Bab 2. Pesan Rahasia

1.8K 112 0
                                    

Pagi ini Olla bangun lebih awal dari biasanya karena ayahnya mengatakan akan keluar kota pagi ini. Dan seperti biasa, Ayah akan mengajak Bunda untuk menemani. Karenanya sebelum berangkat, mereka memutuskan untuk sarapan bersama. Sebelum memakan sarapan, disempatkannya mengabari sang kekasih kalo dia akan berangkat sendiri nanti. Mobil kesayangannya sudah dibawa pulang oleh kakaknya kemaren sore dari bengkel.

Olla juga sudah tidak marah kepada Devan berkat coklat yang diberikannya kemaren sepulang sekolah.

"Kak, ntar anterin beli buku dong." Olla langsung mengangkat kepalanya melihat Amel, adeknya, mengatakan sambil duduk dihadapan Olla. Mengambil potongan roti sambil di olesi selai strawberry favoritnya.

"Tolong dek." Tegur ibunda. "Masak minta dianterin kek gitu sih."

Sambil mengunyah roti, ditatapnya Olla yang sedang tersenyum tengil. Tau kakaknya meledek, Amel gamau kalah. "Kakakku yang cantik, to-long anterin Amel ya ke toko buku nanti." Ditekankan kata-kata tolong untuk menunjukkan rasa kesalnya kepada sang kakak yang menatapnya meledek.

"Males ah, sibuk." Iseng Olla, ditahan tawanya yang sebentar lagi akan menyembur.

"Bunda, kakak tuhh." Adu Amel ke ibunda yang sibuk menyiapkan kopi untuk Ayah.

"Kak, ih iseng banget sama adeknya. Lagian tumben dek, ke toko buku mau beli apa?"

"Disuruh bawa kamus gitu bun, Indo-Inggris, tapi yang kata-katanya lengkap."

"Bawa kamus abang aja dek, noh nganggur di kamar." Sela Kevin, yang baru datang dari dapur sembari mengaduk kopi yang terlihat masih mengeluarkan kepulan uap panas.

Ditolehkan kepalanya ke kakak tertua diantara mereka bertiga, menatap ragu. "Emang lengkap bang?" Tanyanya skeptis.

"Ya lengkap lah, semua kata juga ada disitu. Yang gaada kata-kata cinta dari bibirmu." terkekeh si pengucap lalu lanjut menyeruput kopi hitamnya. Tak lupa suara "ahh" terdengar setelah satu tegukan.

"Najis." Komentar Olla, menatap sinis orang di samping kanannya. "Tuh dek, pake punya abang aja. gausah beli. ga bakal lu pake lama-lama juga, percuma."

"Yaudah deh, gw pinjem ya bang." Putus Amel. Kevin cuma menganggukan kepala tanda setuju, mulutnya tidak bisa berbicara karena tersumpal potongan roti yang dia curi dari piring Olla.

"Eh, yah terus balik sini lagi kapan?" Tanya Olla ke Ayah yang sibuk membaca koran pagi ini. Terkadang Olla bingung, emang masih ada yang bapak-bapak hobi baca koran di era digital sekarang. Tapi emang beneran ada, tuh ayah sendiri.

"Mungkin seminggu kak, ya nanti lihat lah kalo lancar ayah bisa pulang cepet." Ayahnya memang punya perusahaan properti, sering mondar-mandir keluar kota untuk mengurus bisnis. Olla sih kurang paham ya detailnya gimana. Paling si Kevin yang lebih paham, karena sering ikut bantuin Ayah ngurus kerjaan.

Mereka bertiga sama sekali tidak masalah dengan kesibukan orang tuanya. Kerena mereka tau kalo itu dilakukan juga untuk mereka. Bahkan walaupun orang tuanya sering keluar kota, mereka selalu memberi kabar tiap hari melalui chat, telfon, bahkan video call. Alhasil mereka tidak pernah merasa asing satu sama lain walaupun jarang berkumpul di satu atap.

"Kaya biasa ya, jangan lupa kunci pintu kalo udah mau tidur. Pak Adi nanti Bunda ingetin buat kunci gerbang depan. Abang sama Kakak jangan pulang malem-malem ya."

"Lah yang sering pulang malem mah si Amel bun." Sahut Olla sambil menunjuk wajah Amel didepannya.

"Heh! Bener-bener lu ye."


---


Ternyata Olla berangkat cukup pagi hari ini, dihampiri Jessi yang terlihat duduk sendiri di kantin mbok Ijah. Belum pada dateng kali yang lain, pikir Olla. Semakin dekat Olla bisa melihat bahwa Jessi terlihat murung pagi ini. Walaupun default wajah Jessi emang datar, tapi ini tidak seperti biasanya.

My Bad (Kacila)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang