Lelah. Keduanya lelah menangis seharian dalam kamar. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam kali ini. Tubuh keduanya saling mendekap diatas ranjang. Kepala Olla tidak beranjak dari dada Jessi semenjak hampir sejam yang lalu. Tangan Jessi tidak berpindah dari tubuh Olla yang ada dalam dekapan.
Cukup lama terdiam, sunyi. Kamar itu benar-benar sunyi setelah sebelumnya berisi isakan yang menyayat hati siapapun yang mendengarnya.
"La?" panggil Jessi. "Gapapa kirain tidur." ucapnya setelah mendengar gumaman dari gadis dipeluknya.
Mengangkat kepalanya, ditatap Jessi yang posisinya lebih tinggi darinya. Mata keduanya terlihat sangat sembab saat ini. Bahkan air mata Olla terkadang masih sedikit mengalir walau tak sederas tadi. Dan dengan setia, Jessi selalu mengusapnya lembut.
"Udah la nangisnya." ucapnya. Tak tega membuat sahabatnya merasa patah hati untuk kedua kalinya. "muka lo jelek ah." ucap Jessi mencoba menghibur.
"Lo juga jelek ya kampung!" balas Olla tak terima.
"Jelek juga lo naksir." goda Jessi dengan alis yang naik-turun.
"Diem ah." ucap Olla sambil mencubit pinggang Jessi yang membuat empunya tertawa sambil mengaduh.
"Maaf ya la kalo kita harus kaya gini." ucap Jessi berubah sendu. "gw tau ini berat buat kita berdua. tapi gw yakin hal ini bakal bisa bikin persahabatan kita lebih awet." yakin Jessi.
Mengangguk, Olla coba mengerti. "Gw percaya sama lo." ucapnya kemudian.
"Sahabat?" tanya Jessi sambil mengulurkan jari kelingkingnya.
Tersenyum, Olla menyambut kelingking Jessi. "Sahabat." Setelahnya keduanya tertawa tanpa alasan. Merasa aneh dan geli dengan perasaan mereka. Bisa-bisanya hal ini terjadi.
"Tapi lo tetep harus disamping gw ya la." pinta Jessi.
Mendengar itu, Olla tersenyum tengil. "Iya sayang." katanya sambil mengedipkan sebelah matanya. Iseng.
Melihat Olla seperti itu, Jessi reflek memeluk Olla. Mendekap Olla agar dia tidak bisa melihat wajahnya yang bersemu merah karena salah tingkah.
"Hahaha salting ya lo jes."
"Ga asik lo la." ucap Jessi lirih. Dapat Olla dengar jantung Jessi bertalu sekali lagi. Tapi tiba-tiba ada suara tak terduga yang Jessi dengar. Melepas pelukan, Jessi melihat ke arah perut Olla.
"Eh lo belum makan dari pagi ya." serunya setelah menyadari mereka terakhir makan roti saat menunggu montir tadi pagi.
"Lha, lo juga." jawab Olla.
"Cari makan yok, sekalian pulang." ajak Jessi beranjak.
"Gamau nginep?" tanya Olla setelah bangkit dari posisi tidurnya.
"Lo mau nginep?" Jessi balik bertanya. "Gapapa sih gw mah. tapi di sini cuma berdua lho." lanjutnya sekali lagi menaik turunkan alisnya. Bibirnya menyunggingkan smirk. Wajahnya benar benar terkesan sangat sus kali ini.
"Mesum lo!" teriak Olla sambil melempar bantal ke wajah Jessi. "Ayo ah." ajaknya sambil bangkit keluar kamar.
Melihat itu, Jessi tertawa keras. Gemas sekali menggoda sahabatnya itu. "Yakin la? asik banget lho."
"Jessi! ayo ah!" teriak Olla sambil keluar kamar. Kabur, takut Jessi melakukan hal yang diluar dugaan.
---
Keduanya meninggalkan vila menuju kembali ke Jakarta. Selama di perjalanan keduanya mencari-cari tempat makan yang cocok untuk mengisi perut mereka yang lapar akibat belum makan dari pagi ditambah menangis seharian. Jelas terasa double laparnya.
