihadapan anaknya yang juga ikut menangis. 

Gyuvin memeluk ibunya, menenangkan Omega yang sudah melahirkan dan menemaninya selama hampir 19 tahun ini.

Sosok cantiknya yang selalu terlihat dimatanya,  walau ada kerutan kerutan penanda usianya yang menandakan usianya tak lagi muda.

Namun aura kecantikannya masih menguar indah di mata tajam seorang Kim Gyuvin.

Yang akan selalu menatap ibunya sebagai sosok ratu. 

•••

" Korelasi itu adalah hubungan.  "

ucap Matthew mengawali cerita singkatnya pada Gyuvin yang kini menidurkan kepalanya pada paha sang ibu.

Keduanya sudah melakukan makan malam,  dan kini mereka isi dengan sesi bercerita.  Dan Gyuvin menyarankan untuk ibunya menceritakan sedikit mengenai hidupnya beberapa tahun yang lalu.

" Ibu dan Ayah,  berhubungan karena keterikatan awalnya.  Karena ibu sama sekali tidak memiliki perasaan cinta yang dimiliki oleh ayahmu. " ucap Matthew.

Gyuvin menaikkan kepalanya, mendongak seketika membuat acara elusan Matthew di rambutnya terhenti.

" kenapa seperti itu?  " tanya Gyuvin bingung.

" Bukankah ayah dan ibu saling mencintai?  " tanya Gyuvin lagi. 

Matthew terkekeh,  namun maniknya memerah.

" Apa ya,  Ibu dan Ayah itu awalnya terikat karena takdir MoonGoddes.  Padahal mungkin jika secara akal logika para werewolf keterikatan antara ibu dan ayahmu itu adalah hubungan yang sangat memberatkan sebelah pihak.  Pihak siapa?  Pihak ibu.  Pihak penerima. Yang menerima. " jelas Matthew.

" Maksud ibu apa?  Gyu sama sekali tak paham. "

ucap Gyuvin yang selalu bingung dengan kisah cinta dari ayah dan ibunya yang nampaknya terbilang sangat rumit. Nampaknya.

Matthew terkekeh,  ia mengelus surai Gyuvin sayang sebelum menyuruh sang anak untuk bangun dari pangkuannya.

" Ini hampir larut.  Ayo tidur. " ucap Matthew pada sang anak.

Gyuvin mengangguk patuh,  mengucapkan kata selamat malam dan mengecup sayang kedua pipi sang ibu yang hanya tersenyum.

Sepeninggalan Gyuvin,  senyum Matthew memudar. 

" Kakak Lihat kan?  Anak kita sudah tumbuh besar.  "

tbc
• ayo vote

[3] ENIGMA : THE LAST KING[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang