HAPPY READING 📖
SORRY FOR TYPO 🤍
•••Warna warni bunga dan hijaunya berbagai tanaman yang tertanam rapi itu sudah pasti memanjakan semua mata yang memandang, tiupan udara yang berhembus membuat pernapasan sangat nyaman.
Lembar-lembar daun yang jatuh seusai di gunting oleh perempuan berpenampilan sangat-sangat sederhana itu, turut menjadi penampakan yang terlihat sekarang ini.
"GRINA!"
Teriakan itu mampu membuat sang empu nama langsung menoleh, menghentikan aktivitasnya. Grina, perempuan yang bekerja sebagai tukang kebun di mansion elit milik pria ternama di kalangan pengusaha Australia.
Jangan di lihat dari profesinya, meskipun demikian pakaian yang di pakainya adalah kaus dengan logo brand Adidas × Gucci yang berada di bagian dadanya.
Cani berlari menghampiri Grina, wanita dewasa itu langsung menarik lengan Grina membuat gunting yang di pegang Grina terjatuh, hampir saja mengenai kakinya.
"Hampir kakiku terluka," keluh Grina dengan nada kesal sambil menatap kakinya.
"Hanya kaki saja, tidak usah lebay," ejek Cani.
"Tuan sebentar lagi pulang, ayo cepat berbaris untuk menyambutnya!" Ajaknya sambil menarik-narik Grina untuk segera masuk ke dalam ruang tamu mansion.
"Cih, dia bukan pemimpin negara!" Cecar Grina, dia tertawa meremehkan Darka.
Grina mengibaskan tangannya membuat cengkraman Cani terlepas, lantas mereka berdua berhenti melangkah. Ekspresi bingung Cani sedang beradu dengan ekspresi kesal Grina.
Di sisi lain Cani takut mati karena tidak mengondisikan bawahan-bawahannya. Alasannya, dia kepala pelayan sekaligus seluruh pekerja di mansion ini.
"Kau tidak lihat jauhnya jarak antara taman ke dalam mansion, huh? Gila, aku saja tadi ke taman, kakiku rasanya sudah hampir putus, dan kau mengajak ku lari-lari untuk kembali ke dalam mansion lagi?" Protes Grina, menatap sinis wanita di depannya.
Suara halus dari mobil Darka menyapa telinga Cani yang peka. Wanita itu tak sempat menanggapi ocehan Grina, secepatnya dia menarik Grina dan berlari.
Setelah sampai, Grina di bawa ke barisan paling ujung dengan Cani di sebelahnya, Cani menatap Grina dan memasang wajah tegas.
"Menunduklah, tanganmu letakan di depan dan satukan di bawah perut. Jangan berani menatap atau bahkan melirik Tuan Darka nantinya." Nasihat itu hanya direspon oleh lengosan Grina.
Kaki berbalut sepatu pantofel hitam mengkilap itu melangkah masuk, jas yang membalut pemakainya dengan rapi dan kacamata hitam yang bertengger manis di tulang hidung dan daun telinga sang pemilik.
Berikut adalah pemandangan yang menyapa mata nakal milik Grina, dengan berani dia menundukkan kepala. Namun, melirik ke pintu masuk yang terbuka lebar.
"Selamat sore Tuan Darka Xion Vecchio!" Seru serentak para pelayan, tukang kebun, bodyguard, serta satpam mansion yang berjejer rapi mulai dari ujung pintu hingga ke ujung lagi.
Mereka berbaris memanjang layaknya para rakyat yang menyambut kedatangan petinggi mereka.
Darka melepas kaca matanya, melipatnya lalu menaruhnya ke bagian teratas kemejanya. "Sore," balasnya datar.
Tak kalah berwibawa, pria berjas biru tua yang berjalan membuntuti Darka membuat Grina ingin terkikik setelah meliriknya.
"Sok keren sekali pria jelek itu," cibir Grina salam hatinya, matanya melirik tak suka ke Kins.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grina, I'm Obsessed With You
Roman d'amour"Dan dia tidur sekamar dengan ku? Ya tuhan, aku masih utuh, kan?" Grina raba-raba tubuhnya dan dilanjut menatap pantulannya di cermin dari atas sampai bawah. Jujur, Grina jijik jika memikirkan hal-hal yang negatif itu. Tidak ini bukan bercanda atau...