Bagian 44

4K 419 153
                                    

Jika menyukai cerita ini beri dukungan penulis melalui voment dan follow 💜


———

"Yang bener aja sih Nak! Gamau ah Bapak gamau! Baba kamu aja!" Ale menggelengkan kepalanya brutal.

Nuga berdecak kesal, dia menarik tubuh sang bapak agar mendekat ke arahnya. Ale hendak kabur namun dengan cepat Nuga melilit pinggang bapaknya dengan kedua kaki agar tidak dapat kabur.

"Kalo Baba ga bakal berhasil. Liat aja tuh muka suami Bapak datar kayak susu Bapak. Udeh diem deh, bantuin anaknya sekali-kali napa. Harus tanggung jawab ini, kan Nuga udah tanda tangan di atas materai." Nuga mulai membuka barang-barang yang baru saja ia beli.

Abi hanya diam karena dia tak ingin ikut campur, dia tak ingin terkena imbasnya. Biarlah kali ini dia hanya menonton tanpa bekomentar. Ale merengek ke arah suaminya namun Abi hanya berpura-pura tidak melihatnya.

"Diem deh Pak. Udah nurut aja, ini pasti berhasil." Nuga begitu bersemangat dan percaya diri.

Sekitar 2 jam mereka terlihat sangat sibuk dan bertengkar tiada henti pada akhirnya pun selesai. Abi yang sedari tadi menunggu mereka pun tertidur di sofa.

"Baba. Ayo bangun, udah selesai ini. Buruan anter kita ke rumah ayang Hasmi." Nuga membangunkan sang baba.

Abi membuka matanya dan jantungnya berhenti berdetak seper sekian detik.

"HAAARRGHHH!!!!!" Abi berteriak histeris sembari mendorong kuat wajah Nuga.

Abi hendak berlari namun dia terjatuh dari sofa yang mana mengundang gelak tawa suami dan anaknya. Abi pun seketika sadar jika yang ia lihat adalah anaknya.

"Astaghfirullah Nak. Baba kaget banget." Abi mengelus dadanya yang berdegup kencang.

Dia terengah sembari menatap suami dan anaknya bergantian, wajah Abi terlihat sedikit takut sekaligus ingin tertawa.

"Wah keren kamu Nak. Bisa mirip banget gini, kayak di film-film seremnya." Abi menatap takjub ke arah mereka berdua.

Nuga menepuk dadanya dengan bangga, Nuga melompat-lompat dengan semangat menjadi pocong.

"Ayo Pak. Gimana ketawanya?" Nuga menyuruh sang bapak.

"Ihihihihi~ hihihi~" Ale mengulurkan tangannya ke depan sembari tertawa seperti kuntilanak.

Bapak dan anak itu sedang berperan sebagai dedemit, Nuga menjadi pocong sementara Ale menjadi kutilanak. Ini semua adalah ide gila Nuga untuk menakut-nakuti ayang Hasminya.

"Kamu yakin ini ga berlebihan? Bapak aja takut loh pas ngaca." Ale menatap takut ke arah penampilannya sendiri.

"Udah tenang aja Pak. Ini pasti berhasil, ayang tuh takut banget sama dedemit. Ini cara yang pas buat nakutin ayang biar ga berani lagi tinggal sendirian. Mau gamau dia bakal minta Nuga tinggal bareng sama dia deh!" Nuga terkikik senang karena rencananya pasti berhasil.

Nuga rela membeli peralatan untuk menjadi hantu dadakan, tak peduli dia mengeluarkan banyak uang demi menjadi dedemit yang menyeramkan ini. Wajah mereka benar-benar menyeramkan, tidak terlihat seperti manusia.

Nuga dengan segala keahlian tersembunyinya membuat kedua orang tuanya takjub tiada henti. Bocah itu merias wajah bapaknya dengan begitu sempurna, mengubah wajah manis dan tampan bapaknya menjadi mbak kunti yang menyeramkan.

Begitu juga dengan Nuga, dia merubah dirinya menjadi pocong tinggi besar yang sangat jelek dan menyeramkan. Wajahnya hitam dan penuh luka darah palsu, matanya pun memakai soflen merah menyala.

NUGA-HASMI 21+ BL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang