05.

12.1K 639 5
                                    

Jarum dinding terus berdetak dengan waktu yang terus berjalan. malam akhirnya menguasai bumi, kini Arz sedang mengerjakan tugas di meja belajarnya, dengan Earphone berwarna hitam ditelinganya Arz mengerjakan tugas-tugas dengan tenang. perlu kalian tau, mendengarkan lagu saat mengerjakan tugas adalah salah satu hobi-nya.

jam menunjukkan pukul 9 lewat 5, yang dimana sudah melewati jam makan malam. Arz kali ini benar-benar tidak ingin fokusnya hancur, baginya mendapatkan nilai sempurna adalah keseharusan. walaupun nyatanya, ia bersekolah yang langsung sekolahan itu sendiri di tanamkan saham Daddy-nya sebesar 80%, artinya Daddy nya sudah mempunyai hak yang cukup kuat dalam kepemilikan sekolah itu sendiri bukan?

Anak-anak lain mungkin akan berfikir bahwa jika orang tua-nya sudah mempunyai hak yang kuat dalam itu, ia akan bersekolah semaunya, mengerjakan soal seperlunya, bertingkah seenaknya.

lain dengan Arzhel. baginya, kehadiran sekolah, nilai, keterampilan, dan tingkah laku, sangat penting. Arz tidak pernah sekalipun membolos dalam sekolahnya, bahkan jika sang Daddy dan para abang memaksa nya untuk tidak bersekolah saat sakit Arz tetap bersikeras untuk masuk. ya, tentunya dengan syarat penjagaan yang ketat, tapi Arz tak peduli, yang terpenting ia masuk dalam kehadiran sekolah.

waktu berjalan dengan sangat cepat, kini jam sudah berganti menjadi 9 lewat 11.

ini adalah pertama kalinya Arz melewati jam makan malam. biasanya  tepat jam makan malam ia sudah turun untuk makan malam bersama keluarganya, tapi sekarang...entahlah,
ia merasa tidak ingin diganggu akhir² ini.

Arz kira sang Daddy sudah akan menggedor-gedor pintu kamar dan menariknya saat ia melewati makan malam, tapi nyatanya? entah keajaiban atau apa, saat ini hanya hening yang menyapa indra pendengaran nya.

jika kalian berfikir itu karena Arz sedang memakai Earphone, kalian salah. karena Arz bukan tipe orang yang memakai Earphone dengan suara yang kencang, ia hanya memakai dengan volume kecil. sehingga memungkinkan ia untuk tetap bisa mendengar suara ketukan pintu atau suara lainnya.

tak ambil pusing Arz menyelesaikan tugas-tugas nya hingga selesai.

*
*
setelah selesai, Arz melepaskan Earphone-nya dan mendongakkan kepala di sandaran kursi belajarnya seraya memejamkan mata tanda lelah. tugas biologi dan fisika kali ini cukup rumit dengan tambahan beberapa materi baru, dan hal itu tentunya membutuhkan banyak hal yang harus ditulis.

"Ayah tau? sebenarnya Arz muak dengan segala hal yang Arz alami saat ini. Arz selalu bertanya kepada Tuhan, sebenarnya Arz ini diciptakan untuk menjadi manusia yang bahagia, atau sengsara?. entah apa yang terjadi selama 3 tahun itu, sehingga sikap kalian seperti ini, "  tiba-tiba Arz berujar sembari memandang langit-langit kamar.

akhir-akhir ini mood dan fokusnya kacau entah karena apa,

"sebenarnya, kalian sadar atau tidak jika sikap kalian terhadap Arz tidak wajar?" Arz kembali berujar sembari mulai merapihkan buku dan MacBook nya kedalam tas sekolah,

"tidak wajar bagaimana?"
secara tiba-tiba suara serak dan basah terdengar dari belakang tubuh Arz, membuat Arz sendiri langsung mematung dengan mata yang sedikit membola terkejut,

suara ini, Tristan.

Tristan memutar kursi belajar yang sedang Arz duduki sehingga memutar menghadap depan,

"Tidak wajar bagaimana, hm? " Tristan menatap tajam tepat kearah mata Arz yang sekarang sudah menampilkan sorot datar,

Arzhel memalingkan wajahnya menatap kearah lain,

"aku bertanya padamu, Arz. tidak wajar bagaimana hm? " Tristan mencengkram lembut dagu Arzhel mengarahkan pandangan itu kearah-nya.

Arzhel memilih bungkam, tidak ada gunanya jika semua jawabannya selalu mudah ditangkal dengan alasan tak logis,

Tristan terkekeh pelan dengan tidak adanya jawaban dari sang empu yang hanya menatapnya datar, tangannya terulur mengelus pipi halus nan putih milik Arzhel dengan lembut, menikmati kulit halus itu bersentuhan dengan kulitnya sendiri. terasa nyaman sekali.

"Kau hanya tak mengerti, Arz. "
ucap Tristan pelan, yang membuat kernyitan di pelipis Arzhel terlihat,

Tristan tertawa dengan suara serak dan basah nya, sembari mengelus kernyitan di pelipis putih kesayangannya itu dengan ibu jari-nya. ia berujar beberapa kata yang diakhiri dengan rasa penasaran Arzhel setelahnya,








"Suatu saat. suatu saat kau akan tau My medicine, seberapa berharganya dirimu. "
















Thankyouuuu 🌷
Next Chapter here>>>

Vote>komen>adalah bentuk dukungan kalian untuk cerita ini!
enjoy this story!



MONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang