HAPPY READING 📖
SORRY FOR TYPO 🤍
•••Sore ini, setelah mandi Grina memutuskan untuk bersantai di pinggir kolam, sembari menikmati segelas jus alpukat dan membaca buku.
Kolam renang dengan air yang bersih dan jernih itu terlihat cantik saat terkena pantulan mata hari yang hendak tenggelam, angin meniup membuat gelombang-gelombang tipis di permukaan.
"Membaca buku seperti ini membuatku tahu banyak hal yang bahkan tidak pernah kupikirkan," monolog Grina saat membaca beberapa pernyataan mencengangkan di buku yang dia baca.
Ada dua pelayan yang lewat di pinggir kolam, otomatis melewati Grina yang sedang berbaring di kursi panjang yang biasanya untuk bersantai di pinggir kolam renang atau pantai.
"Kau tahu? Nona Alme bahkan, sudah pernah masuk ke ruang kerja Tuan Darka, hebat bukan?"
"Benarkah? Setahuku ruang kerja milik Tuan Darka yang berada di ujung lantai dua, itu tidak pernah di masuki oleh siapapun selain pemiliknya."
Grina mendengar percakapan itu, dia langsung melepaskan kaca mata anti radiasi yang dia pakai dan melirik ke kedua pelayan tadi. Perempuan ini mencoba mendengarkan dengan seksama.
"He'em! Tuan Darka selalu membersihkan ruangan itu sendiri dan itu berarti...."
"Nona Alme spesial? Wah, sepertinya dia calon Nyonya Vecchio!"
"Hahaha, iya, Nona Alme juga baik dan berpendidikan."
Percakapan kedua pelayan itu sudah tidak terdengar lagi. Sekarang yang Grina rasakan adalah hatinya yang sedikit perih, tertusuk, atau patah? Entahlah ini aneh.
Mendengar nama seorang gadis yang diagung-agungkan oleh para pelayan membuat Grina merasa rencananya mendekati Darka akan gagal dan sirna.
Balas dendamnya ada kemungkinan akan gagal. Gadis bernama Alme itu akan menjadi penghambat untuk Grina.
"Ah, apa-apaan? Kenapa aku merasakan sesuatu yang aneh di hatiku?" Gerutu Grina dengan kesal. Moodnya sudah sangat rusak.
•••
Di malam yang indah ini, dengan bulan sabit nan menerangi bumi ditemani oleh tebaran bintang di langit, sangat indah ciptaan tuhan, selalu indah.
Mata Grina fokus pada satu bintang di dekat bulan yang terlihat begitu terang di antara bintang yang lain. Senyum manis terpaksa Grina tunjukan pada bintang, bintang yang dia anggap sebagai mendiang ibunya.
Di balkon depan lantai dua kini Grina berada, di sana tempat yang baik dan pas untuk menikmati malam hari seperti saat ini.
"Ikut aku, ada yang ingin ku bicarakan." Darka menarik dan memaksa Grina duduk ke ayunan yang beralaskan busa berbalut kain khusus dan kerangka ayunan yang terbuat dari besi bercat putih.
Mereka duduk di ayunan yang ada di balkon lantai dua tersebut.
Grina terduduk dengan kasar ke ayunan, perempuan itu menengadah menatap pria yang menariknya paksa.
Alis Grina bertaut, kebingungan. Tatapan mereka yang sama-sama tajam seperti elang itu bertabrakan di udara, saling bergelut sebelum mulut salah satu dari mereka mengeluarkan suara.
"KAU HOBI SEKALI MENYERET KU!" Protes Grina dengan suara melengking tinggi, membuat gendang telinga Darka hampir jebol rasanya.
"Naikan suaramu, terus naikkan. Lalu nanti gajimu yang akan ku turunkan," gertak pria yang pada kenyataannya memang penguasa di mansion ini. Suara pelan Darka malah membuat darah Grina berdesir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grina, I'm Obsessed With You
Romance"Dan dia tidur sekamar dengan ku? Ya tuhan, aku masih utuh, kan?" Grina raba-raba tubuhnya dan dilanjut menatap pantulannya di cermin dari atas sampai bawah. Jujur, Grina jijik jika memikirkan hal-hal yang negatif itu. Tidak ini bukan bercanda atau...