12.

7.9K 515 20
                                    


𝘚𝘱𝘦𝘤𝘪𝘢𝘭 𝘶𝘱.
(𝘭𝘪𝘵𝘵𝘭𝘦 𝘣𝘪𝘵 𝘮𝘢𝘵𝘶𝘳𝘦!)
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*

Arzhel menghela nafasnya kasar saat tau bahwa makan malam nanti akan ada tamu yang berkunjung. hah... tamu? memuakkan.

dirinya sangat malas untuk bersapa ria dengan para tamu, menurutnya sangat tidak menyenangkan. apalagi jika tamu itu sendiri sejak datang selalu memandangnya, apa dirinya merasa nyaman? tentu tidak. ia merasa tidak nyaman.

entah mengapa sejak tau bahwa nanti malam akan ada tamu yang datang, membuat Arz tidak mood lagi untuk menonton TV. lihatlah, sekarang dirinya hanya duduk dibangku sofa dengan lamunan yang tidak ada habisnya.

saat sedang melamun dengan kekesalannya, Arz merasa ada yang mengelus rambutnya dari atas, dengan pelan dirinya mendongak untuk melihat siapa pelaku pengelusan rambut hitamnya ini,

"mengapa anak ayah melamun, hm? " Aaron datang dengan setelan kantornya, dirinya berjalan duduk di sofa single miliknya.

Arz menghelas nafasnya kasar,

"apa acara makan malam bersama para tamu itu tidak bisa dibatalkan? " Arz bertanya sembari menatap Aaron penuh tanya,

Aaron terkekeh pelan dan menepuk paha nya mengisyaratkan agar Arz duduk di pangkuannya.

Arz memutar mata nya malas, namun tak urung berjalan kearah Aaron.

"jadi, bisa atau tidak? " Arz duduk dipangkuan Aaron dan menatap datar Aaron,

dirinya bukan lagi anak kecil, tapi mengapa harus duduk dipangku seperti ini? hah...menyebalkan.

Aaron tersenyum kecil saat Arz duduk dipangkuan nya, tangan kekar itu memeluk pinggang ramping Arz yang selalu pas ditangannya, apa Arz tau, jika dirinya sangat cantik?

tinggi 179 cm, kulit seputih porselin, mata safir berwarna emas, bibir tipis berwarna kemerahan alami, rambut hitam legam, tangan lentik, tubuh ramping, wangi tubuhnya yang selalu beraroma manis dengan campuran vanila, dan suaranya yang memikat.

tak heran jika semua itu menjadi candu dan obsesi bagi keluarga Dexter. bahkan bukan hanya keluarga Dexter yang mengobsesikan seorang Arzhel. banyak yang menjadikan Arzhel sebagaimana berlian yang dijaga dan tidak pernah lepas dari pengawasan.

Aaron terkadang bertanya-tanya, sebenarnya bentuk kebaikan apa yang pernah ia lakukan, hingga Tuhan menciptakan anak bungsunya secantik dan seindah ini. tak lupa juga ia bersyukur atas apa yang Tuhan berikan kepada si bungsu kesayangannya.

wajah Arzhel sangat candu baginya. apalagi bibir tipis yang setiap hari dirinya pandang, sangat menggoda untuk di kecup.

**

Aaron mengeratkan pelukan nya pada tubuh Arzhel, menaruh kepalanya di lekuk leher putih yang selalu beraroma manis milik Arzhel.

"tidak bisa, 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨. " suara Aaron yang serak terdengar di telinga Arz,

Arzhel semakin mendatarkan tatapannya mendengar jawaban Aaron. untuk apa dirinya bertanya jika jawaban yang diberi sama saja tanpa perubahan.

Arzhel bergerak ingin beranjak dari pangkuan Aaron, tapi gerakannya ditahan oleh tangan kekar Aaron sehingga gerakannya kembali jatuh pada pangkuan sang ayah.

gerakan pelan saat Arz kembali menduduki diri dipangkuan, membuat Aaron memejamkan matanya dengan jakun yang bergerak naik turun. itu cukup, 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨𝘴𝘢𝘯𝘨.

"Arz, " suara Aaron menjadi semakin serak dan rendah,

"Ayah, aku tidak suka dengan keramaian. " Arz berkata sembari menatap tepat kearah mata hitam legam milik sang ayah.

"ini hanya sebuah makan malam bersama para tamu kolega bisnis, 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨. " Aaron berkata sembari membalas tatapan Arzhel dengan tatapan meyakinkan.

Arz mengalihkan tatapanya kearah lain dan mengehela nafas kasar, ia benci situasi seperti ini. hah, memuakkan.

"come on 𝘮𝘺 𝘮𝘦𝘥𝘪𝘤𝘪𝘯𝘦, semua akan baik-baik saja. kau akan duduk di bangku khusus keluarga kita, jadi hanya akan ada ayah, Chris, dan Tristan didekatmu tidak ada yang lain. dan tak pernah ada yang lain. "
Aaron mengelus rahang putih Arz sembari mengarahkan pandangan Arz kearahnya.

Arz menatap Aaron dengan tatapan datarnya,
"baiklah."

Aaron mengusak rambut hitam Arzhel dengan pelan, dan tersenyum tipis.
pandangannya tidak pernah lepas dari wajah si bungsu.

tatapan Aaron turun ke bibir kemerahan Arzhel, jakunnya bergerak tanpa sadar.

"give me a kiss, 𝘮𝘺 𝘮𝘦𝘥𝘪𝘤𝘪𝘯𝘦. "

[Transl; beri aku ciuman, obatku.]

Arz melihat itu. jakun sang ayah yang bergerak naik turun dan tatapan yang tidak bisa diartikan itu tertuju padanya.

Arz menganggukkan kepalanya pelan,
"sure, 𝘣𝘶𝘵 𝘰𝘯𝘭𝘺 𝘧𝘰𝘳 𝘢 𝘸𝘩𝘪𝘭𝘦. "

[Transl; tentu, tapi hanya sebentar. ]

dan tanpa lama Aaron melumat bibir tipis yang selalu menjadi candu-nya itu dengan kasar dan terkesan terburu-buru. tangan kekarnya meremat pelan pinggang Arzhel.

lengguhan Arzhel di iringi dengan tangannya yang meremat jas Aaron.

hanya sebentar.

Arz memundurkan tubuhnya ketika ciuman itu selesai. nafasnya terengah-engah, ciuman liar dan kasar Aaron berhasil membuatnya hampir kehabisan nafas.

Aaron terlihat santai tanpa nafas yang terengah-engah. tangan kekar miliknya mengelus bibir tipis kemerahan Arzhel yang semakin merah.

"Thankyou, my medicine. "





















Thankyouuuuuuuu🪐🙌
Next Chapter here>>>>>>
Vote>komen>adalah bentuk dukungan kalian untuk cerita ini!!

gimana²? yang ngeship-in Arz sama ayahnya sendiri cukup?

Haha, enjoy.

MONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang