🍰 holy moly

819 126 16
                                    

.

"Permisi."

Di sinilah Rose sekarang, di depan pintu rumah keluarga Jeff yang tak kunjung dibuka sejak dua menit yang lalu ia menginjakkan kakinya di sini.

Berkali-kali Rose mencoba menghubungi Jeff namun ponselnya tidak aktif. Untungnya, beberapa saat kemudian pintu itu dibuka dan seorang wanita setengah baya muncul dari dalam rumah.

"Maaf menganggu, saya mau mengantar pesanan atas nama Jeffryan Hadi," ujar Rose sopan.

"Oalah, jadi ini yang namanya neng Rose?" tanya wanita itu ramah. "Perkenalkan, saya Hera, ART di rumah ini. Tadi mas Jeff nitip pesan ke saya katanya kalau ada neng Rose suruh langsung masuk aja."

"Jeff bilang gitu, bu? Terus ini pesanan kak Jennifernya gimana?" tanya Rose tak paham.

Wanita itu mengerjap. "Lho, neng Jennifer kan sedang ada di Singapura sejak lima hari yang lalu."

Tuh, kan.

"Silakan masuk, neng. Kamar mas Jeff ada di lantai atas, belok kiri terus nanti ketemu pintu warna coklat," seru wanita itu yang dibalas senyum ramah Rose.

Rose memang sudah curiga sejak awal bahwa Jeff mungkin saja tengah mengerjainya. Kalau sudah begini apa boleh buat, terpaksa Rose membiarkan dirinya masuk ke dalam perangkap cowok itu.

Begitu sampai di lantai atas dan menemukan pintu coklat yang dimaksud wanita tadi, Rose langsung menghampirinya.

"Jeffryan Hadi, you're such a dumbass!"

Langkah Rose terhenti begitu saja ketika ia melihat pemandangan di depannya. Bukan Jeff (yang sedang dalam keadaan shirtless) yang membuat gadis itu membelalakkan matanya, melainkan kehadiran dua orang yang dalam beberapa hari ini berhasil mengacaukan hidupnya.

Alesha dan Jaden.

"What the hell is going on?"

Jeff yang tak menduga kehadiran Rose buru-buru mengambil kaos di atas kasur dan langsung memakainya. "Jesus Christ! Lu bisa ngetuk dulu gak sebelum masuk?"

Rose menatap dingin cowok itu, "I really don't like your damn tricks. So, here's that shit and thank you."

Melihat Rose sudah ingin pergi setelah meletakkan box berisi cupcake, Jeff langsung mengejarnya. "Hey.. hey, dengerin dulu. Sebelumnya gua minta maaf. Gua terpaksa ngelakuin ini karena gua pengen lu ngasih kesempatan ke mereka berdua buat jelasin semuanya. Just take it easy, ok?"

"Screw you, man." Rose meninju bahu cowok itu, "Dari awal emang lo sebenarnya memihak mereka, kan?"

"Rose?" tegur Alesha.

"I've had enough, ok?" Rose menatap ketiganya bergantian, "Gue udah menganggap masalah ini selesai. Please, biarin gue pulang."

"You and Jeff aren't even real, right?"

Kalimat itu membuat Rose yang sudah mengambil langkah untuk pergi tiba-tiba saja bergeming. Dalam sekejap ia berbalik dan menghampiri Alesha dengan emosi yang menggebu, "I beg your pardon?"

"Gue tahu selama ini lo sama Jeff pura-pura pacaran cuma sebagai pengalihan isu biar semua orang lupa sama berita lo dan Jaden," kata Alesha penuh percaya diri.

"Lo tau darimana?"

Alesha tak menjawab langsung, melainkan menoleh pada Jeff yang saat itu juga langsung pura-pura memasang ekspresi polos.

Rose sempat melontarkan tatapan tajamnya pada Jeff sebelum kembali pada Alesha. "So, what will you do? Tell everyone on that stupid base?" ujarnya sarkasme.

"No," Alesha menggeleng. "But, I'll help you."

Rose mengangkat alis.

"Kita mau cari tau siapa sebenarnya sender yang selalu terlibat dalam menfess itu," seru Jaden kali ini.

Terlihat ada kerutan di kening Rose, "How?"

"We'll see."

Rose masih belum bisa memahami semuanya ketika Jeff meletakkan laptopnya di atas meja belajar sementara semua orang mengerubunginya.

"Guys, what are you doing?"

Mereka bertiga betul-betul terlihat serius seperti tengah melakukan sebuah aksi penyelidikan. Hingga tiba saatnya Jeff menyeletuk ditengah-tengah keheningan itu, "Ada yang tau cara hack akun Twitter gak?"

Rose melotot kaget, "Wait, what?!"

"Gak usah sampai diretas, lo bisa pake cara lain." Itu suara Jaden.

"Asal lo tau, Jeff. Namanya udah bukan Twitter lagi." Sementara itu adalah suara Alesha yang tengah mengunyah cupcake.

"Ya, whatever. Mau X mau Twitter, intinya ada yang bisa nge-hack gak?" tanya Jeff tak sabar.

Alesha diam sejenak, "Gimana kalau pake jasa? Tapi gue gak yakin trusted apa nggak, terus pasti fee-nya mahal banget."

"Ribet dan gak menjamin," seru Jaden.

"Ya terus mau kayak gimana?! Dari tadi pendapat kamu kontra mulu." Alesha tiba-tiba nyolot. "Bantuin mikir dong jangan diem aja."

"Ya ini aku lagi mikir, sayang."

Rose ternganga maksimal. Telinganya memerah, dan entah kenapa pula udara di kamar Jeff tiba-tiba menjadi panas meski AC sedang dalam keadaan menyala.

"Entar dulu sayang-sayangannya bro mending lu sekarang bantuin gua gimana caranya kita bongkar identitas si admin," gerutu Jeff.

"Gue bisa pake cara lain."

Melihat semua orang kini menatapnya ragu, Rose buru-buru menambahkan, "Just trust me, ok? Gue pernah ngelakuin ini sebelumnya."

"Wow, gua gak pernah tau lu seorang hacker," celetuk Jeff yang hanya dibalas Rose dengan lirikan sinis.

"May I?"

"Sure, go ahead." Jeff kemudian berdiri dan membiarkan Rose duduk di depan laptopnya.

Jemari Rose mulai bergerak di atas touchpad sementara semua orang memperhatikannya dengan serius. Tak sampai lima menit Rose berhasil menemukan sesuatu.

"HOLY MOLY!"

Semua orang langsung memajukan wajahnya ingin melihat lebih dekat apa yang sebenarnya Rose temukan hingga membuatnya memekik seperti itu.

Di sana tertera sebuah alamat email.

eloiseeden@gmail.com




sweet rosieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang