Chapter 1 - Condition

65.2K 886 2
                                    

"Dokter, ini adalah pasien terakhir di hari ini," ucap Martha, wanita paruh baya yang sudah bekerja bersama Gerald selama 9 tahun lamanya. "Perlukah aku memberimu waktu 15 menit untuk istirahat sebentar?"

Gerald tersenyum kala wanita, yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri, mengerti apa yang dibutuhkannya, istirahat!

Pasien hari ini sangatlah banyak, ia tidak bisa berhenti duduk, walaupun di sela-sela pergantian pasien. Ia sudah muak membuka belahan inti dari wanita-wanita yang menurutnya bahkan tidak ada indahnya dan selalu berbau amis atau anyir dimana-mana. Itu juga yang menjadi penyebab Gerald tidak menikah hingga saat ini, karena ia sudah muak dengan vagina perempuan!

Sebenarnya Gerald tidak pernah menginginkan profesi ini. Ia ingin sekali berhenti dari pekerjaan kotornya dan menekuni usaha pastry, yang ia dirikan secara diam-diam di ujung kota, dua tahun yang lalu. Hal inilah yang membuat laki-laki itu, belakangan ini, selalu merasa kelelahan karena ia harus mengadon saat pagi tiba dan harus membelah vagina di malam harinya. Namun, ia harus bertahan sejenak, ia harus bertahan demi uang warisan yang dijanjikan oleh kakeknya, yang sudah sangat sekarat itu. Ia harus bertahan hingga titik darah penghabisan terakhir untuk mempertahankan image cucu berbakti, agar ia bisa mendapatkan bagian paling besar dibanding sepupu-sepupunya yang tidak tau malu itu. Saat uang warisan itu jatuh ke dalam genggaman tangannya, ia akan meninggalkan klinik sialan ini dan hidup bahagia dengan mengadon selamanya.

Saat ia ingin memanggil Martha untuk menyuruh pasien terakhir memasuki ruangan pemeriksaan. Tiba-tiba teleponnya berdering kencang dengan nama 'Dimitri' muncul di layar ponselnya. Entah mengapa, Gerald memiliki perasaan yang tidak enak, ada apa pria tua itu menghubunginya di malam hari begini.

"Hallo, jangan bilang bahwa jantung kakek bermasalah lagi," sergap Gerald harap-harap cemas.

Terdengar suara kikikan disusul dengan suara batuk yang sangat berat, "tidak bisakah kau lebih halus kepadaku. Padahal aku menghubungimu karena kau sudah tidak pernah pulang dua minggu belakangan ini. Tidak ada yang menemaniku untuk main golf lagi."

Gerald menghembuskan nafas kasar, "klinik yang kau bangun sangatlah padat akhir-akhir ini. Bahkan aku tidak sempat duduk hanya untuk mengambil nafas."

"Ambillah cuti, kau bisa menyerahkan sehari atau dua hari kepada Damian. Sepupumu yang lembek itu juga harus dilatih menjadi dokter yang tangguh sepertimu."

Gerald tersenyum masam, mana bisa ia mempercayakan klinik yang sudah ia teruskan selama 9 tahun ini kepada sepupunya yang bisa saja, sewaktu - waktu, merebut apa yang ia inginkan, pewaris harta terbesar.

"Akan aku pikirkan," balas Gerald. "Hanya saja aku memang belum mempercayai kemampuan Damian untuk bahkan mengambil kendali atas klinik ini sehari atau dua hari. Aku tidak ingin apa yang dibangun kakek selama 30 tahun dihancurkan hanya karena sikap semena-mena dan sombongnya itu."

"Gerald sebenarnya ada yang ingin aku sampaikan kepadamu," ucap Dimitri tiba-tiba mengalihkan topik secepat itu. Seketika buku kudu Gerald berhenti seolah-olah ia sedang berada di ruang bersuhu -10 derajat celcius. Hal serius apa yang ingin dibicarakan oleh kakeknya, hingga harus menelponnya malam-malam begini?

"Berhenti membuatku khawatir dan ucapkan saja bapak tua," canda Gerald mengurai situasi yang ada. "Kau tau aku hidup untuk memenuhi segala ekspektasi yang tidak bisa kau dapatkan dari semua anak-anakmu."

Dimitri terkikik, "kau memang penerus terbaik yang kumiliki."

"Jadi apa itu?" tanya Gerald kembali.

"Saat berkumpul dengan ikatan dokter kemarin, dokter Raymond, ketua perserikatan dokter yang baru dan sombong itu, memamerkan hubungan baik anak-anaknya dengan semua menantunya. Bahkan ia berani terang-terangan menyinggung semua anak-anakku yang dengan bodohnya gagal dalam berumah tangga."

Behind The Close Door [Reupload]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang