Dream

192 7 1
                                    

-Di daerah sekitar Villa-
-Gohee POV-

"Kamu masih pengen sama Baekhyun?" Dyo memecah keheningan diantara kami berdua. Ya, kami telah meninggalkan Baek dan yang lainnya di kedai bubur ayam. Kini dijalan sepi yang berhembusan angin dari sawah, aku dan Dyo jalan beriringan.

Dan aku masih termenung, bisakah aku berbohong? Sulit untuk bilang bahwa jantungku tidak berdebar ketika bersama dengan Baek.

"Sehun berbeda sekolah dengan kita. Otomatis Jiyeon enggak bisa terus mendekati Sehun sesuka hati. Ada Inmyeon disamping Sehun-"
"mungkin aja Inmyeon mengalah," aku sedikit takut untuk menentang Dyo. Tapi semua yang Dyo katakan tidak akan 100% terwujud kan? Tidak ada yang bisa membaca masa depan.

"Kamu dengerin dulu." Dyo menghentikan langkahnya dan diam menatapku. Mau tidak mau aku juga ikut berhenti berjalan. Semilir angin masih terus berhembus, seakan mencoba mambantuku untuk mengerti semua yang dimaksud Dyo.

"Sehun Inmyeon. Lalu Jiyeon akan berakhir bersama Baekhyun. Hampir enggak mungkin Jiyeon bisa terus mendekati Sehun." Pidatonya berhenti dan Dyo menatapku.

Helaian rambutnya bergesekan tertiup angin, dihias dengan mata jernihnya yang tidak pernah mengalihkan pandangannya. Namun Dyo terlihat sedikit lelah, mungkin aku sedikit keterlaluan padanya.

"Lalu kamu?" Dia bertanya lagi lalu melanjutkan, "masih tetap ingin memperjuangkan Baekhyun? Aku melarangmu tidak hanya karena aku cemburu,"

deg.

"-tapi aku takut kamu disakiti, Gohee."

CahayaBulan

-Didalam Villa keluarga Jiyeon-
-Jiyeon POV-

Baek Oppa masih saja mengomel. Gara-gara makanan di Villa masih banyak dan kami semua sudah kenyang.

Lagipula, tadi aku dan Baek Oppa memasak kan hanya untuk jaga-jaga. Kyungsoo Oppa yang bisa memasak hanya terus membaca buku di pelataran atas siang tadi. Jadi kukira dia tidak akan mau memasak.

Dan juga, Sehun dan Baek Oppa kan makan banyak, masa tidak bisa menghabiskan? Toh sekarang masih jam 6. Mungkin saja nanti mereka lapar lagi.

"Jiyeon ah, kau mendengarkanku?" Aku yang sedang menggigiti kuku, langsung menoleh ke sumber suara.

Mungkin ekspresiku sedang memelas dihadapan Baek Oppa. Hapeku yang sedari tadi terjebak ditangan kiriku juga pasrah kuremas-remas gugup.

Aku sadar Baek Oppa jarang memasak. Sekali dia memasak seperti tadi, pasti dia marah jika masakannya terbuang sia-sia.

"Kalau tahu seperti ini, lebih baik tadi kau tidak memintaku memasak bersamamu." Kalimatnya membuatku sedikit tercengang. Aku kesal.

"Sudah terjadi, Oppa. Kok terus disesali? Nanti barangkali Oppa dan Sehun lapar lagi, kan bisa dimakan?"

Bukan itu maksudku. Aku tidak kesal karena Baek Oppa terus mengutuk hal yang sudah terlanjur. Tapi, se-enggak mau-itukah Baek Oppa untuk menghabiskan waktu berdua denganku? Baru kali ini aku memasak berdua saja dengan seorang namja. Dan itu Baek Oppa.

"Sehun? Aku dan Sehun? Aku tidak mau makan dengan bocah itu. Apalagi membiarkan masakanku masuk ke mulutnya."

Ha?

A-aku samasekali tidak bermaksud menyamakan Baek Oppa dengan Sehun. Tapi memang mereka berdualah yang memiliki nafsu makan paling besar diantara kami ber-enam.

Bagaimana aku bisa lupa kalau Baek Oppa kekanak-kanakan? Dia dan juga Sehun, tepatnya. Jika kupikir lagi, setidaknya Gohee punya Kyungsoo Oppa yang masih bisa berpikiran dewasa.

Moonlight (EXO's FF) [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang