Bab 10. Pentas Seni

1.5K 149 5
                                    

Sesuai edaran dari Osis sejak seminggu yang lalu, SMA HARAPAN 48 malam ini akan mengadakan pentas seni merayakan hari jadi sekolah mereka. Terlihat Olla sibuk memilih outfit yang akan dia gunakan untuk nanti malam. Beberapa baju dia keluarkan dari lemari hingga berserakan diatas kasurnya.

"Duh gw pake baju apaan lagi." keluhnya sambil berkacak pinggang.

"Emang kaga ada dress code?" tanya Amel. Tangannya sibuk memasukkan kripik kentang ke dalam mulut sedari tadi.

"Ada sih." jawab Olla menghampiri Amel, tangannya ikut mengambil sepotong kripik dan dimasukkan ke dalam mulutnya. "hitam putih, formal."

"Lah yaudah kenapa lu ribet amat sampe semua dikeluarin." protes Amel. Kesal sedari tadi Olla terlihat sibuk sendiri padahal dress code nya sudah ditentukan dari panitia acara. "Segala yang pink, merah, kuning, ijo dikeluarin."

Melirik sinis ke arah Amel, Olla sebenarnya mengiyakan ucapan adeknya juga. "Coba deh mel, gw pake ini cocok ga." tanya Olla sambil mengambil salah satu dress hitam dari dalam lemarinya. "Tunggu, gw ganti dulu." sambungnya sambil memasuki kamar mandi kamarnya.

Amel yang mendengar itu menuruti kata kakaknya. Duduk diam diatas kasur sambil mengamati kamar pemiliknya. Dilihatnya pigura foto yang menampilkan empat gadis yang mengambil gambar di photo booth disalah satu mall di dekat rumahnya. "Kakak gw jamet banget dah." komentarnya sambil terus mengunyah.

"Dek, gimana?" tanya Olla setelah keluar kamar mandi. Terlihat Olla mengenakan dress selutut berwarna hitam yang fit dengan tubuhnya.

"Dah itu aja, repot bener dari tadi."

"Ck, bagus ga??" tanya Olla sambil berdecak.

"Bagus ah elah, repot betul batak satu ini lho." kesal Amel. "Berangkat sama siapa nanti? dijemput?"

"Gatau ni, Jessi belum bales." jawabnya sambil bercermin. "Dianter abang aja deh." putusnya. "Udah sono keluar, gw mau siap-siap." usir Olla.

"Ye, jelek lo!" seru Amel sambil keluar dari kamar kakaknya.

"Dek! bilangin abang nanti tolong anterin!!" teriak Olla melihat adeknya benar-benar keluar kamar. Merasa tidak ada balasan dari adeknya, sekali lagi Olla berteriak. "Dek!"

"Iya ah bawel!" teriak Amel dari lantai bawah. Setelah mendengar jawaban Amel, Olla langsung menutup pintu kamarnya dan segera bersiap-siap.

---

Pukul 19.00 sekolah sudah tampak ramai. Beberapa siswa terlihat memakai baju berwarna senada berkumpul pada lapangan upacara di gedung barat. Suara musik terdengar sangat meriah menemani beberapa siswa yang terlihat sedikit menggoyangkan badan. Beberapa stand makanan dan minuman berjejer di depan koridor kelas dipenuhi antrian siswa yang turut membeli. Rasanya pentas seni tahun ini terasa lebih meriah karena diadakan di malam hari dan di lapangan terbuka.

Olla dan Ashel terlihat sibuk celingak-celinguk mencari keberadaan Chika yang katanya sudah sampai di dalam sekolah. Baru saja memarkirkan mobil di parkiran gedung timur.

"Noh, Chika." seru Olla saat matanya menangkap sosok Chika yang saat ini terlihat keren dengan balutan kemeja berwarna hitam yang lengannya digulung sampai siku.

"Keren banget Chik." seru Ashel sambil mengaitkan lengannya pada lengan Chika yang lebih tinggi darinya. Ashel saat ini terlihat cantik dengan balutan dress berwarna hitam yang fit dengan tubuhnya yang tinggi. Beberapa kali dirinya jadi pusat perhatian banyak laki-laki yang menatap dirinya ingin. "Lu jadi pacar gw malem ini ya Chik. Gw risih dilihat orang-orang dari tadi." katanya

My Bad (Kacila)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang