Chapter 9 - The Clouds Before The Storm [18+]

77.3K 680 1
                                    

Sore ini Ruby duduk dengan tenang di daycare milik Gerald, setelah dengan susah payah menidurkan Gabriel, balita paling aktif di daycare ini. Harus Ruby akui, melakukan penelitian bersama Gerald sungguh mengasyikkan, tetapi apabila di kurung selama itu, lama-lama ia juga pasti bisa jadi gila. Untunglah ada kegiatan menjadi nanny di daycare ini, setidaknya ia sangat terhibur dengan balita-balita kecil yang berlarian kesana-kemari atau bahkan kadang berteriak dan menangis. Hal ini sangat mengobati kerinduannya akan keadaan panti.

Di day care milik Gerald ini, ia dikelilingi oleh 3 nanny yang lain, yang kebanyakan umurnya sekitar 40 - 50 tahunan. Namun, Ruby jarang sekali berinteraksi dengan mereka, karena sudah disibukkan dengan kegiatan masing-masing dalam mengurus bayi. Harus diakui oleh Ruby, mengurus bayi, apalagi balita, sungguh melelahkan karena mereka seperti dibangun dengan energi yang tak ada habisnya.

"Ruby setelah orang tua Gabriel menjemput, jangan lupa mengunci semua pintunya ya," kata Linda, salah satu nanny paling tua di daycare ini.

"Ah baik Linda, apakah kau akan pulang sekarang?" tanya Ruby sambil bergegas dan membantu Linda dengan tasnya.

"Iya, aku akan segera pulang karena cucuku datang mengunjungiku malam ini, aku harus segera memasakkan mereka makanan yang lezat."

Ruby tersenyum dan merasakan hatinya hangat saat berbicara dengan Linda, gadis itu seolah-olah seperti berbicara dengan ibu pantinya, "kapan-kapan jangan lupa memasakkan untukku juga yaa!"

Linda tersenyum sambil mengayunkan tangannya untuk memberhentikan sebuah angkutan umum, "pasti lain kali akan kubawakan untukmu."

Ruby melambaikan tangannya saat wanita paruh baya itu menghilang dari pandangannya, gadis itu bersiap untuk kembali ke dalam saat sebuah mobil memasuki halaman daycare nya. "Ah, Tuan Billy, hari ini anda yang menjemput Gabriel?"

Seorang laki-laki turun dari mobil sedannya dan melangkah dengan agak cepat ke arah Ruby, "maafkan aku, hari ini aku ada rapat sehingga sedikit terlambat menjemputnya. Gabriel pasti sungguh merepotkan anda."

"Bukan masalah yang serius, Tuan. Tenang saja, Gabriel selalu tenang saat bermain bersama teman-teman yang lain," Ruby menggendong balita yang sedang tertidur pulas dan menyerahkannya ke Billy.

"Terima kasih atas bantuan anda hari ini," Billy menundukkan tubuhnya dan beralih ke arah luar. Setelah tidak ada balita lagi tersisa, gadis itu segera membereskan beberapa mainan yang berserakan, ia juga membersihkan lantainya menggunakan vacuum cleaner agar bersih.

Ruby menghela nafasnya panjang, ia tidak membayangkan bahwa hidupnya saat ini sangatlah mudah. Jika ia dulu harus bekerja sepanjang hari, setiap harinya. Sekarang, ia hanya harus bersantai di rumah dan mengikuti Gerald dengan penelitian-penelitian yang harus diakui ia juga mulai menyukainya. Ruby seperti gadis yang sedang diberi anugrah dari Tuhan, setelah 19 tahun selalu berusaha setiap detik dalam hidupnya, kini ia diberi kemudahan. Ruby sangat bersyukur dengan apa yang ia miliki saat ini.

Terhitung sudah 45 hari hidup bersama Gerald, rasanya sungguh menyenangkan. Laki-laki itu tidak hanya fokus pada penelitiannya saja, namun juga dengan keberadaan Ruby sebagai seorang perempuan. Misalnya seperti seminggu yang lalu, saat ia sudah mulai haid kembali, laki-laki itu dengan perhatiannya mengompres perut gadis itu, memeluk, dan menciumi puncak kepalanya saat ia merasakan perutnya seperti dililit. Hari sebelumnya laki-laki itu juga memijat punggungnya, saat ia merasakan back pain, yang tentu saja setelah kegiatan pijat-memijat itu Gerald menggagahinya lagi. Ia juga merasakan bahwa tubuhnya pun semakin bugar, selain karena tidurnya yang sangat nyenyak, ia juga tidak merasakan sakit perut kembali, kecuali saat mendapatkan bulannya.

Behind The Close Door [Reupload]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang