Chapter 3 - The First Blow [21+]

164K 1K 8
                                    

"Argh," Ruby tidak sengaja menggeram kecil saat Gerald memulai proses pemeriksaannya. "Ah, dokter rasanya sungguh aneh. Apakah ini tidak apa-apa?"

Gerald tersenyum penuh kemenangan saat Ruby dengan polosnya mendesah, saat ia mengelus pelan klitoris gadis itu. Gerald masih tidak menyangka, bahwa gadis ini sungguh benar-benar suci, "tenanglah nona, saya baru saja memulai pemeriksaannya. Kau bisa mengekspresikan apa yang kau rasakan dengan cara apapun, tidak usah khawatir."

"Ahh dokter, ahh, tapi rasanya aneh sekali. Apakah ahh, saya akan meninggal?" tanya gadis itu di antara takut dan bingung karena baru kali ini merasakan sensasi seperti ini. Setiap sentuhan yang diberikan oleh laki-laki itu, seolah-olah ia melayang dan jatuh bebas ke dalam surga.

Gerald terus menerus menekan dan mengelus klitoris gadis itu, hingga kewanitaannya kini perlahan basah akibat cairan cintanya, "tidak nona. Kau tidak akan meninggal secepat ini. Percayalah kepadaku."

"Baiklah, ahh, kalau begitu. Kuserahkan semua kepada, ahh dokter."

"Jangan lupa katakan, apabila terdapat bagian yang sakit nona."

"Ahhh," desah Ruby yang bahkan tidak tahu bahwa ia sedang mengeluarkan suara yang tidak senonoh. "Ti.... ahh... dak dokter. Tidak sakit."

"Baiklah kalau begitu saya akan meneruskan pemeriksaan," kata Gerald, sambil menambah kecepatan tangannya. Tangan kanannya ia gunakan untuk menggosok klitoris Ruby naik turun, sedangkan tangan kirinya membuka lebar labia mayor gadis itu, agar tidak menghalangi pergerakannya.

"Ahhh, dokter, ahhh," Ruby semakin menggeliat tak karuan kala ia merasakan bahwa gerakan tangan Gerald semakin lama semakin cepat.

"Tenang nona," kata Gerald sambil tertawa saat Ruby menggeliat tak karuan dibawahnya. "Kau menggeliat seperti cacing kepanasan."

"Ahh, rasanya sungguhh seperti geli, ahh, dimana-mana."

Gerald mempercepat permainannya kala cairan cinta Ruby semakin meluber ke paha dalamnya. Dalam hari Gerald, apakah ia bisa membuat gadis itu merasakan puncak kenikmatan untuk yang pertama kalinya malam hari ini?

"Apakah kau menyukainya nona? Digelitik seperti ini?"

"Ahhhhh," Ruby sudah tidak fokus akan pertanyaan Gerald. Seolah-olah indra pendengarannya ditulikan dengan perasaan nikmat yang ada.

"Jawab nona!" kata Gerald sambil mencubit dan menarik klitoris Ruby dengan kencang.

Ruby yang tidak siap dengan perlakukan Gerald yang mendadak kasar, berteriak dengan sangat kencang, "AAARRRGGGGHHHH DOKTERR!!!"

"Jawab pertanyaan saya nona. Apakah kau menyukainya?" kata Gerald sambil memainkan tempo dengan sangat pelan, seolah-olah ia ingin Ruby memohon padanya.

"Ahhh, iya dokter!" jawab Ruby cepat. "Iyhhaahh saya menyukainya."

Setelah Ruby berkata demikian, Gerald menghentikan permainannya dan tersenyum bak singa yang sudah berhasil menancapkan taringnya pada leher mangsanya. Gadis itu sudah jatuh ke dalam pusaran nafsu yang ia bangun, maka dari itu Gerald ingin meningkatkan level dalam permainan ini. Ia mengambil sebuah benda kecil berbentuk seperti kapsul obat di dalam brankas rahasianya. Ruby bergerak resah karena anehnya tiba-tiba ia menginginkan Gerald untuk tidak berhenti melakukan apa yang dokter itu lakukan tadi padanya.

Gerald hanya mengangkat satu sadut bibirnya, kala ia melihat Ruby bergerak gusar dari ekor matanya. "Bolehkan saya melanjutkan pemeriksaannya nona?"

"Ehm," Ruby berdehem sambil membersihkan tenggorokannya, tiba-tiba ia merasa sangat haus. "Silahkan dokter."

Gerald tersenyum saat Ruby memberikan izin kepadanya. Ia lalu menempelkan vibrator kapsul itu tepat pada klitoris Ruby dan menyalakannya dengan kecepatan normal.

Behind The Close Door [Reupload]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang