Chapter 07| Batal Berduaan 💋

191 39 4
                                    

SORRY FOR TYPO 🤍•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SORRY FOR TYPO 🤍
•••

Dia terluka sedikit saja, tapi semuanya berakhir terkena amarah Darka

Senyap sekali. Tidak ada obrolan, tidak ada topik pembicaraan, dan tidak ada yang akan membuka pembicaraan di antara Darka dan Grina. Mereka sudah kenyang berdebat saat di rumah tadi.

Kini mereka duduk bersebalahan, dengan Darka yang mengemudi dan Grina yang menatap kosong ke luar jendela.

Niat hati mencari angin untuk menghilangkan kejenuhan, malah mencari mati dengan pergi bersama Darka yang bisa membuat pembuluh darah Grina terasa hampir pecah, karena terserang tekanan batin setiap Darka bicara padanya.

Mereka berdua sudah pulang dari supermarket, membeli dua keranjang keperluan dapur. Hampir dua jam mereka habiskan untuk berbelanja. Tidak. Tepatnya untuk berdebat di dalam supermarket.

Perihal jeruk kecil serta jeruk besar pun mereka perdebatkan.

Mobil tiba-tiba berbelok dan berhenti di parkiran sebuah Kafetaria. Grina hanya diam, malas berkomentar, walaupun dia ingin pulang sekarang juga.

"Ayo turun, temani aku minum kopi." Darka melepas seatbelt miliknya dan membuka pintu. Baru hendak keluar, Grina yang sudah mengoceh membuat niatnya diurungkannya. Lantas kembalilah Darka duduk.

"Jika tidak salah kau sudah minum lima cangkir kopi hari ini. Hati-hati lambung mu terbakar karena asam lambung yang meluap-luap," peringat Grina—perempuan yang sedang bercermin sembari membenahi rambutnya.

"Aku tidak meminta ceramah mu, Bu dokter," celetuk Darka, tidak lupa dengan wajah jahilnya yang mengesalkan bagi Grina.

Grina langsung menatap Darka. "Ciri-ciri orang yang kalau mati akan jalan sendiri ke liang lahatnya. Tak heran lagi. kau 'kan, hidup seolah tidak memerlukan orang lain," ujarnya.

Dia tunjuk-tunjuk jidat Darka dengan jari telunjuknya. Mau dibilang kurang ajar pada orang tua pun terserah. Grina sudah geram, teramat geram.

"Bagus kalau begitu. Berarti aku mandiri, bukan?" Naik turun aslinya, Darka tak sadar kepercayaan dirinya malah terlihat mirip dengan sombong di mata Grina.

Sudah kepalang muak, Grina lantas keluar dan membanting pintu begitu kuat saat menutupnya.

Darka yang terkesiap singkat langsung menggeleng heran. "Perempuan yang menumpang, tapi tak tahu diuntung. Ingin ku bunuh, tapi aku cinta," monolognya, dilanjut oleh tawa pelan.

Grina yang sudah berjalan lebih dulu untuk masuk ke Kafetaria kini menghentikan langkahnya. Perhatiannya terenggut oleh seorang gadis yang duduk di kursi outdoor, di depan Kafetaria ini.

Dihampirinya gadis yang mengenakan seragam sekolah menengah atas itu. Grina berhenti ketika sampai dihadapannya, gadis itu ternyata hanya diam memandang kosong minuman yang dia aduk-aduk sedari tadi.

Grina, I'm Obsessed With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang