HAPPY READING 📖SORRY FOR TYPO 🤍
•••Kini Grina sudah kembali aktif mengatur perusahaannya, kembali menadatangani berkas-berkas, melakukan pertemuan bisnis, dan mengatur segalanya dengan begitu repot.
"Sudah ku bilang, bahwasannya kau akan kalah." Ucap Grina Rimy Ti Gehka dengan amat tajam menusuk.
Kalah, satu hal yang paling di benci oleh Darka. Pria itu menyorot perempuan yang bangkit dari kursinya di sebrang meja, hanya diam dengan tangan yang meremas bolpoin erat-erat. Jika bisa bersuara, bolpoin tersebut akan menjerit meminta tolong karena tubuhnya hampir patah ditangan Darka.
Setelah hampir mati karena perempuan ini, sekarang harga dirinya jatuh karena kekalahannya saat mengikuti tender proyek besar yang sudah dipersiapkan sebaik mungkin untuk mendapatkannya.
Namun, sialnya hilang begitu saja dan jatuh ke genggaman Grina.
Kesalahannya hanya satu, yaitu mempermainkan Grina satu tahun lalu saat di Kota Reims. Lalu apa ini?
Apa yang dia dapat seakan tak sebanding dengan hal itu, dia hampir dibunuh dan sekarang di injak-injaknya harga diri seorang owner Ven G itu kalah telak dengan gadis ingusan.
"Kau ikut aku," titah Darka mutlak, pria berbadan besar itu berjalan menuju perempuan yang sedang mendongakkan dagunya sedikit, menunjukkan bentuk kebanggaannya dan keangkuhannya.
Grina tepis mentah-mentah tangan Darka yang lancang menyentuh tangannya, lantas dia menatap tak suka pada pria itu. "Tidak," tolaknya.
Darka tak sabaran, menggeretakkan giginya menahan amarah. Tangannya meraih paksa tangan Grina, membuat perempuan itu terkejut dan berjalan cukup susah dengan heels-nya, karena Darka menggandengnya, sembari melangkah cepat, seolah tengah menyeret seekor kambing.
Meca yang menyaksikan itu dan baru sadar kalau bahaya sedang mendekati bosnya pun segera bergegas, hendak mengejar dua insan tadi.
Kins yang sudah diajak berunding jauh sebelum kejadian itu terjadi pun, segera meraih lengan wanita yang hendak keluar dari ruangan meeting.
"Lepaslah, kau kurang kerjaan, kah. Sampai menggangguku? Jika benar begitu, menganggur lah sendiri, aku sibuk," oceh Meca tak terima, dia tak tepis tangan kekar yang mencengkram lengannya, hanya berdiri dan menatap sinis pria yang sedikit lebih tinggi darinya.
"Bos kita sedang ada acara mendekatkan hati satu sama lain. Kau tak ingin mendekatkan diri dengan ku?" Pertanyaan itu membuat Meca mengangkat satu sisi bibirnya, rasanya geli sekali mendengar itu.
Kins tarik Meca mendekat untuk mengikis jarak di antara mereka. "Hati kita sudah cukup dekat, hanya diri kita masih belum sedekat hati kita. Benar kan, Sayang?"
°°°
Secepat kilat mobil Porsche 911 itu melesat, sang kemudi bak kesetanan menginjak pedal gas dengan penuh tekanan. Membanting stir kesana kemari dengan tujuan tidak jelas.
Perempuan yang duduk di sebelahnya sudah memukul-mukul pundaknya, menggoyang badannya, mencoba menghentikan aksinya.
Namun, hasilnya nihil, Darka yang sudah di kuasai amarah malah meraih kedua tangan Grina hanya dengan satu tangannya saja. Mengunci tangannya nya agar tidak terus tantrum bak bayi kurang asi.
"Berhenti! Jika mau mati, matilah sendiri jangan ajak aku!" sentak Grina, bukan main dirinya menahan napas. Sungguh dia khawatir dan takut. Entah-entah mobil hilang kendali dan dia tak akan bernapas lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grina, I'm Obsessed With You
Storie d'amore"Dan dia tidur sekamar dengan ku? Ya tuhan, aku masih utuh, kan?" Grina raba-raba tubuhnya dan dilanjut menatap pantulannya di cermin dari atas sampai bawah. Jujur, Grina jijik jika memikirkan hal-hal yang negatif itu. Tidak ini bukan bercanda atau...