Chapter 6 - Pop The Cherry [21+]

154K 1K 2
                                    

Ruby sudah berganti sepenuhnya dalam balutan lingerie berwarna dark black, sangat cocok sekali dengan paduan kulitnya yang putih, layaknya snow white yang terlahir seputih salju dengan bibir semerah darah. Gerald juga tidak percaya bahwa lingerie-lingerie yang dibelinya dapat membalut tubuh Ruby dengan sempurna dan pas. Dari sini terlihat puncak payudara Ruby yang berwarna pink sedang mengeras, menandakan bahwa sebenarnya, tubuh gadis itu tau tepat apa yang ia inginkan.

Dilihat dan diteliti dengan tatapan yang begitu tajam oleh Gerald, sebenarnya membuat nyali gadis yang berumur 19 tahun itu merasa ciut. Apalagi dengan pencahayaan yang dibuat meremang dan suhu udara yang begitu dingin, membuat Ruby dilanda perasaan yang tidak nyaman. Seolah-olah ia akan diterkam dalam buasnya tatapan yang diberikan oleh Gerald kepadanya. Tapi demi nasib adik-adik pantinya, ia akan melakukan apapun demi menjaga kontrak yang baik dengan Gerald.

Gerald menepuk-nepuk pahanya, memerintah Ruby untuk duduk di pangkuannya. "Kemari Ruby," nada suara Gerald sangat dalam dan mendominasi ruangan yang remang ini.

Ruby segera berjalan dan duduk di pangkuan Gerald tanpa banyak bertanya. Karena hal itulah yang tertulis di kontraknya, ia hanya perlu menuruti perintah Gerald tanpa mempertanyakan apapun.

"Gadis pintar," kata Gerald sambil mengelus-elus kepala Ruby. Entah mengapa, Ruby berpikir seolah Gerald memiliki banyak kepribadian. Di suatu sisi Gerald bisa seperti air, yang memadamkan api di dalam dirinya. Di suatu sisi, ia bisa sangat menyenangkan, seolah sedang mendapatkan berkah kebahagiaan yang melimpah di dalam hidupnya. Di suatu sisi, ia bisa sangat menuntut dan harus dipatuhi seperti ibu asramanya, dan ternyata disisi lain yang baru diketahui oleh Ruby, Gerald bisa sangat mendominasi, seperti seekor binatang buas yang akan mangsanya.

Gerald mengelus-elus pinggang Ruby perlahan dan sejujurnya itu mengirimkan sinyal-sinyal aneh ke seluruh tubuhnya, dan sialnya tubuhnya seperti bergerak atas kemauannya sendiri. Ruby seolah perlahan tidak memiliki kontrol lagi akan tubuhnya, "apakah kau ingat apa yang kau rasakan saat di klinik tempo lalu?"

"Ehm, perasaan aneh," kata Ruby bingung menemukan kosa kata yang tepat. "Seperti ingin pipis, tapi kau bilang bukan pipis. Kemudian seluruh tubuhku bergetar dan kejang seperti sedang dialiri listrik saat kau menyuruhku untuk melepaskannya."

Gerald kemudian melepaskan tali spageti Ruby yang berada di pundak sebelah kanannya, "apakah kau menyukainya?"

Ruby sedikit kaget saat Gerald berusaha melepas baju yang bahkan tidak menutupi tubuhnya sama sekali, tapi gadis itu tetap diam, menuruti semua keinginan Gerald. Selain karena kontrak yang mengikat gadis itu, sebenarnya gadis itu begitu menurut karena tidak mengerti apa yang sebenarnya dilakukan oleh Gerald.

"Ehm sejujurnya, rasanya sungguh menakjubkan. Itu perasaan yang tidak pernah kurasakan seumur hidup. Rasanya seperti dibawa melayang hingga kau tidak merasakan tubuhmu lagi. Malam setelah kejadian itu, tidurku benar-benar pulas dan aku sudah tidak merasakan sakit perut yang parah lagi selama seminggu belakangan ini.

Gerald tersenyum manis, "aku senang kau menyukainya. Terlebih ternyata treatment yang kuberikan berhasil membuat tubuhmu membaik. Tapi ingat kita harus sering melakukannya agar kau dapat tidur dengan pulas dan tidak merasa kesakitan lagi."

Ruby mengangguk patuh, bak anak kecil yang diberi wejangan oleh orang tuanya. "Ruby apakah kau ingin merasakan perasaan melayang itu berkali-kali?" tanya Gerald dengan sorot mata berbinar.

"Bolehkah?" tanya Ruby kepada Gerald.

"Tentu saja boleh!" Gerald kemudian melepas tali yang lain, dan kain itu teronggok dengan sempurna pada pinggang Ruby. "Kau akan banyak merasakannya nanti, tenang saja. Tetapi aku juga ingin memberitahumu, setiap ada rasa kenikmatan, pasti juga terdapat rasa sakit yang mungkin kau rasakan."

Behind The Close Door [Reupload]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang