16.

6.9K 444 7
                                    

Happy Reading Allᥫ᭡🪐
(little bit mature!)
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
S

etelah acara makan malam bersama para tamu kolega bisnis selesai, kini Arz sedang beristirahat dikamarnya.
sesuatu masih terasa membingungkan baginya, kata 'bermain' yang diucapkan Chris masih menjadi sebuah labirin dalam otaknya.

Arz sudah berganti baju dengan baju tidur berwarna putih, dengan bahan satin yang sejuk.

Arz kira makan malam tadi akan menjadi makan malam yang paling ia benci karena harus menyapa beberapa tamu dengan senyum, tapi ternyata ia salah. karena tidak ada seorang pun yang mengajaknya berbicara panjang apalagi dengan senyum yang harus dikeluarkan, karena ada Tristan dan Chris di sebelah kanan dan kirinya.

Arz berjalan kearah kamar mandi untuk mencuci muka dan menyikat gigi sebelum tidur, setelah menghabiskan beberapa menit Arz keluar dari kamar mandi dan berjalan pelan kearah kasur king size nya.

Ting!

saat Arz baru saja duduk dikasur, suara notif pesan dari handphone nya terdengar. tangan lentik itu mengulur mengambil handphone yang ada diatas nakas dekat kasur,

𝘹𝘹𝘹𝘹𝘹𝘹
[𝘵𝘪𝘥𝘶𝘳. 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘨𝘢𝘥𝘢𝘯𝘨, 𝘣𝘢𝘣𝘦.]

bibir tipisnya tersenyum kecil membaca pesan itu, ia segera membalasnya dengan beberapa kata. setelahnya ia meletakkan kembali handphonenya diatas nakas, tubuhnya berbaring dengan nyaman.

mata bersafir emas itu tertutup dengan senyum kecil dibibir tipisnya,

"𝘪 𝘮𝘪𝘴𝘴 𝘺𝘰𝘶, 𝘢𝘯. "

tanpa sadar Arz mengatakan itu dengan suara pelan nya sebelum benar-benar menutup mata mengistirahatkan diri.

**

Malam semakin larut, bintang-bintang diatas awan perlahan memudar tergantikan warna hitam malam yang pekat.

jam menunjukkan pukul 2 malam. mansion keluarga Dexter sudah terlihat sepi dan gelap, hanya ada beberapa bodyguard yang masih berjaga.

suasana sejuk malam membuat semua orang enggan membuka matanya, begitupun dengan Arzhel, dirinya masih terlelap dengan pulas diatas kasurnya, bahkan selimut yang tadinya membungkus tubuhnya rapih kini mulai terlihat berantakan. pinggang putih ramping dan kerah menggoda itu terekspor, memperlihatkan ciptaan Tuhan yang tidak ada tara.

Clek

pintu kamar terbuka dari luar, memperlihatkan Aaron yang baru saja masuk. masih dengan pakaian jas formalnya Aaron berjalan mendekati objek yang menjadi pusat dari seluruh atensinya.

"lil' medicine. "

tangan kekar itu mengelus rahang putih Arzhel dengan pelan, matanya memandang penuh dengan hasrat. ia perlahan menaiki kasur dan bergerak mengukung tubuh Arzhel.

matanya tidak pernah lepas dari bibir tipis kemerahan alami milik Arzhel, perlahan dirinya mendekatkan diri, memiringkan kepalanya dan memangut bibir tipis itu dengan penuh nafsu. sesekali tangannya mulai mengelus dan meremat bagian tubuh Arzhel,

"ngh... " satu lengguhan berhasil lolos dari bibir Arz,

merasakan bibirnya di hisap dan beberapa kali di gigit kecil membuat Arzhel membuka matanya pelan, mata bersafir emas itu mengerjap dengan sangat pelan.

"A-ayah.." suara indah itu terdengar serak. Aaron melepas ciuman itu dengan pelan menciptakan benang saliva yang menjuntai.

"hm? " suara deheman dengan suara dalam dan serak Aaron menjawab.
tangan kekarnya mengelus bibir tipis Arz yang sudah mengkilat basah,

"apa dia menyentuhmu dipinggang ini, hm? " tangan Aaron menelusuri pinggang ramping Arz dengan usapan dan rematan intens,

"ngh..." lengguhan kembali terdengar saat tangan kekar itu semakin mengusap dan meremas dengan sensual.

"A-ayah, " Arz menahan tangan kekar Aaron yang ingin membuka kancing bajunya dengan pelan, mata bersafir emas itu mencoba mencari tau apa emosi yang sedang Aaron rasakan.

Aaron menaikkan satu alisnya melihat tangan lentik Arz yang menahannya, senyum seringaian yang sudah lama tidak terlihat dengan jelas kini kembali terukir penuh arti.

Aaron melepaskan tangan Arz yang menahannya dengan pelan dan beralih menahan kedua tangan putih lentik itu dengan satu tangan, dirinya sedikit mendekat ke arah nakas dan membuka laci dari salah satu nakas yang tersusun. mengambil sesuatu yang membuat mata bersafir emas milik Arzhel perlahan meredup.

"satu sentuhan dari orang lain padamu berarti, " Aaron menggantungkan kata-katanya sembari mulai memborgol kedua tangan putih itu dengan pelan,

"satu hukuman dan satu tanda pada tubuhku. " Aaron semakin menyeringai pelan nyaris terkekeh mendengar jawaban yang sangat tepat dari kesayangannya.

"hmm....sangat tepat, 𝘩𝘰𝘯𝘦𝘺. "
diawali dengan deheman dalam dan diakhiri dengan suara serak yang tepat berbisik ditelinga Arzhel.

"inisiatif memeluk lebih dulu, membiarkan dirinya memeluk tubuhmu.

apa itu merupakan sebuah salam lama tidak bertemu yang kau terapkan, hm? " suara datar Aaron yang tercampur dengan nada emosi terus terdengar penuh ancaman ditelinga Arzhel.

Arz mengalihkan pandangannya kearah lain, tatapan datarnya kembali menyoroti mata bersafir emas itu.











































Thankyouuu🌷
Next chapter here>>>>>>
Vote>komen>adalah bentuk dukungan kalian untuk cerita ini!!!
enjoy all~

MONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang