Happy Reading 📖
Sorry for typo🤍
•••Darka terkekeh kecil, dia suka permainan ini, saat-saat ini, setiap detiknya, Darka menyukainya. Di mana telinganya bisa mendengar suara perempuan yang lebih muda lima tahun darinya itu, matanya yang puas menatap setiap inci wajah, tubuh, hingga titik yang paling dia suka dari Grina, yaitu pipinya.
Pria matang ini melangkahkan kakinya maju perlahan. Membuat kaki ramping dengan heels hitam sebagai alas milik Grina melangkah mundur menjauh.
Kesadaran Grina benar-benar hilang sejak kejadian beberapa menit tadi, di mana dia benar-benar dekat dengan pria yang menurutnya menyeramkan.
Seringai tipis Darka semakin terlihat jelas, hingga Grina mengernyit heran saat menengadah menatap wajah tegas itu.
Mundur, mundur, dan terus mundur perlahan, akhirnya Grina terpojokkan ke dinding. Punggungnya menatap dinding dengan pelan dan belakang kepalanya terbentur telapak tangan Darka yang menghadangnya sepersekian detik lalu.
Darka pria yang sigap, dia tak ingin Grina terluka walaupun hanya terbentur dinding sedikit.
"Aku suka apimu," bisik Darka terlampau pelan, sampai-sampai Grina samar mendengarnya.
"Saat kau marah dan saat berusaha terlihat tegas." Ungkapan itu sudah membuat Grina tenang sedikit. Artinya usaha Grina terlihat acuh masih berhasil.
"Sayangnya, di mataku tetap saja sama, seperti gadis kecil yang marah karena tidak dibelikan permen oleh ayahnya," lanjut Darka, kalimatnya begitu mengejutkan Grina.
Tidak terbaca sama sekali Darka akan menyamakan Grina dengan anak kecil. Ejekan yang benar-benar menginjak harga dirinya sebagai perempuan dewasa, bukan?
"Aku bukan anak kecil."
"Aku tahu, postur tubuhmu pun beda jauh dari anak kecil. Kau sudah dewasa. Aku tak buta, hanya saja kau menggemaskan," bisik Darka di samping telinga Grina. Berhasil membuat bulu halus di leher Grina benar-benar berdiri.
Netra Darka tertuju pada satu titik, menilik jelas-jelas kulit lembab di pipi Grina. Tangannya naik menyentuh pipi Grina kembali.
Anehnya, perempuan yang disentuh, sekarang hanya mematung dengan wajah tegang, bahkan menahan napas dengan sengaja.
Grina diam sebab otaknya masih berpikir cara bergerak tanpa bersentuhan dengan wajah Darka yang berada di hadapannya.
Perempuan mana yang mau bersentuhan atau bahkan dicium secara cuma-cuma? Pasti tidak ada, jika perempuan tersebut merasa nilainya terlalu tinggi untuk disentuh dengan begitu mudah.
Berciuman atau bahkan lebih dengan teman maupun kekasih itu memanglah dinormalisasi oleh beberapa negara, banyak macam hasil hubungan seperti ini, ada yang positif dan negatif.
Kendati begitu, semuanya tetap tidak baik jika tidak ada hubungan yang benar-benar sah.
Murah sekali untuk mereka yang mau disentuh oleh kekasih atau sekedar teman. Pelacur yang dipandang murah saja masih dibayar untuk disentuh, mereka yang terlihat perempuan baik-baik malah secara cuma-cuma menyerahkan diri untuk disentuh.
Ditinggikan derajat perempuan oleh beberapa pejuang yang telah lalu, mati-matian diperjuangkan harga diri perempuan yang dulunya hanya dianggap alat bermain, budak, dan alat penghasil keturunan semata.
Perempuan yang sempat dijadikan budak, pelayan, dan mainan oleh para pria-pria bejat dimasa lampau. Setelah dinaikkan harga diri dan kedudukannya, tidak sedikit dari keturunan mereka yang malah menjatuhkan harga dirinya sendiri hingga berada di bawah telapak kaki pria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grina, I'm Obsessed With You
Romance"Dan dia tidur sekamar dengan ku? Ya tuhan, aku masih utuh, kan?" Grina raba-raba tubuhnya dan dilanjut menatap pantulannya di cermin dari atas sampai bawah. Jujur, Grina jijik jika memikirkan hal-hal yang negatif itu. Tidak ini bukan bercanda atau...