Chapter 16 - Trimester Ketiga

41.2K 832 65
                                    

"Kakek!" teriak Ruby dari halaman rumah Dimitri saat gadis itu melihat pria tua itu menyambutnya di depan pintu rumah.

"Tuhan!" pekik Dimitri. "Kandunganmu sudah sangat besar," kata Dimitri sambil memegang perut Ruby.

Gerald dari arah belakang membawakan dua buah tas jinjing besar yang berisi segala keperluan Ruby selama gadis itu harus menginap di rumah Dimitri.

"Apakah kau tidak keberatan?" tanya Gerald menaruh tasnya di depan pintu. "Kau yakin tidak masalah?"

Dimitri tertawa terbahak, "apakah kau sebegitunya khawatir meninggalkan istrimu yang sedang hamil tua bersama seorang kakek berumur pendek sepertiku?"

Gerald menaikkan alisnya, tanda bahwa laki-laki itu menyetujui apa yang dikatakan oleh Dimitri. "Yah dua orang rentan berada dalam satu ruangan yang sama bukanlah hal yang baik."

Ruby menggandeng lengan Dimitri seiring dengan pria itu berjalan masuk ke arah rumah. "Tenang saja, disini banyak sekali pelayan. Ketika terjadi keadaan emergency, mereka akan cekatan untuk menghubungi kontak darurat."

"Baiklah kalau begitu," kata Gerald sambil menaruh barang bawaannya di ruang tamu. "Aku menitipkan Ruby kepadamu selama weekend ini ya."

Dimitri mengangguk, "adakah yang harus ku antisipasi dari kehamilannya?"

"Sebenarnya diperkirakan minggu depan Ruby melahirkan, jadi jangan biarkan dia membuat onar."

Ruby yang mendengar Gerald berkata seperti itu hanya mencibir, "lagipula dengan perut sebesar ini aku tidak akan bisa melakukan apapun."

Gerald memeluk kemudian mengecup kepala Ruby, "baik aku percaya kau tidak akan berbuat onar. Kalau begitu aku pergi dulu ya."

Ruby melepas Gerald dengan berat hati. Gadis itu berharap Gerald ada disisinya pada saat detik-detik menjelang kelahiran bayinya seperti ini. Namun, resiko pekerjaan yang terikat di rumah sakit membuat laki-laki itu harus melakukan perjalan dinas selama akhir pekan. Tapi, sisi baiknya, Ruby jadi sedikit bebas di masa akhir hamilnya ini. Ia sudah menyiapkan banyak skenario yang akan dilakukannya bersama Dimitri akhir pekan ini. Mungkin ia akan lomba berenang lagi bersama pria tua itu.

Keesokan pagi yang cerah dihabiskan oleh Ruby dengan berjalan mengelilingi komplek bersama Dimitri. Sambil beberapa kali, laki-laki itu terlihat dengan sengaja memamerkan dirinya kepada dokter-dokter tua lainnya yang menjadi tetangganya. Entah mengapa Gerald sepertinya menjadi cucu favorit laki-laki itu. Setiap detik saat bertemu orang, Dimitri selalu saja memamerkan pencapaian Gerald, baik secara profesional, maupun secara personal. Padahal Ruby tau, bahwa Dimitri dengan sengaja melebih-lebihkan apa yang dikatakannya mengenai Gerald.

"Ngomong-ngomong, bagaimana awal kau bertemu Gerald?" tanya Dimitri saat berjalan santai ke arah bangku taman. Di taman yang indah itu, banyak sekali anak-anak bermain dan juga beberapa orang tua melakukan olahraga yoga bersama. Ruby sangat menyukai suasana taman yang hidup ini, penuh dengan kegiatan dan interaksi manusia di dalamnya.

"Uhm," Ruby mengingat-ingat kejadian tahun lalu. "Sebenarnya waktu itu kita bertemu di klinik."

Dimitri memicingkan alisnya, apakah Ruby adalah karyawan klinik?

"Hmm jika dipikir-pikir. Gerald banyak menyelamatkan hidupku," kata Ruby sambil menikmati cahaya matahari yang menyinari tubuhnya. "Tahun lalu, aku sakit parah. Bahkan waktu itu sampai tidak datang bulan selama tiga bulan. Lalu aku datang ke klinik Gerald karena temanku memaksanya-"

"Tunggu," potong Dimitri tiba-tiba. "Kau pasien Gerald?"

Ruby mengangguk polos.

Anggukan polos itu membuat pria tua itu bisa saja terkena serangan jantung. Ia tidak menyangka cucu yang sangat ia bangga-banggakan bisa bertindak sangat tidak profesional dan menikahi pasiennya sendiri.

Behind The Close Door [Reupload]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang