Bagian 46

3.6K 410 186
                                    

Jika menyukai cerita ini maka dukung penulis melalui voment dan follow 💜

—————

Amri dan Hasbi datang sekitar pukul 10 pagi, mereka bahkan belum sarapan dan memutuskan untuk sarapan bersama dengan yang lain.

"Ini tinggal satu nih paha ayamnya. Buat Nuga ya? Nuga masih masa pertumbuhan nih." Ujar Nuga sembari mengambil satu-satunya paha ayam yang tersisa.

Mereka tak perlu menjawab karena bocah itu sudah melahap paha ayam tersebut. Hasmi mendengus geli mendengar ucapan Nuga tentang 'masa pertumbuhan'.

"Kamu mau setinggi apa lagi Nuga? Sekarang aja kamu udah hampir setinggi ayahku loh." Ujar Hasmi merasa sedikit iri dengan tubuh Nuga.

Karena tingginya berhenti di 158 cm saja, sementara orang di sekelilingnya sangat tinggi. Terutama sang ayah yang mempunyai tinggi 188 cm, paling tinggi di antara mereka.

Bahkan Nuga pun sudah melampaui tinggi babanya, bocah itu tumbuh dengan sangat cepat sejak kecil. Ditambah Nuga pun gemar berolahraga yang mana membuat tubuhnya semakin terlihat lebih bagus.

"Eh maap Ayang, ga berniat nyindir tinggi badan Ayang kok. Dede Nuga juga gamau terlalu tinggi, ini udah 182 cm berasa kayak Titan, apalagi kayak om camer seme haduh! Ntar Ayang makin keliatan kayak uni bakwan di samping Dede Nuga." Ujar Nuga dengan polosnya.

Hasmi menukik alisnya tajam, dia mencubit pinggang Nuga dengan kuat hingga sang empu memekik kesakitan. Sementara keempat orang dewasa di sekitar mereka terlihat kebingungan.

"Uni bakwan siapa?" Tanya Hasbi di sela kunyahannya.

"Papi ga perlu tau!" Kesal Hasmi sembari melepaskan cubitannya di pinggang Nuga.

Lalu ia kembali melanjutkan makannya sembari memberikan tatapan membunuh ke arah Nuga yang masih mengelus pinggangnya karena kesakitan.

Setelah makan bersama mereka bersantai di ruang tamu menikmati angin sepoi-sepoi sembari membahas kenakalan Nuga di asramanya yang membuat Amri menggelengkan kepalanya heran. Beruntunglah anak kesayangannya penurut dan tidak berbuat aneh-aneh.

"Lu ngapain njir bawa kondom segala? Lu udah ngentot sama uke lain yak?!" Tuduh Hasbi sembari melotot garang ke arah Nuga.

Hasmi sedari tadi hanya diam sembari memainkan ponselnya karena merasa kesal sekaligus sedih mendengar jika Nuga menyimpan kondom di asramanya.

Pikiran Hasmi tepat seperti apa yang dituduhkan sang papi. Dia tak tahu mengapa dia merasa sakit hati dan marah mendengar hal itu, dia ingin berteriak tepat di wajah Nuga namun tentu saja dia tak akan melakukannya karena malu.

"Katanya lu cuma cinta sama anak gue. Apaan! Bacot lu! Ngentot sama uke lain! Ga bakal gue restuin lu sama anak gue! Masa anak gue masih perawan dapet lu yang udah ga perjaka. Udah deh lu ga usah tinggal di sini." Justru Hasbi yang terlihat tidak terima.

Wajah Amri seketika sumringah mendengar ucapan suaminya, dia mengangguk semangat setuju dengan ucapan Hasbi.

"Heh! Sembarangan lu ngatain anak gue! Dia kaga ngentot bool sembarangan kayak lu ya!" Ale berteriak tidak terima.

Hasbi seketika berdiri tidak terima, menunjuk-nunjuk wajah sahabatnya itu dengan emosi membara.

"Kontol mulut lu ya! Ngapain bawa-bawa gue Sat! Lu sendiri dulu juga suka main memek sembarangan Bangsat! Monyet!" Hasbi tidak mau kalah.

NUGA-HASMI 21+ BL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang