4. Gusar

48 15 0
                                    

Gempa tadi bisa hampir merobohkan rumahnya jika saja tidak cepat-cepat berhenti. Dara bahkan merasakan guncangan juga di hatinya bersamaan dengan hebatnya guncangan bumi tadi. Ternyata ini, alasan kenapa hatinya mendadak gusar, Dara punya banyak sekali ketakutan dalam dirinya, terutama takut kehilangan. Kehilangan siapun yang ia sayang.

Usapan lembut di punggungnya kembali membuat kepala Dara diangkat. Dhien tersenyum menatap Dara. Ternyata dia sudah selesai mengobati luka Mutia.

"Kenapa? Dari tadi melamun terus. Kamu baik-baik saja kan?"

"Tidak ada, aku baik-baik saja kak."

"Jangan bohongi kakak Dara, kakak tahu ada hal yang mengganggumu." Dhien tahu jika Dara sedang melamunkan sesuatu yang sangat mengganggu pikirannya.

"Hatiku mendadak gusar, aku takut jika hal yang lebih buruk dari ini terjadi kak." Gadis itu menatap sendu sang kakak, seolah memberitahunya bahwa dia amat sangat takut.

"Tidak, tidak akan ada yang terjadi, semuanya akan baik-baik saja, jangan takut." Dhien menarik Dara dalam pelukannya, mengusap lembut punggung adiknya hingga tenang.

"Apa kakak yakin?"

"Ya, sangat yakin."

"Entahlah kak, tapi tetap saja firasatku tidak enak."

"Aku juga merasakan hal yang sama dengan kakak." Mutia, dia yang dari tadi hanya diam tiba-tiba menimpali ucapan Dara. Dhien dan Dara kompak menatapnya.

"Dari kemarin perasaanku tidak enak, bahkan sampai saat ini tetap saja, rasanya sama."

"Semoga ini bukan pertanda buruk lainnya." Dhien bergumam, sebenarnya dilubuk hatinya yang paling dalam dia juga merasakan firasat buruk seperti kedua adiknya. Tapi kembali lagi, itu semua hanya firasat yang belum terbukti kebenarannya.

* * *

Hari ini sebenarnya sudah cukup membuat Dara lelah, karena harus bolak-balik membersihkan halaman rumah yang luas sendirian. Namun, itu semua masih bukan apa-apa dibandingkan rasa lelah Dara. Sekarang ia melihat Mutia seenaknya mengambil kaos bermotif bunga miliknya dan dijadikan lap untuk air mie yang tumpah di lantai.

"Loh loh! Itu baju ku! Enak banget kamu Mut. Sini, siniin baju ku!" Dengan cepat tangan Dara merampas kaos berwarna biru muda miliknya itu dari atas meja.

Sambil mengunyah suapan terakhir, Mutia menyeruput habis air mie yang ada dalam mangkuk, kemudian menatap Dara penuh heran.

"Itu tadi tergeletak di halaman belakang, ya aku kira sudah tidak dipakai, malah tadi mau ku buang ke tong sampah."

Mendengar itu pukulan langsung mendarat di mulut Mutia.

"Mulutmu! Sembarangan, ini baju ku!"

Jelas Dhien yang masih ada disana langsung terbahak dengan Dayana dan Aysa secara bersamaan.

"Kaaakk! Baju kesayanganku dijadikan lap air mie kari sama Mutiaaaa!" Dara berteriak meminta keadilan dengan nada menangis yang dibuat-buat.

"Ssssttt! Berisik kak! Suaramu cempreng kayak mbak kunti yang jaga kuburan." Bagaikan setan di sore hari, Mutia tiba-tiba melesat dan berdiri di samping Dara sembari membekap mulut itu menggunakan tangan kosong.

"Ya Allah, bau banget tanganmu! Kamu tidak pernah mandi atau bagaimana sih, Mut?!" Dara mengibaskan tangan Mutia kuat-kuat dari mulutnya hingga sedikit terpental ke belakang.

Alih-alih merasa iba, Dhien dan Aysa yang kebetulan menyaksikan secara langsung pertikaian antara dua manusia di dalam rumah itu pun malah tertawa lepas.

Sedangkan Mutia malah semakin tertantang untuk menjahili Dara. Tapi baru saja Mutia akan melancarkan aksinya, tiba-tiba saja suara Dayana dari arah luar terdengar. Kebetulan tadi setelah Dara berteriak gadis itu langsung pergi mandi, dan selepas mandi Dayana mengecek halaman depan untuk memastikan sudah bersih atau belum.

"KAK DHIEN, DARA, MUTIA, AYSA! AYO KE MASJID, JANGAN NUNGGU ADZAN!"

Seketika itu juga, Dara berlari sekuat tenaga menghampiri Dayana yang ternyata sudah lebih dulu melangkah. Gadis itu terbirit-birit menghindari Mutia yang ternyata membuntutinya dari belakang.

"Habis sholat jangan lupa baca Al-Qur'an, hafalan surah nya juga jangan lupa."

"Iya kak, tidak akan lupa kalau itu."

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

HAI GUYS

HAPPY READING

Semoga feel nya sampai dan
bisa kalian rasakan ya✨

Berikan vote dan komentar nya ya!

Jangan lupa follow akun Instagram
@wp.duniafiksi

Masukin juga cerita ini ke perpustakaan kalian supaya
tidak ketinggalan ceritanya.

Laut MenangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang