Bab 12 - Budi di masa lalu

3 1 0
                                    

"Anya bangun, guru datang."

"eumm."

"sekarang kalian bentuk kelompok, 1 kelompok di isi 6 orang anggota."

"males banget gue, kelompokan."

"tugas nya adalah setiap kelompok mendapatkan yg berbeda tapi kalian tetap satu kesatuan, kalau ada 1 kelompok yg belum mengerjakan semuanya kacau, mengerti."

"mengerti bu."

bu Rani keluar dan semuanya membentuk kelompok.

"oke guys kita pulang sekolah jam 11 siang kita ke rumahnya Layang aja biar kita ngerjain bareng-bareng nanti kita bagi tugas, oke." ujar silvi ketua kelas

sesampainya di sana saat aku turun dari mobil bersama viola.

"Anya gue gabung sama kelompok gue ya."

"sekarang kita bagi tugas yg beli bahan-bahan kamu ya nya sama siapa dan list nya udah aku kirim ke kamu, ini uang nya. thank's nya."

"la aku sama siapa belinya?"

"terserah"

"ayo vi ikut gue beli barang."

"sorry, nya gue ga bisa bantuin lo kali ini soalnya ini ga bisa di tinggal."

menghela nafas dalam-dalam.
"yaudah aku sendiri."

"kamu mau beli barang sama siap nya." tanya Layang

"ga tau, kya nya mau beli sendiri."

"jangan sama aku aja, yu aku boncengin naik motor."

aku Mengnganguk, yg berarti iya.

"pegangan nanti jatoh"

"ga usah makasih, kamu nya pelan-pelan, walaupun aku ga pegangan ga akan jatuh."

"terserah, yg penting udah gue bilang-in."

"inget pelan-pelan, gue gampar pala lo."

"iya bawel."

setelah berkeliling dan membeli semua keperluan hingga 1 kardus kecil di depan dan 1 kardus besar di belakang.

"aduh bentar, aku ga bisa takut jatuh."

"makanya pegangan bawel."

"tangan gue ga sampe, ini kardusnya terlalu besar."

Tiba-tiba Layang menarik paksa tangan ku dan diletakkan di perutnya.

"udah penganan yg erat ga usah bawel, kalau ga mau pegangan resiko beda alam."

ih nyeselin banget nih cowo dari dulu, cowo mana pun yg ngeboncengin gue, ga ada yg maksa bentukannya gini, hadehhh sabar.

"kenapa ga pakek mobil aja"

"kelamaan, cepet pakek motor bisa nyelip-nyelip"

Terserah deh gue udah capek betull, sesampainya di sana kita semua mengerjakan tugas termasuk dia yg pemalas pun ikut turun tangan, pukul 5 sore kami pun selesai dan hendak pulang, tapi kami berpamitan dulu ke ibu nya Layang, sial aku paling terakhir, ketika aku berpamitan dan mencium tangan ibu berkata.

"Nah kok kamu"
tangan ku dipegang tidak di lepaskan, kok dia bisa kenal aku sih, padahal aku ga kenal ibu ini siapa, aku mencoba tersenyum sambil melepas genggaman-nya perlahan dan berkata.
"pamit dulu ya bu, makasih bu."

"iya nak, sama-sama."

lalu semua orang pulang ke rumah mereka masing-masing dan aku pulang bersama viola.

disini lain.

"Layang makan dulu yu."
layang dan keluarga kecil nya makan dan saat mereka makan mereka berbicara.

"Layang tadi temen mu yg cewek itu kya mama kenal tapi mama lupa sebentar mama ingat-ingat."

"kan cewek tadi banyak, mama kalau ngomong lebih spesifik dong ma."

"oh ya mama inget, dia anak pelanggan baju batik di kita, suatu ketika usaha kita hampir bangkrut dan mama pasrah ayah nya dia salah satu pelanggan setia mama, mama di beri strategi dan sedikit modal untuk kembali membuka usaha kemudian setelah kurang lebih 1 bulan lama nya, usaha mama kembali seperti semula, dan setelah itu dia tidak pernah kembali ke sini kabarnya karena bangkrut. Mama ingat sekali dia dulu saat kecil di gendong di punggung ayah nya."

"terus mah, apa kesimpulannya."

"mama belum sempat bilang makasih, atas budi yg begitu besar di berikan pada mama."

"iya mah, mereka udah bantuin kita, malah sekarang kita ga ada di saat mereka susah."

"oh ya, Layang nanti papah sama mamah anter kakak ke stasiun kereta, tolong kamu pantau kondisi di sini ya."

"iya mah."

Ternyata masih ada budi yg belum terbalas, bagaimana selanjutnya, stay tuned guys ☺👋🏻💘

He or HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang