Machine

331 18 4
                                    

-Author POV-

"Jiyeon ah," kata Baekhyun yang sedang menatap Jiyeon dari jarak kurang dari satu meter itu.

"Mwo?"

"Kamu..."

Brakk!

Sontak kedua pasang mata itu menatap kaget kearah sumber suara.

"Yak! Bocah ini!" Baekhyun menggerutu melihat sosok Sehun yang tahu-tahu sudah ada didapur, entah sejak kapan.

"Ah maaf, tadi Sehun mau ambil minum. Tapi takut ganggu, akhirnya Sehun balik. Eh tapi malah kesandung meja, hehe," jawab Sehun sungkan sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal itu.

Baekhyun berdecak kesal, momen yang tadinya ia bangun, hancur sudah. Diliriknya Jiyeon yang kembali melanjutkan acara memasaknya tanpa mengembalikan topik pembicaraan.

Di satu sisi, Jiyeon ingin kembali menatap mata Baekhyun dan mendengar apa yang namja itu ingin katakan. Namun di sisi lain, apa yang Sehun pikirkan ketika melihatku disini dengan Baekhyun Oppa? -pikirannya mulai meluber kemana-mana.

CahayaBulan

-Sore hari, didepan Villa Keluarga Jiyeon-

Setelah selesai menali tali sepatuku ini, aku bergegas menuju ke luar rumah. Cuaca yang sangat mendukung untuk melakukan olahraga, batinku.

Aku mulai menyusuri jalan komplek perumahan ini sambil berlari kecil.

15 menit berlalu setelah aku selesai mengelilingi komplek perumahan ini. Aku sampai di sebuah taman yang sedang ramai dengan para pedagang kaki lima. Kakiku mulai berjalan menuju ke salah satu kursi milik pedagang yang menjual bubur ayam.

Tidak sampai duduk, aku melihat dua orang yang sangat familiar di mataku. Dan mereka terlihat sedang asik memakan bubur ayam sambil sesekali bercanda. Kurasakan ada yang salah dipikiranku. Seharusnya aku sudah terbiasa dengan perasaan ini, karena kutahu yang lebih bahagia bersamanya bukanlah aku. Dan dia, he might belongs there by her side. Namun, mengapa sesakit ini?

"Baekhyun, Gohee-ya, " sapaku seperti biasa.

"Eoh! Kau disini juga? Mau pesan bubur ayam?" Baek hanya melihat sepintas kearahku dan terus menyuapkan bubur ayam kemulutnya sendiri.

"Hmm," belum sempat kujawab, Gohee memotong, "mau makan juga?"

Apakah itu sebuah kode? Mungkin aku harusnya tidak singgah disini dan 'mengusik' mereka. Padahal tadinya aku dan Baekhyun ada di dapur dan memasak bersama. lalu bagaimana nasib makananku? Dimakan Inmyeon dan ... Sehun?

"Ya, kau kenapa? Singkirkan dulu hapemu. Atau kau mau selfie denganku?" Baekhyun meringis geli. Sebenarnya bukan karena selfie, aku hanya masih blank, tidak tahu harus kujawab apa.

"Ah, iya iya, Gohee ya, ayo selfie!" Kudekatkan dudukku dengan Gohee dan mulai mencari arah yang tepat untuk mencari pencahayaan yang bagus untuk selfie.

Aku bodoh.

Besok atau nanti, aku tak akan pergi jogging sendirian tanpa mengetahui keberadaan Baekhyun dan Gohee. Karena bisa saja, mereka sudah tertawa-tawa dan makan bersama tepat saatku menemukan mereka, lagi.

-Jiyeon POV, end-

CahayaBulan

-Di teras Villa Keluarga Jiyeon-

-Inmyeon POV-

Cuaca memang masih tidak terlalu gelap, akan tetapi jika tidak segera berangkat, mau kembali jam berapa nanti? Jam tujuh? Aish!

"Oh Sehun! Kau menemukan mereka, tidak?!" Kuhentak-hentakkan kakiku yang tidak bersalah pada lantai marmer teras Villa. Sudah bermenit-menit aku menunggu Oh Sehun menemukan yang lainnya. Sebab sedari tadi, aku juga sudah mengelilingi daerah sekitar villa.

Kemana sih mereka semua?

"Eobsoh," Sehun muncul dengan kaki telanjang dan tangan yang masih berolahraga menyentuh layar hape.

"Ugh,  kau jadi menemaniku jogging atau tidak?"

"Aku hanya menemukan Dio Hyung yang sedang membaca buku tebal, dengan kacamata bulatnya itu." Bagus, yang dia katakan samasekali tak menjawab pertanyaanku.

"Apa aku harus jogging sendirian?"

"Kalau kau mau, silakan." Sehun menyandarkan tubuhnya ke dinding.

"Kalau aku tidak mau ...?"

Sehun mendongak tepat setelah kulontarkan kalimat tadi. Seakan membaca pikiranku, atau membaca apa yang akan kulakukan -entahlah-, dia menghela napas berat lalu berjongkok dan mulai memakai sepatu olahraganya.

"Tidak usah merengek. Imyun tidak pantas terlihat lemah, apalagi didepanku." Saat dia tak lagi memanggil dirinya 'Sehun' melainkan menggunakan kata ganti 'aku', berarti dia tidak sedang bercanda.

"Sepertinya Jiyeon dan yang lainnya sudah keluar duluan." Sambungnya sambil memasukkan sepatu kanan ke kakinya. 'Jiyeon - dan yang lainnya...' bantinku berteriak.

"Kenapa kau diam? Kajja."

"T-tunggu," kali ini aku yang masih mematung saat Sehun mulai melangkah. Dia memasukkan tangannya ke saku celana khaki-nya dan melihat kearahku. "Wae?" Tanyanya datar.

Sehun, disana ada Jiyeon. Apa aku harus pergi? Atau kau saja yang menemani Jiyeon disana? Aku takut Jiyeon sedang butuh bantuan karena sedang berada diantara Gohee dan Baekhyun. Mungkin seharusnya aku tak perg-

"Wae?" Tanyanya lagi.

"Ah, itu, mungkin kau saja yang harusnya menyusul mereka-"

"Sirheo! Kau yang minta jogging." Suara khasnya tetap sama, namun kali ini aku tertekan mendengarnya.

"Kita jadi pergi, atau tidak?" Kedua tangannya terlipat di dada.

Akankah aku baik-baik saja?

Ya? Tidak? Ada Jiyeon, pasti. Sehun bagaimana? Pergi? Atau tidak? Ya? Tidak?

"Lama, kajja! Kau akan baik-baik saja. Disini ada Sehun, heheh," aku terkejut karena tangan pucatnya tiba-tiba saja menarikku pergi. "Pabo, apa yang kau bicarakan?" Justru karena kau ada disini, aku takut dan khawatir hal yang menyakitkan akan terjadi.

"Sudahlah, ayo traktir Sehun es krim di taman!"

"Yak! Kalian berdua!"

Suara itu? Dia ... berteriak?!

"Dimana Gohee?!"

-----------------

Heyho, project by me kgeoordina and xxonat
Maaf apdetnya cuma bisa seminggu sekali, hehehe :B /soksibuk/
Tapii cerita ini bakal paanjaaaaaaang banget wkwk
Janji, Author gak bakal php ditengah jalan kok :"B
Jangan lupa VOTE+KOMENTAR yaa~
SEMOGA BAPER! Thanks for reading,
XOXO~!

Moonlight (EXO's FF) [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang