14 | Sepasang Sepupu

2.7K 495 255
                                    

Sebelumnya terima kasih buat yang ada rencana vote dan komen di bab ini, yang nggak mau, ya udah, aku nggak maksa🙏. Enjoy reading✨.

Aku ingetin lagi, ini cuma side story dan nggak akan panjang. Panjang dan detailnya nanti aja lebih lengkap kalo aku jadiin buku.

Yang mau join grup atau saluran, DM instagram aku aja ya

.
.

Albi dengan sabar menemani Naisha berbelanja pakaian di salah satu mal terkenal di kota. Mereka berjalan bersama di lorong-lorong yang dipenuhi dengan berbagai toko pakaian dan aksesori.

Naisha yang bersemangat langsung melangkah masuk ke toko pakaian favoritnya, sementara Albi tersenyum mengikuti di belakangnya. Dia dengan sabar menunggu di luar ruangan sambil memperhatikan wajah bahagia Naisha ketika ia mencoba berbagai pakaian yang menarik perhatiannya.

"Kakak suami, lihat Nai! Gimana? Bagus, nggak?" tanya Naisha sambil keluar dari bilik pakaian, memamerkan gaun yang dipilihnya.

Albi tersenyum puas melihat penampilan Naisha. "Cantik banget, seperti biasanya," ujarnya penuh pujian.

Mereka melanjutkan perjalanan belanja mereka, Albi dengan sabar membantu Naisha memilih pakaian yang cocok dan memberikan pendapatnya dengan bijaksana. Walaupun tidak begitu tertarik dengan belanja, Albi senang melihat Naisha bahagia dan puas dengan hasil belanjanya.

Beberapa menit berlalu, Albi menghentikan langkahnya sejenak. Dengan tenang, ia menoleh ke arah Naisha dan berkata, "Sayang, Kakak ke toilet sebentar, gapapa?"

Naisha tersenyum mengangguk. "Gapapa."

Albi memberikan senyuman hangat sebagai balasan, lalu menghilang ke arah toilet. Sebelum pergi, dia berpaling kembali ke arah Naisha dan berkata dengan lembut, "Jangan pergi dari toko ini sebelum aku kembali, ya? Sebentar aja."

Naisha mengangguk tanda pengertian. "Iya!"

Setelah memastikan bahwa Naisha mengerti pesannya, Albi bergegas ke toilet.

Naisha awalnya merasa senang hati saat memilih baju di toko pakaian, sesekali bersenandung kecil melalui bibirnya yang tersenyum. Namun, keceriaan itu tiba-tiba hilang saat terdengar suara yang tidak asing di telinganya. "Naisha?"

Ia memalingkan wajahnya dan melihat Keira, kekasih kakak iparnya yang cukup ahli menghancurkan moodnya. "Hai, Kak. Belanja juga?" tanya Naisha dengan senyum tipis.

Keira menjawab sambil berlagak memilih baju dengan santai, "Iya dong. Gue belanja baju tiap 3 hari sekali. Life is too short to wear boring clothes, kan?"

Naisha mencoba tersenyum dibuat-buat. "Oh, oke. Silahkan pilih-pilih."

Ia berniat menjauh dari Keira. Namun, pertanyaan tajam dari wanita itu menghentikan langkahnya. "Si ganteng mana? Di toilet? Atau lo sendirian?"

Naisha menoleh dengan usahanya menutupi rasa kesal. "Si ganteng?"

"Iya, si Albirru. Ganteng banget gak sih dia?" ujar Keira tanpa malu.

Naisha mencoba menjaga ketenangan. "Maaf, Kak, kayaknya kurang enak didenger kalo kakak ngomongin suami aku kayak gitu."

Keira hanya tersenyum remeh. "Alah, paling bentar lagi cerai. Cowok kayak gitu biasanya nyari yang fresh lagi setelah nikah lebih dari setahun. Lo beruntung aja dipertahanin karena ada Zora."

Naisha merasa tertampar dengan kata-kata Keira. Namun, ia tetap tenang. "Keira, cowok di luar sana banyak. Jadi tolong nggak usah berusaha buat ngancurin rumah tangga orang. Albirru itu suami aku dan bakal terus kayak gitu. Naksir boleh, tapi jangan kelewat batas lah. Jadi perempuan minimal punya rasa malu. Pendidikan gak sih? Cantik boleh, tapi seenggaknya punya otak lah buat mikir."

Eternal Flutter (SIDE STORY) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang