07 | Akrab

4.1K 686 269
                                    

Aku up setelah 500 vote + 250 komen yaa
.
.
.

Dengan langkah mantap, Albi melangkah keluar dari kamar dengan penampilan yang hampir menjadi ciri khas dirinya. Kemeja putih yang dipilihnya terhampar rapi, dan kesan klasiknya ditingkatkan dengan tambahan coat berwarna coklat yang dikenakannya. Coat itu memberikan sentuhan profesional dan elegan pada penampilannya.

Tangan kirinya tampak menonjol, diberi keindahan oleh Ballon Bleu de Cartier watch yang melingkar dengan penuh perhatian. Desain elegan jam itu menyempurnakan penampilan Albi, menjadi sentuhan akhir yang menambah daya tarik keseluruhan.

"Sayang, kacamata aku yang satunya di mana, ya?" tanyanya pada sang istrinya yang sedang menemani Zora bermain di ruang keluarga.

"Ada kok, di laci sebelah tempat tidur, aku masukin situ tadi," jawab Naisha.

"Ooh." Albi kembali masuk ke dalam kamar tak peduli tatapan Haikal yang datang dari dapur.

"Bjir lah, ganteng bener tuh orang kata gua," celetuk pemuda itu secara spontan. Setelah memuji Albi, Haikal bergabung dengan Zora dan Naisha di ruang keluarga.

"Bang Al meeting apa sih, Mbak?" tanya Haikal.

Wanita itu menjawab tanpa berpikir, "Masalah cerita dia yang mau dijadiin film itu loh, Kal."

"Dia akhirnya setuju?"

Naisha menggeleng. "Sebenernya belum final setuju juga, Kal. Dia bener-bener khawatir perubahan dari halaman novel ke layar lebar bisa ngubah esensi cerita yang dia buat."

"Iya juga sih. Sejauh gue kenal bang Al, dia emang manusia yang teliti banget kalo masalah merhatiin detail tentang apapun."

Naisha mengangguk. "Makanya kak Gio ngajak dia ketemu buat bahas itu."

"Tapi, tapi, harus banget sesempurna itu penampilannya?" celetuk Haikal dengan ekspresi kagum saat sepupunya itu keluar dari kamar setelah mendapatkan kacamata yang ia cari.

Albi membalas tanpa ekspresi, "Sempurna apa? Cuma pake kemeja sama coat doang."

"Panas begini ngapain pake coat? Nggak liat itu matahari mentereng begitu di luar, Bang? Mending kemejaan aja udah. Itu aja paling lu keringetan," usul Haikal dengan nada santai.

Naisha langsung memekik, "Jangan cuma pake kemeja."

Haikal sontak mengerlip padanya bingung.

"Nggak dibolehin sama Naisha, Kal," sahut Albi.

"Kenapa, Mbak?" tanya Haikal penasaran.

"Aku yang waswas kalo Kakak Suami keluar sendirian cuma pake kemeja, pokoknya jangan," jelas Naisha dengan wajah serius.

"Kenapa jadi Mbak yang was-was?"

"Masa nggak ngerti sih, Kal? Mbak lo itu khawatir suaminya dilirik sama perempuan di luar sana," ujar Albi. Naisha dengan polosnya mengangguk cepat.

"Oalah. Takut Bang Al pulang bawa madu, ya, Mbak?"

"Mulut!" tegur Albi. Tangannya dengan otomatis meraih jaket Zora yang tergeletak di sofa, lalu dilempar ke wajah pemuda itu.

Naisha dibuat terkekeh melihatnya, begitu juga Zora yang bereaksi dengan ceria. Sepersekian detik berikutnya, Albi mendekati putri kecilnya. Dengan lembut, ia menundukkan dirinya untuk berada sejajar dengan bayi kecil itu. "Papa meeting dulu ya, Sayang. Baik-baik di rumah sama mama, sama om juga, ya."

Dengan mata cokelatnya yang penuh cahaya, Zora tampak merespons dengan menggemaskan. Ia meraih tangan Albi dengan tangannya yang mungil, seolah-olah mengerti bahwa ayahnya akan pergi.

Eternal Flutter (SIDE STORY) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang