-Jiyeon POV-
Aduh kesalahan. Kesalahan tadi salting dipinggir jalan. Entah sekarang gimana image seorang Eonnie Jiyeon dimata adik dan kerabatnya. Langsung kubuka pintu kamar begitu aku masuk kedalam rumah.
Kamarku bernuansa putih tulang dengan beberapa perabot kamar berwarna pastel atau cokelat kayu. Saat ini sedang dalam kondisi rapi dan itu berarti aku bisa langsung merebahkan diri diatas kasur.
Kejadian tadi sore terngiang dipikiranku. Apa besok aku masih bisa bicara pada Baek Oppa seperti biasa? Apa aku harus menghindarinya? Tapi jika aku menghindarinya, apa dia justru akan kembali medekati Gohee? Apa yang harus kulakukan? Bagaimana sekarang?
Ku-unlock layar hapeku yang tadinya meghitam. Mataku tertuju pada sebuah nama dengan pemilik yang tampan dan angelic. Bukan, bukan Baek Oppa. Hambar sekali melihat tak ada kemajuan apapun dari chatku dan dia. Hanya beberapa pertanyaan sepele yang tak begitu berarti. Jika aku mengirim chat padanya pasti dibalas, karena dia selalu bersama hapenya. Meski terkadang agak lama karena dia sibuk bermain game online disana.
'Dia memang baik', itu yang kupikirkan. Tidak berarti dia menyimpan perasaan berlebih padaku, bukan? Oh Sehun, namja itu. Bagiku dia penyelamatku. Bukan dalam arti kiasan. Tapi dia benar-benar menyelamatkanku, menyelamatkan jiwaku.
Memori di Bulan Desember yang dingin sekitar dua minggu yang lalu..
-flashback on-
Malam ini dingin sekali, dan aku baru saja keluar dari gereja. Sebentar lagi Natal, dan malam ini untuk kesekian kalinya aku menuju Gereja. Gereja tidak begitu jauh dari rumahku. Setelah keluar dari gereja, berbelok ke kiri, jalan selama dua menit, dan rumahku ada disebelah kanan jalan. Ya, aku harus menyeberang. Perlu kalian ketahui, aku sangat takut jika harus menyebrang begini.
Jantungku berdegup cepat, malam ini jalan cukup ramai. Kukepalkan kedua tanganku sembari menoleh kekiri-kanan, mencoba mencari celah diantara hujan kendaraan.
Ayolah ... rumahku tepat ada diseberang. Apa yang kau tunggu, Moon Jiyeon?
Kulihat ada jarak diantara puluhan kendaraan, terasa aman, aku mulai melangkah. Selangkah, dualangkah, kenapa aku menjadi gugup seperti ini?
Tertangkap oleh mataku, sebuah sinar menyilaukan dari kiri jalan. Gawat!
"YA!" Tubuhku terhempas ke pinggir jalan tepat didepan rumahku, pandanganku gelap, rasanya seseorang sedang menindih -tidak- memelukku.
"KAU BODOH ATAU APA?! TIDAK BISA MENYEBERANG??" Hey! Siapa namja ini? Aku tidak mengenalnya namun dia sudah memarahiku? Tangan dan kakiku bergetar hebat, jantungku berdegup kencang dan pandanganku buram. Apa yang telah terjadi? Siapa namja ini? Kenapa dia memarahiku?
"Kau tidak bisa mendengar? Berdiri." Setetes air hangat meluncur di pipiku, saat aku mendongak pada namja yang sedang mengulurkan tangannya padaku. Kuterima uluran tangannya, namun kakiku masih lemah untuk berdiri. Aku terlalu kaget saat ini. Tuhan, apa yang baru saja terjadi?
"Kau tidak bisa bicara?" Namja itu lagi-lagi membuyarkanku dari lamunanku.
"Berhenti menangis, sudah tidak apa." Dia mengelus punggungku pelan. Dan aku justru terus terisak. Aku takut, takut sekali. Baru teringat, sebuah mobil melaju kencang dan hampir... Kalau saja dia tidak mendorongku, apa yang akan terjadi? Eomma.. Appa..
"Dimana rumahmu?" Namja itu mengusap air mata di pipiku dengan lembut. Sementara tangan satunya memegangi pundakku. Perlahan kutunjuk rumah bercat merah yang berada tepat disampingku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight (EXO's FF) [Hiatus]
FanficAku takut ketika kau mendekat untuk menjagaku, sayapmu justru basah akan air mataku. Dan kau menyelamatkanku dari mimpi buruk, tapi dirimu justru semakin memudar. Sekarang aku tidak bisa tidak memimpikanmu mesti kututup kedua mataku. -Cover by me-